Autisme: Malaikat Juga Tahu – Ketulusan Cinta Seorang Autis

malaikat juga tahu.jpg

“Jangan ngomong soal akal. Juga jangan ngomong soal adil. Aturan kamu… aturan kita… itu tidak berlaku untuk Abang.”

– Bunda

Malaikat Juga Tahu adalah salah satu dari lima film pendek yang dikemas dalam antologi film berjudul Rectoverso. Sesuai dengan tagline Rectoverso yang berbunyi “Cinta yang tak terucap”, film Malaikat Juga Tahu bercerita tentang kisah cinta mengharukan dari seorang pengidap autis bernama Abang.

Sinopsis

Abang (Lukman Sardi) adalah seorang pengidap autis yang telah menginjak usia dewasa. Ia tinggal bersama bundanya yang memiliki usaha berupa sebuah rumah kost. Meskipun memiliki keterbatasan dalam berinteraksi sosial, Abang akhirnya menjalin persahabatan dengan seorang anak kost bernama Leia (Prisma Nasution). Leia adalah seorang gadis yang sabar dan mampu menghadapi Abang dengan penuh perhatian. Kedekatan itu ternyata menimbulkan perasaan cinta di hati Abang. Akan tetapi, suasana berubah ketika Hans, adik Abang, pulang kembali ke rumah. Seiring berjalannya waktu, Hans dan Leia menjadi semakin akrab. Bunda rupanya telag memahami bahwa Abang telah jatuh cinta kepada Leia. Bundapun berusaha melindungi Abang agar dia tidak terluka atas perasaannya tersebut. Bunda menegaskan kepada Leia dan Hans bahwa dunia Abang berbeda dengan dunia mereka. Abang tidak akan pernah bisa menerima kenyataan bahwa Hans dan Leia saling mencintai.

Hints Perilaku Autis Yang Bisa Diamati

Film Malaikat Juga Tahu adalah film singkat yang bisa dijadikan sarana untuk memahami secuplik kehidupan orang dengan autisme. Mereka memiliki kehidupan yang terjadwal. Rutinitas yang sama adalah bagian terpenting dari kehidupan mereka. Di dalam film, hal tersebut bisa diamati dari kebiasaan Abang untuk mencuci baju pada jadwal tertentu. Karakteristik orang autis yang suka melakukan perilaku repetitif (berulang-ulang) ditampilkan melalui kebiasaan Abang untuk mengulang-ulang kata ketika berbicara. Abang juga tidak pernah melakukan kontak mata ketika berinteraksi dengan orang lain; salah satu perilaku khas yang sangat mudah ditemui pada orang-orang dengan autisme. Film ini juga menunjukkan bahwa orang dengan autisme memiliki bakat seperti orang normal pada umumnya. Dalam film tersebut dikisahkan bahwa Abang memiliki kemampuan untuk bermain biola dan menghafal lagu-lagu klasik dari berbagai musisi dunia.

Selain itu, kelekatan yang tinggi terhadap sebuah benda tertentu juga dialami oleh orang dengan autisme. Hal ini ditunjukkan melalui sebuah adegan dimana Abang memiliki perhatian ekstra terhadap koleksi kotak sabun miliknya. Pada salah satu adegan, Abang mengalami frustrasi dan melarikan diri dari rumah ketika salah satu koleksi kotak sabunnya hilang. Adegan tersebut memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana pentingnya kestabilan dan rutinitas dalam kehidupan orang dengan autisme. Mereka memiliki perhatian yang besar dalam setiap detail kehidupan mereka. Perubahan sekecil apapun dalam dunia mereka dapat menyebabkan frustasi yang berujung pada perilaku-perilaku berbahaya dan menyakiti diri sendiri.

Selain perilaku-perilaku di atas, penonton juga bisa mempelajari kehidupan seorang pengidap autis dengan memperhatikan detail kehidupan Abang. Abang selalu memiliki gaya berpakaian yang sama, dengan pilihan kaos bercorak serupa. Gestur tubuh yang tidak biasa, cara berjalan, dan cara menanggapi pembicaraan merupakan tanda-tanda yang patut diamati oleh penonton. Dengan menikmati film ini, penonton akan memiliki wawasan yang lebih luas mengenai kehidupan sehari-hari orang autis dan tantangan yang dialami oleh orang-orang terdekat dalam merawat mereka.

Meskipun film ini berfokus pada kisah cinta Abang, secara tersirat film ini ingin menyampaikan bahwa orang dengan autisme memiliki kesempatan untuk bisa mandiri. Di usia dewasa, Abang tidak membutuhkan bantuan Bunda untuk merawat dirinya. Abang juga mampu berinteraksi dengan anak-anak kost walaupun masih sangat terbatas. Itu artinya, orang dengan autisme memiliki harapan yang besar untuk bisa berfungsi di masyarakat secara mandiri. Asalkan orang tua memberikan penanganan yang tepat sejak dini, maka mereka bisa diajari untuk merawat dirinya sendiri dan berguna bagi lingkungan sekitarnya. Jadi, jangan anggap remeh orang-orang dengan autisme. Meskipun mereka memiliki pola hidup yang berbeda dari orang kebanyakan, mereka mampu beraktivitas layaknya orang normal.


Informasi Film

Judul            :  Malaikat Juga Tahu

Sutradara     : Marcella Zallianty

Aktor           : Lukman Sardi, Prisia Nasution, Dewi Irawan

Rilis             : Februari 2013

Produksi      : Keeana Production & Communication

Durasi          : 110 menit

Sumber data tulisan

Baca juga informasi seputar film melalui laman:

http://id.wikipedia.org/wiki/Rectoverso_%28film%29

Image feature credit: www.4.bp.blogspot.com

By: Azka Nafirul Hasna

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Cinta tanpa Syarat untuk Individu dengan Down Syndrome

Next
Next

Kemampuan Luar Biasa di Balik Autisme