Berdamailah dengan Stres dan Buat Hidup Lebih Bahagia!

“Pada dasarnya setiap peristiwa dapat menjadi sebuah stresor. Persoalannya hanya terletak pada evaluasi subjektif diri kita terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.”

– Marcello Mortillaro &Klaus R. Scherer –

Pernahkah Anda merasakan gejolak dalam menjalani rutinitas harian? Pernahkah Anda mengalami suatu peristiwa yang terasa berat untuk dilalui? Sebagian besar orang tentu akan mengatakan “ya”. Sebab, jika dianalogikan sebagai sebuah jalan, hidup tentu bukan jalanan yang tanpa tikungan. Ada berbagai tantangan dan lika-liku yang harus di lalui untuk menjadikan diri kita berkembang.

Ketika berada dalam situasi yang penuh tekanan atau membuat kita sedih, seringkali kita menyebutnya dengan stres. Kehilangan orang tercinta serta tuntutan berlebih dalam belajar atau bekerja menjadi contoh yang umum dialami. Pada dasarnya stres tidak hanya bersifat negatif. Menurut seorang profesor Psikologi,  Michael S. Gazzaniga, stres adalah respon perilaku, psikologis, dan fisiologis seseorang terhadap suatu peristiwa. Peristiwa pahit yang dihadapi bisa saja tidak sesuai atau melebihi kemampuannya untuk merespon dengan cara yang sehat.1 Keadaan yang demikian menimbulkan stress.

Stressor, yakni lingkungan atau rangsangan  yang dirasa mengancam seseorang. Nah, akibatnya akan memunculkan respon yang disebut dengan coping.1Coping merupakan pola pikir dan perilaku untuk menguasai, mengurangi, dan mentolerir tuntutan internal maupun eksternal yang dimunculkan oleh stres.2Ada berbagai strategi jitu yang dapat Anda lakukan untuk berdamai dengan stres dan menjadi lebih bahagia. Berikut ini merupakan kompilasi strategi coping yang ditawarkan oleh beberapa pakar psikologi dunia:

1. Membuat Penilaian Ulang

Cara kita membuat penilaian atau mempersepsi lingkungan adalah hal yang penting untuk mencegah terjadinya stress. Dalam sebuah penelitian dibuktikan bahwa penilaian yang positif akan mengurangi stres. Selain itu, seseorang juga lebih dapat melakukan coping yang adaptif.2 Takaran stres setiap orang berbeda. Suatu peristiwa atau masalah dapat dianggap sebagai peristiwa yang menyebabkan stress bagi seseorang, namun tidak bagi yang lainnya. Hal tersebut bergantung pada cara seseorang memberikan penilaian. Ketika suatu hal membuat Anda  tidak nyaman, cobalah berpikir ulang dari sisi sebaliknya. Saat Anda kehilangan seorang kekasih misalnya, pikirkan bahwa Tuhan mungkin ingin memberikan sosok yang lebih baik. Kemudian bagi Anda para mahasiwa, tugas yang menumpuk seringkali membuat kita mengeluh. Perlahan, cobalah berpikir bahwa hal itu merupakan tantanganluar biasa yang akan membuat Anda berkembang.

2. Mencari Aktivitas Positif

Strategi ini merupakan satu dari bentuk coping yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman yaitu emotional-focused coping.2 Anda sebaiknya menjalani aktivitas-aktivitas yang menyenangkan sebagai bentuk perlawanan terhadap stres. Perasaan positif yang muncul akan membuat Anda lebih tenang dan siap untuk kembali produktif. Pikiran yang tenang akan membantu Anda menemukan solusi yang tepat bagi permasahan yang dialami. Namun demikian, ingatlah untuk tidak terlena dan bergegaslah untuk bangkit.

3. Mencari Orang yang Anda Percayai

Strategi ini merupakan bentuk coping lain yang sering disebut seeking social support.2 Anda hendaknya mencari dukungan dari kerabat dan sahabat-sahabat Anda untuk menghadapi tekanan. Pahamilah kapasitas diri Anda dan carilah bantuan ketika Anda membutuhkannya. Dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan Anda energi yang lebih besar untuk menghadapi problematika kehidupan. Ketika Anda mengalami kebuntuan, mintalah solusi dari kawan-kawan terpercaya Anda.

4. Mencari akar permasalahan dan selesaikan masalahnya

Strategi ini menganjurkan Anda untuk mencari solusi nyata dari permasalahan yang dialami. Upaya mencari pengalihan atau menghindari masalah coba untuk dihindarkan. Cara ini baik sebab permasalahan Anda tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Namun demikian, ingatlah bahwa strategi ini perlu dilakukan pada situasi dan waktu yang tepat.

5. Mendekatkan diri dengan Tuhan

Suatu hasil penelitian oleh Freidman dkk melaporkan bahwa religiusitas membantu seseorang mengatasi peristiwa yang tidak menyenangkan. Kehidupan yang religius atau keagamaan dapat membantu individu dalam menurunkan kecemasan, kegelisahan, dan ketegangan.3 Berbagai bentuk coping yang dilakukan akan baik kiranya jika diimbangi interaksi yang baik dengan Tuhan. Ketenangan batin akan membantu Anda menjalani kehidupan dengan lebih positif.

Tidak ada strategi yang selalu tepat untuk mengatasi stres. Ada kalanya Anda perlu menenangkan diri sejenak. Ada kalanya pula Anda dituntut untuk segera menyelesaikan masalah. Tentu untuk memilih strategi terbaik Anda harus memahami situasinya. Mengombinasikan berbagai cara di atas juga dapat menjadi strategi tersendiri. Hal yang paling penting adalah kenali gaya coping Anda dan pahami betul apa masalahnya. Ingat, berdamailah dengan stres dan buat hidupmu tetap bahagia. Jangan biarkan diri Anda terpuruk dan menyesal di kemudian hari.


Sumber Data Tulisan

1Krevlar. (2013). Gazzaniga Chapter 11. Diakses melalui https://quizlet.com/30349088/gazzaniga-chapter-11-flash-cards/ tanggal 28 September 2015.

2Giancola, J. K, M. J. Grawitch, & D. Borchert. (2009). Dealing with the Stress of College: A Model for Adult Students. Adult Education Quarterly, 59(3): 246-263.

3Galuh, S. A., & Utami, M. S. (2007). Religiusitas dan Psychological Well Being. Jurnal Psikologi UGM, 34:2, 164-176.

By: Sekar F.

Featured Image Credit:

aspiredtherapies.co.uk

Let others know the importance of mental health !

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Mental Health for Better Life: Inilah Seruan untuk Indonesia yang Sehat Mental!

Next
Next

Goldon Allport: Orang yang Sehat Mental akan Tetap Bangkit meskipun Ia Gagal