Ayo Hidup Panjang Umur dengan Tersenyum!

“Senyum adalah tata rias terbaik yang dapat dipakai oleh seluruh wanita.”

-Marilyn Monroe-

Apakah saat ini Anda sedang bahagia? Kebahagiaan adalah keadaan emosi positif yang didefinisikan secara subjektif oleh setiap orang.[1] Lalu, apa yang Anda lakukan ketika sedang mengalami perasaan bahagia? Tiap orang di dunia ini pasti pernah mengalami perasaan bahagia. Bukti nyata dari sebuah kebahagiaan atau rasa bahagia yang dialami oleh seseorang adalah lahirnya sebuah senyuman. Orang yang sedang berbahagia akan mudah sekali untuk tersenyum. Bahkan tersenyum dan senyum Anda mungkin bisa menjadi hadiah sederhana untuk orang disekeliling Anda. Senyum dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka dan sebagainya dengan mengembangkan bibir sedikit. Bahkan, kamus besar bahasa Indonesia mengartikan tersenyum sebagai tertawa tanpa suara.[2]

Ada 2 Jenis Senyuman di Dunia

Tahukah Anda jika di dunia ini ada 2 jenis senyuman? Jenis senyuman pertama disebut sebagai senyuman Duchenne — Guillaume Duchenne merupakan penemu dari jenis senyum ini. Senyum Duchenne dianggap sebagai sebuah senyuman sejati. Senyuman ini ditandai dengan mulut Anda melekuk ke atas dan kulit di sekitar sudut mata berkerut (berbentuk seperti kaki burung gagak). Otot yang melakukan ini, orbicularis oculi dan zygomaticus, sangat sulit untuk dikendalikan dengan sengaja. Jenis senyuman kedua disebut sebagai senyuman Pan American (merujuk pada senyum awak penerbangan di iklan televisi maskapai penerbangan yang kini sudah tutup) adalah senyum palsu yang sama sekali tidak mengandung unsur senyuman Duchenne.[3]

Dacher Keltner dan LeeAnne Harker yang mempelajari 141 foto siswa kelas senior dalam buku tahunan 1960 dari Mills College. Setengah dari jumlah foto siswa kelas senior dalam buku tahunan tersebut melakukan senyum Duchenne. Ketika dihubungi pada usia 27, 43 dan 52 tahun dan ditanyai tentang pernikahan serta kepuasan hidup mereka secara mengejutkan rata-rata perempuan dengan senyuman Duchenne lebih mungkin menikah, mempertahankan pernikahannya dan mengalami kebahagiaan secara personal sampai 30 tahun kemudian.[4]

Fakta tersenyum dapat menjadi faktor yang akan membuat Anda dapat berumur panjang juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Wayne State University Michigan. Penelitian ini menganalisis 230 foto pemain sepak bola lewat senyuman mereka. Peneliti membagi foto tersebut menjadi kategori senyum yang memperlihatkan gigi dan kerutan di bagian mata serta pipi, setengah senyum dan tidak tersenyum. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 184 pemain yang tidak tersenyum atau setengah tersenyum usia mereka hanya mencapai 72 tahun. Sebanyak 75 orang pemain sepak bola lainnya hidup hingga usia 80 tahun.[5]

Selain dapat memperpanjang hidup Anda, senyum juga dapat membuat Anda tampak lebih muda dan lebih sukses dalam karir serta kehidupan pernikahan. Jadi, Anda tunggu apa lagi? Ayo tersenyum! Berikan senyuman terbaik Anda untuk orang disekeliling Anda terutama orang-orang yang Anda sayangi. Senyum Duchenne bisa menjadi salah satu cara untuk membuat umur Anda panjang karena sejatinya senyum akan mendatangkan kebahagiaan. Tersenyum supaya hal bahagia dapat tercipta, jangan menunggu kebagahagiaan tercipta lalu Anda baru tersenyum. Let’s, say cheese!


Sumber Data Tulisan

[1] Selengkapnya bisa Anda baca pada jurnal Orientasi Kebahagiaan Siswa SMA, Tinjaun Psikologi Indigenous Pada Siswa Laki-Laki dan Perempuan yang ditulis oleh Putri Oetami dan Kwartarini Wahyu Yuniarti

[2] Selengkapnya Anda bisa cek pada laman web http://www.kbbi.web.id/senyum

[3], [4] Selengkapnya bisa Anda baca pada buku karya Martin E.P Seligman yang berjudul Authentic Happiness

[5] Selengkapnya bisa Anda baca pada laman web http://www.liputan6.com/health/read/274721/tersenyum-membuat-umur-lebih-panjang

By: Dzikria Afifah Primala Wijaya

Dzikria A. Primala

Write to be understood, speak to be heard and read to grow. Mahasiswi Psikologi. Nice to see ya!

Previous
Previous

Bagaimana Keluarga Bisa Berpengaruh dalam Perkembangan Emosi Anak?

Next
Next

Moebious Syndrome: Penyakit Langka Terkait Ekspresi Wajah