Ambiver : Bukan Introver, Bukan Ekstrover

Sebut saja namanya Putri. Gadis berusia 20 tahun yang ramah dan ceria. Ia sering menyapa beberapa orang yang ditemuinya ketika melewati lorong kampus. Dari sapaan ‘hai’ yang mengundang senyum, sampai menyebut nama orang yang ia temui dengan bersemangat.

Putri adalah pengamat ekspresi dan bahasa tubuh yang baik. Selain mengobrol atau makan bersama teman, diam-diam Putri pintar memahami ekspresi dan bahasa tubuh mereka. Semua orang yang mengenal Putri menganggap bahwa ia adalah orang yang terbuka dan mudah bergaul dengan orang baru.

Akan tetapi, ada kalanya Putri lebih memilih berdiam diri di kamar tanpa ingin diganggu siapapun. Ia menolak ajakan temannya untuk temu kangen hanya karena ingin menghabiskan waktu sendirian. Ia ingin menghabiskan waktu dengan membaca buku, menonton film, atau mendengarkan musik seorang diri.

Di lain waktu, beberapa kali Putri pernah sengaja menghindari lorong yang biasa ia lewati di kampus. Alasannya karena Putri sedang tidak berminat untuk mengobrol dengan orang lain. Sengaja mengabaikan orang ketika bertemu di jam makan siang atau perpustakaan juga pernah Putri lakukan.

Apakah Putri memiliki gangguan mood? Atau Putri memiliki gangguan kepribadian ganda?

Ini Jawabannya!

Jika dengan istilah ekstrover maupun introver, mungkin kamu sudah sangat familiar dengan dua tipe kepribadian itu. Lalu, bagaimana dengan istilah ambiver? Apakah kamu pernah dengar?

Apa yang dilakukan oleh Putri merupakan salah satu contoh dari seseorang yang memiliki kepribadian ambiver. Di waktu tertentu, ia mampu bersikap sebagai seorang introver. Di waktu yang lain, ia mampu bersikap sebagai seorang ekstrover. Mereka yang ambiver mampu bersikap seperti itu secara tepat tanpa terlihat perubahan yang terlalu ekstrem.

Orang-orang dengan kepribadian ambiver dianggap seseorang yang profesional. Dianggap profesional karena mereka memiliki mood yang tidak terlalu ekspresif maupun pendiam dan mereka bisa melakukan pendekatan pada orang sekitar sesuai situasi. Selain itu, orang yang memiliki kepribadian ambiver dianggap mudah beradaptasi. Mengapa demikian? Alasannya karena orang yang memiliki kepribadian ambiver merasa nyaman dengan situasi ramai maupun sendirian dan mereka juga memahami kapan harus menjadi pendengar atau menjadi yang didengarkan.

Apakah Kamu Seorang Ambiver?

Ambiver bukan kepribadian yang sempurna. Hanya saja, mereka lebih mudah untuk memilih kapan menjadi introver atau ekstrover. Bagaimana pun juga, seorang ambiver juga memiliki sifat introver dan ekstrover tanpa ada yang mendominasi.

Seorang introver cenderung menarik diri dari keramaian, sementara ekstrover cenderung mencari-cari keramaian. Lalu bagaimana, dengan ambiver? Seorang ambiver akan merasa baik-baik saja dengan kedua situasi seperti itu.

Contoh lainnya, apa yang kamu pilih? Pergi bersama teman atau menonton film sendirian? Jika kamu menolak melakukan itu semua atau mampu melakukan keduanya dengan tepat, maka mungkin kamu cenderung orang yang memiliki kepribadian ambiver.

Apapun kepribadianmu, sebenarnya tidak ada kepribadian yang salah apalagi sempurna. Baik introver, ekstrover, maupun ambiver tetap memiliki sisi baik ataupun buruk.

Setelah membaca ulasan di atas, sudahkah kamu mengetahui apa tipe kepribadianmu?

Dzikria A. Primala

Write to be understood, speak to be heard and read to grow. Mahasiswi Psikologi. Nice to see ya!

Previous
Previous

Ayah, Hadirmu Sepanjang Usiaku

Next
Next

Apakah Menangis Memang Hanya Untuk Perempuan?