Bethany Hamilton: Peselancar Dunia dengan Satu Tangan

bethany Hamilton.jpg

“Saya tidak akan mengubah hal yang terjadi pada saya. Saya lebih banyak memiliki kesempatan merangkul orang lain dengan satu tangan daripada ketika memiliki dua tangan.”

– Bethany Hamilton

Memiliki tubuh yang sempurna memang merupakan keinginan dari setiap orang. Dalam setiap jenjang kehidupan, manusia juga menginginkan kesempurnaan, dimulai dari masa muda sampai kehidupan di masa tua. Coba bayangkan, jika impian kita terhambat oleh karena keterbatasan yang kita miliki. Apa yang akan kita lakukan? Ingin tidur dan melanjutkan mimpi atau tetap bangun dan mewujudkan mimpi? Bethany Hamilton, bangun dan tetap mewujudkan mimpinya.

Siapakah dia?

Bethany Meilani Hamilton, seseorang dengan tunadaksa yang awalnya lahir dengan tubuh normal di Hanalei, Kauai, Hawaii, pada tanggal 8 Februari 1990. Ia mulai berselancar tahun 1992, ketika ia berusia 2 tahun. Ia juga mengikuti kompetisi selancar pada usia 8 tahun di Hawaii dan memiliki karir cemerlang diusianya dimana ia mengikuti berbagai kompetisi, memenangkan banyak piala dalam bidang selancar serta mensponsori berbagai merek ternama termasuk papan selancar dengan brand ternama Rip Curl dan Tim Carroll Sufboards. 1

Tragedi yang mengubah hidup

Karir cemerlang di usia remaja, bahkan sebelum ia menginjak masa dewasa membuat Bethany Hamilton mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Gelombang laut yang ganas tidak hanya dihadapi olehnya di air, namun juga dalam hidupnya. Di usia 13 tahun, pada tanggal 31 Oktober 2003, ketika liburan, ia berselancar dengan sahabatnya, ayah dan kakak lelakinya. Tiba-tiba lengan kiri Bethany diserang seekor hiu 15 kaki dan membuatnya kehilangan banyak darah serta harus diamputasi.3 Hal ini sempat membuat orang-orang berpikir, bahwa hal tersebut merupakan akhir dari karirnya dalam berselancar.

Mewujudkan impian dengan satu lengan

… And if you have faith, anything is possible, anything at all  – Bethany Hamilton.

Kehilangan satu lengan, membuat Bethany mengalami trauma. Tak mau menyerah dan berdiam diri, satu bulan setelah kejadian tersebut, ia pulih dari perawatan rumah sakit dan segera meluncur kembali ke air. Menyesuaikan diri dengan satu tangan saat melakukan segaa hal bahkan saat berselancar membuat ia sempat mengalami gejolak emosi dan tekanan dalam dirinya. Jika dahulu ia dapat meyeimbangkan tubuh diatas papan selancar dengan dua tangan, kini ia hanya mampu menggunakan satu tangan saja. Menghadapi hal tersebut, Bethany tak sendirian, ia memiliki dukungan penuh dari keluarganya. Ayahnya pun membantu memodifikasi papan selancarnya agar mudah digunakan oleh Bethany saat berselancar dan mengajarinya sebuah teknik yang baru.

Ketika Tsunami tahun 2005 di Thailand, Bethany memiliki keinginan untuk pergi melakukan kegiatan sosial. Ia mencoba mengajari anak-anak yang menjadi korban bencana untuk berselancar, dari hal tersebut ia belajar banyak hal. Ia memiliki gairah untuk berselancar dan mewujudkan impiannya menjadi peselancar. Bethany merasa termotivasi. Akhirnya ia mengikuti berbagai pertandingan. Gadis itu menantang tingginya gelombang, ia membuktikan bahwa ia patut dianggap sebagai saingan yang serius oleh peselancar lainnya. Walaupun pada awal kemunculannya semua orang tidak percaya namun ia mematahkan pemikiran tersebut dan akhirnya menjadi peselancar internasional.

Cerita perjuangan hidup Bethany Hamilton digambarkan dalam autobiografinya tahun 2007 yang menjadi best seller dan film yang berjudul Soul Surfer. Sebuah film yang didasari oleh kisah nyata dari dirinya tentang iman dan harapan yang ia miliki. Sampai saat ini, Bethany ikut serta dalam kegiatan amal dan memiliki sebuah forum khusus dinamakan Friends of Bethany, yang membuat banyak anak muda terinspirasi olehnya. Ia mendapatkan berbagai penghargaan dari berbagai negara, salah satunya sebagai ‘Woman of The Sea’ dari The Surf Industry Manufacturers Association (SIMA) . Bethany juga berkeliling dunia yang salah satunya adalah Indonesia, untuk melakukan kegiatan sosial dan membantu orang lain untuk bangkit dari keterpurukan.

Bethany Hamilton membuka mata kita untuk menjadi seseorang yang harus mampu mengalahkan diri sendiri meskipun mengalami keterbatasan fisik. Jika Bethany menyerah dimasa ia mengalami tragedi, mungkin tidak akan ada peselancar dengan keterbatasan fisik yang melahirkan atlet peselancar yang sama. Perjuangan hidupnya menggambarkan bahwa ketika kita menghadapi masalah, jangan pernah menyerah kalah, karena kita jauh lebih besar dari hambatan dan keterbatasan itu.


Sumber data tulisan

1 Quote Bethany Hamilton dapat diakses dari http://www.goodreads.com/quotes/tag/bethany-hamilton

2 Biografi Bethany Hamilton. Dapat juga ditinjau dalam http://bethanyhamilton.com/profile/

3 Tragedi hidup yang dialami oleh Bethany Hamilton. Dapat diakses dari http://www.soulsurfer.com/about.html

4 Friends of Bethany Dapat juga diakses dari http://www.friendsofbethany.com/become-a-friend-of-bethany/

By: Rinesha

Featured Image Credit: www.myspace.com

Let others know the importance of mental health !

Rinesha Tiara Romauli Siahaan

S1 Psikologi Universitas HKBP Nommensen Medan. Memiliki minat dalam dunia perkembangan anak dan remaja.

Previous
Previous

Fanny J. Crosby: Spiritualitas dalam Disabilitas

Next
Next

Curhat: Sering Merasa Bersalah dalam Banyak Hal