Anak Sulit Membaca tapi Berprestasi? Mana Bisa?

“Jika setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk bermimpi, maka setiap orang memiliki hak yang sama untuk mewujudkannya.”

 

Sebagai orang tua, tentu akan khawatir jika anak yang menjadi harapan keluarga justru terlambat bicara dibandingkan anak seusianya. Seiring berjalannya waktu, teman-teman seusianya mulai lancar menulis dan membaca, tapi sang anak masih saja kesulitan dalam kedua hal tersebut. Disamping perasaan khawatir yang dialami orang tua, terkadang muncul cibiran dan keraguan dari orang-orang sekitar anak. “Baca saja  nggak bisa, gimana mau sukses? Gimana mau kerja nanti?”, kata-kata tersebut mungkin pernah kita dengar atau bisa jadi pernah muncul di hati kecil kita ketika menjumpai anak dengan kondisi demikian. Anggapan negatif dan cemoohan justru dialamatkan pada anak yang  kesulitan membaca dan memahami kata (mengalami gangguan disleksia).   Namun kenyataannya, banyak tanggapan dan pendapat yang salah mengenai disleksia. Benarkah anak yang kesulitan membaca berarti tidak bisa meraih sukses? Atau mungkinkah latihan membaca dengan suara lantang dapat membuat anak sembuh dari disleksia? Yuk sobat Pijar, mari kita kupas isu-isu tersebut dalam Mitos Versus Fakta berikut ini:

Ilustrasi Disleksia (Sumber: thebraingym.net)

   1. Mitos : Anak pintar dan berprestasi, pasti bukan anak dengan disleksia.

Fakta  : Tidak ada kaitan antara inteligensi dengan disleksia. Seorang dengan disleksia dapat memiliki tingkat kecerdasan yang bervariasi, baik menengah, di atas rata-rata maupun superior1. Di dunia ini banyak anak dengan disleksia yang memiliki kecerdasan dan juga kreativitas yang mengagumkan. Namun, jika anak dengan disleksia tidak belajar untuk membaca, IQ mereka akan cenderung tergolong di bawah rata-rata saat dewasa.

   2. Mitos : Disleksia dapat disembuhkan.

Fakta  : Disleksia merupakan kondisi yang bertahan seumur hidup2. Namun jangan khawatir, ada berbagai cara untuk mengatasi kondisi ini. Sangat penting untuk mendahulukan diagnosis dini dari seorang ahli (dalam hal ini, psikolog yang ahli di bidang disleksia dan kesulitan belajar). Dengan demikian, dapat dirancang program penanganan yang paling tepat untuk anak. Bantuan sedini mungkin juga akan mencegah anak mengalami masalah kepercayaan diri dan motivasi3.

   3. Mitos : Semua anak dengan kesulitan membaca, merupakan anak dengan disleksia.

Fakta  : Disleksia bukanlah satu-satunya penyebab kesulitan membaca pada anak. Beberapa faktor lain yang dapat menjadi penyebab kesulitan membaca, antara lain gangguan emosi, program pengajaran yang tidak tepat, gangguan visual, dan beberapa masalah lainnya4.

   4. Mitos : Orang dengan disleksia tidak akan bisa membaca.

Fakta  : Umumnya seorang dengan disleksia dapat membaca. Mereka hanya memerlukan usaha yang lebih atau waktu yang lebih lama dibandingkan pembaca pada umumnya. Orang dengan disleksia ringan atau sedang, bahkan kadang tidak terdeteksi orang lain kalau memiliki kesulitan membaca5. Latihan dan program intervensi yang tepat juga akan membuat orang dengan disleksia semakin lancar membaca.

   5. Mitos : Memaksa anak dengan disleksia untuk membaca dengan suara keras, setidaknya 20 menit setiap hari akan membantu mereka.

Fakta  : Membaca dengan keras setiap hari tidak akan membantu anak dengan disleksia untuk mengenal kosa-kata baru. Mungkin mereka akan berusaha untuk menghafal bentuk kata, tetapi tidak dapat benar-benar memahaminya. Hal yang jauh lebih penting adalah membuat membaca terasa mudah dan menyenangkan sehingga anak terdorong untuk terus belajar6.

   6. Mitos : Tidak ada cara yang ampuh untuk mendeteksi disleksia.

Fakta  : Saat ini disleksia dapat didagnosis dengan akurat. Psikolog pendidikan atau pun pakar dibidang kemampuan bicara dan bahasa dapat memberikan tes yang akan membantu proses diagnosis dengan tepat. Anak dengan disleksia yang mendapat diagnosis dan penanganan dini akan lebih mampu mengimbangi teman-temannya di sekolah. Hal ini penting, agar mereka tidak terlalu tertinggal secara akademik dan terhindar dari gangguan seperti krisis percaya diri, emosi, maupun motivasi7.

   7. Mitos : Individu dengan disleksia tidak akan sukses.

Fakta  : Kesulitan yang dialami orang dengan disleksia menjadi halangan untuk menggapai impian dan cita. Orang-orang terkenal dan penting seperti Albert Einstein (ilmuwan dan penemu), Thomas Edison (ilmuwan dan penemu), Keira Knightley (aktris), Agatha Christie (penulis novel), dan Steven Spielberg (sutradara dan pembuat film) telah membuktikan pada dunia bahwa mereka mampu mengatasi kesulitan yang mereka alami8. Usaha keras disertai keyakinan membuat orang dengan disleksia mampu mencapai kesuksesan di berbagai bidang.


Referensi

1 Penjabaran lebih lanjut mengenai tingkat intelegensi dan anak dsleksia dapat di baca di buku Chris Eboch. (2014). Living with Dyslexia. Minnesota: The Essential Library.

2 Disleksia merupakan gangguan yang menetap, selengkapnya di buku Chris Eboch. (2014). Living with Dyslexia. Minnesota: The Essential Library

3 Bantuan pembelajaran anak disleksia dapat diakses melalui tautan

http://dyslexiahelp.umich.edu/dyslexics/learn-about-dyslexia/what-is-dyslexia/debunking-common-myths-about-dyslexia.

4 Faktor lain dalam gangguan belajar dapat dibaca di buku Glynis Hannell. (2003). Dyslexia: Action Plans for Successful Learning. North Adelaide: Palmer Educational Publication.

5 Diteksi kemampuan membaca dapat dibaca lebih lanjut melalui tautan ttp://dyslexia.yale.edu/Myths.html

6 Mengajari anak disleksia membaca, tautan terkait:  http://www.das.org.sg/aboudyslexia/myths-abt-dyslexia.

 7 Pengajaran anak dengan disleksia di buku Glynis Hannell. (2003). Dyslexia: Action Plans for Successful Learning. North Adelaide: Palmer Educational Publication.

8 Figur terkenal dan berpengaruh dengan disleksia, via http://www.dyslexia.com/famous.htmhttp://dyslexia.yale.edu/successfuldyslexics.htmldan http://www.disabled-world.com/artman/publish/article_2130.shtml


By: Yason Pranata

Let others know the importance of mental health !

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Mari Kenali Anak Berbakat secara Lebih Dekat!

Next
Next

Anak Saya Telah Remaja, Saya Harus Bagaimana?