Cinta Adalah Seni

“Di mana ada cinta, maka disitulah ada kehidupan”

— Mahatma Gandhi

Siapa sangka bahwa cinta adalah sebuah seni? Apa hubungan antara seni dan cinta? Bagian mana dari cinta yang merupakan sebuah seni? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab oleh Erich Fromm dalam karyanya ini. Eich Fromm adalah seorang psikolog asal Jerman yang banyak berfokus pada psikologi sosial. Fromm mengungkapkan bahwa cinta adalah sebuah seni yang harus dimengerti dan diperjuangkan. Untuk memahami pendapat tersebut dapat kita mulai dengan menjelaskan berbagai teori mengenai cinta.

Cinta adalah jawaban dari masalah eksistensi manusia. Fromm menjelaskan bahwa apabila kita memiliki cinta, maka pada saat itu pula kita terancam dengan adanya sebuah kondisi yang disebut dengan keterpisahan. Sebagai makhluk sosial, manusia akan merasakan sebuah perasaan asing, kesendirian hingga kegelisahan. Oleh karena itu, cinta adalah “obat” untuk manusia mengatasi keterpisahan. Selain itu, Fromm juga menegaskan bahwa cinta yang sesungguhnya bukanlah sebuah tindakan pasif, melainkan berfokus pada tindakan aktif berupa “memberi”.

Selanjutnya, dijelaskan mengenai cinta orang tua dan anak. Ketika seorang bayi lahir, tentu dia belum memiliki kekuatan untuk bertahan hidup sehingga akan merasa takut. Untuk mengatasi ketakutan tersebut bayi merasakan hal positif dari kehangatan dan makanan yang berasal dari ibu. Sehingga seiring berjalannya waktu, bayi akan paham bahwa dia mendapatkan cinta tanpa perlu melakukan apapun. Karena hal itu lah ditegaskan oleh Fromm bahwa cinta ibu merupakan jenis cinta yang paling tinggi dan suci karena pada kenyataannya, ibu tidak hanya mencintai anaknya yang sedang tumbuh tetapi bahkan telah mencintainya sejak kondisi dimana anak sangat bergantung padanya yaitu ketika masih bayi.

Teori kedua mengenai objek dari cinta itu sendiri. Ketika seorang pribadi hanya mencintai satu orang dan mengacuhkan yang lain, itu bukanlah cinta. Karena cinta yang sesungguhnya adalah ketika dapat mengatakan “saya cinta kamu”, tetapi juga harus dapat mengatakan “saya mencintai semua orang, saya mencintai seluruh dunia, saya mencintai kamu dan juga diriku”.

Teori diatas secara tersirat juga menyatakan bahwa cinta dapat diwujudkan dengan sesamanya. Cinta itu diwujudkan dengan berbagai bentuk, yaitu degan rasa tanggung jawab, kepedulian, pemahaman tentang orang lain, dan kehendak untuk melestarikan lingkungan. Jenis cinta ini didahului pada perasaan cinta pada orang yang tidak berdaya, orang miskin  dan pada orang asing. Sehingga dengan kata lain dapat diketahui bahwa cinta terhadap sesama merupakan cinta kesetaraan.

Jenis cinta yang selanjutnya adalah cinta erotis, yaitu sebuah cinta yang mendambakan peleburan total dan penyatuan dengan pribadi lain. Cinta ini adalah cinta yang sepenuhnya berisi ketertarikan antar individu, ketertarikan mengenai hal yang unik diantara dua pribadi yang berbeda. Contohnya ketika seseorang yang awalnya adalah orang asing yang kemudian berkenalan hingga akhirnya mencapai sebuah hubungan yang lebih dekat.

Cinta dengan diri sendiri juga tak luput dijelaskan oleh Erich Fromm. Walaupun mencintai diri sendiri memang terkesan narsis, tetapi dengan mencintai dan memahami diri maka akan dapat pula menumbuhkan sikap hormat, cinta dan mampu memahami orang lain. Secara garis besar, cinta diri tidak dapat dipisahkan dengan cinta pada makhluk lain.

Selain cinta terhadap manusia, cinta terhadap Tuhan juga perlu dipahami. Sebenarnya, cinta terhadap Tuhan tidaklah berbeda dengan cinta seseorang dengan sesamanya. Karena pada kenyataannya, cinta kepada Tuhan dapat ditunjukkan dengan mencintai segala sesuatu yang berasal dari-Nya.

Setelah Fromm menjelaskan berbagai jenis cinta yang ada, tentu pula dibarengi dengan penjelasan mengenai praktik cinta itu sendiri. Sayangnya, didalam buku ini tidak berisi bagaimana tips-tips mencintai orang lain dengan baik seperti kebanyakan buku tips-tips mencintai. Namun, Fromm menyatakan bahwa mencintai merupakan sebuah pengalaman pribadi yang hanya dapat dirasakan semua orang oleh dan untuk diri sendiri. Selanjutnya Fromm membahas mengenai praktik-praktik bagaimana kegiatan seni dilakukan, seperti kedisiplinan, konsentrasi, kesabaran, perhatian penuh dan bagaimana orang-orang hanya dapat mempelajari seni secara tidak langsung melalui pengalamannya.

Fromm mengakhiri bukunya yang merupakan best seller international ini dengan menghubungkan berbagai teori mengenai cinta dengan praktik-praktik seni, yang kemudian dapat diaplikasikan untuk membantu mempertahankan cinta. Nah, dengan ulasan tersebut, apakah anda tertarik untuk menggunakan praktik seni dalam mencintai seseorang?


Sumber Data Tulisan

Identitas Buku

Judul               : The Art Of Loving

Penulis            : Erich Fromm

Alih Bahasa    : Andri Kristiawan

ISBN              : 978-602-03-0408-3

Tahun Terbit   : 2014. (Pertama kali terbit di Indonesia tahun 2005)

Penerbit          : PT Gramedia Pustaka Utama (Jakarta)

Ketebalan        : 186 halaman

By: Nurmalita Rahman

Featured Image Credit: list.qoo10.co.id

Nurmalita Rahman

Mahasiswa Psikologi, bukan pembaca pikiran

Previous
Previous

Borris dan Anna Kozlov: Cinta Sejati Akan Membawamu Kembali

Next
Next

John dan Abigail Adams: Kesetiaan Sang Pemimpin dan Ibu Negara