Hidup Berdampingan dengan Penyesalan

 “I see it all perfectly; there are two possible situations – one can either do this or that. My honest opinion and my friendly advice is this: do it or do not do it – you will regret both.”

–Soren Kierkegaard

Siapa yang tidak pernah menyesal dalam hidupnya? Mungkin semua akan menjawab pernah. Lalu, siapa yang masih terbayang-bayang dengan rasa sesal itu? Mungkin ada beberapa yang menjawab masih.

Penyesalan memang tidak bisa dielakkan dan sudah menjadi hal dasar dalam kehidupan manusia. Rasa sesal ini juga bukan sekadar penilaian sederhana, tetapi diikuti dengan perasaan dan menjadi sebuah bentuk emosi yang hakiki.

Apa itu Penyesalan?

Penyesalan adalah emosi negatif kedua yang paling sering dirasakan oleh manusia dalam hidupnya. Hal pokok dalam rasa sesal adalah membandingkan hasil sekarang dengan hasil terdahulu. Ketika manusia membayangkan keadaan saat ini akan lebih baik, kalau saja dulu mengambil keputusan yang berbeda. Salah satu pernyataan yang muncul saat menyesal adalah, “Seandainya aku dulu……”.

Janet Landman, seorang psikolog sosial berpendapat, penyesalan adalah keadaan kognitif dan emosional yang menyakitkan karena menyesalkan atas kemalangan, keterbatasan, kehilangan, kelemahan, pelanggaran, atau kesalahan. Ia juga menyampaikan, penyesalan juga memiliki beberapa makna, yaitu teguran, pelajaran, pengerahan, dan perilaku etis.

Seseorang bisa menyesal karena perbuatan yang telah dilakukan atau gagal untuk dilakukan. Hal yang menarik dari penyesalan adalah perbuatan yang gagal untuk dilakukan menyebabkan penyesalan yang lebih lama dan mendalam dibandingkan yang sudah dilakukan.

Apa Saja yang Disesalkan?

Sebuah survei memperlihatkan, 35-65% manusia pernah menyesal. Alasan dari penyesalan yang dialaminya adalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan keluarga.

Berkaitan dengan pendidikan, ada yang merasa belum mendapatkan pendidikan yang cukup banyak. Sebagai contoh, merasa ingin melanjutkan kuliah S2, tetapi tidak dapat dilakukan sampai sekarang. Yang lebih sederhana, ingin mengikuti les musik, tetapi tidak dilakukan sampai sekarang.

Di sisi lain, rasa sesal dalam pekerjaan seringkali karena merasa seharusnya memilih pekerjaan yang berbeda dari yang dilakukan sekarang. Dengan demikian, muncul perasaan jika seharusnya mencari pekerjaan yang memiliki nilai lebih berarti juga menjadi alasan penyesalan.

Selanjutnya, penyesalan mengenai pernikahan memiliki beberapa alasan yang berbeda. Pertama, ada yang merasa seharusnya menikah lebih awal. Kedua, ada yang merasa seharusnya pernikahan ini dilakukan nanti saja. Ketiga, merasa seharusnya menikahi orang yang berbeda dari pasangannya sekarang.

Sementara itu, penyesalan dalam keluarga seringkali karena tindakan yang belum sempat untuk dilakukan. Misalnya, berusaha untuk lebih akrab dan dekat dengan anggota keluarga yang ada. Mulai dari orangtua, saudara, ataupun anak.

Membandingkan dengan Pengalaman Positif atau Negatif?

Peristiwa di masa lalu memberikan pengaruh langsung bagi kehidupan saat ini. Pengalaman positif akan membuat kita bahagia, sementara pengalaman negatif  akan membuat kita sedih. Namun, ada pengaruh yang berlawanan terkait rasa sesal manusia.

Kepuasan akan keadaan sekarang dapat meningkat jika didahului dengan pengalaman negatif. Sementara itu, kepuasan akan keadaan sekarang dapat menurun jika didahului dengan pengalaman positif.

Ketika seseorang membandingkan situasi saat ini dengan pengalaman negatif yang dialami sebelumnya, maka akan merasa lebih puas dan senang. Hal ini disebabkan ia merasa mampu melakukan hal yang lebih baik dari sebelumnya.

Akan tetapi, ketika seseorang membandingkan situasi saat ini dengan pengalaman positif yang dialami dulu, maka akan merasa sedih dan kecewa. Hal ini karena ia merasa menjadi lebih buruk dan gagal untuk mempertahankan hal baik yang pernah dicapai sebelumnya.

Amy Summervile, seorang profesor psikologi di Regret Lab Miami University menyatakan, orang yang mengalami penyesalan secara negatif, sesungguhnya memiliki emosi yang lebih penuh harapan.

Menyesal Karena Sudah Dilakukan atau Tidak Dilakukan?

Mungkin kamu pernah mengalami atau mendengar pernyataan seperti ini,

Seharusnya aku mencari pengalaman lebih banyak saat masih kuliah.

Seharusnya aku tidak malu untuk mengungkapkan rasa sayang kepada Ayah sebelum beliau meninggal.

Pernyataan di atas adalah contoh sebuah penyesalan atas tindakan yang belum sempat dilakukan. Bila kamu mencoba menanyakan kepada beberapa orang, maka mereka cenderung berfokus pada hal-hal yang gagal untuk dilakukan dan menjadi penyesalan terbesar dalam hidup mereka. Selain itu, menyebabkan kesedihan yang lebih mendalam bagi mereka.

Setidaknya ketika kamu mengalami penyesalan atas hal yang sudah kamu lakukan, kamu telah merasakan segala sesuatu yang berdampak dari tindakan tersebut. Tidak ada sebuah khayalan atau prakira yang belum pasti karena kamu sudah merasakannya.

Penyesalan akan terus menanti karena manusia hidup di antara pilihan. Tanpa bisa tahu lebih dulu mana yang memang baik buat dirinya.

Zahrah Nabila

a psychology student who is still learning and should treat herself first, before treat others

Previous
Previous

Apakah Menangis Memang Hanya Untuk Perempuan?

Next
Next

FoMo : Mereka yang Takut Kehilangan