Krisis Identitas: Ayo Kenali Dirimu!

unsplash-image-DRzYMtae-vA.jpg

Bicara soal krisis identitas, setelah usia dua puluh tahun, biasanya kamu akan dihadapkan dengan berbagai pilihan hidup. Orientasi hidupmu bagaimana, setelah kuliah akan kerja di mana, akan menikah dengan pasangan yang seperti apa, dan sekian banyak pertanyaan yang terus muncul dalam pikiran. Hal-hal tersebut seringkali menggangu dan membebani, sehingga tidak heran jika banyak yang menyebut usia 20-an merupakan usia saat hidup yang sebenarnya dimulai.

Tentu bukan hal yang mudah untuk menentukan kita akan ‘membentuk’ diri kita menjadi apa atau siapa. Bahkan, sebagian orang memilih untuk mengikuti jalan yang ada di depannya tanpa memikirkan hal-hal tersebut dengan matang. Beberapa orang berhasil melewatinya, namun tidak sedikit yang menyesal karena menyadari bahwa yang dilakukannya saat ini bukanlah hal yang sebenarnya ia inginkan.

Identity Achievement vs. Identity Diffusion

Menurut Erik Erikson, seorang developmental psychologist, terdapat delapan tahap krisis yang kita alami sejak lahir (newborn) hingga dewasa (mature). Dalam setiap tahapan, seseorang akan mengalami perkembangan dalam pembentukan kepribadiannya. Identity Achievement vs. Identity Diffusion merupakan krisis tahap kelima yang akan dialami oleh seorang individu sebagai ‘penentu arah’ dalam masa adolescenceIdentity Achievement adalah ketika kita dapat mengenali dan mengidentifikasikan diri kita dengan jelas sehingga keputusan dalam hidup yang akan diambil kedepannya dilakukan secara sadar dan dengan pengetahuan yang cukup. Sedangkan Identity Diffusion seringkali dimaknai sebagai kegagalan dalam krisis identitas.

Status Identitas: Sejauh Mana Kamu Mengenali Dirimu?

Ada dua komponen yang dapat membantu kita untuk mengidentifikasi status identitas yang dikemukakan oleh Marcia, psikolog dari Simon Fraser University. Komponen  pertama adalah “Komitmen”, di mana individu yang memiliki komitmen tinggi mengenal dirinya sendiri dengan baik dan yakin terhadap segala keputusan yang ia buat dalam hidupnya. Komponen kedua adalah “Eksplorasi”, yaitu ketika seseorang secara terus-menerus berpikir mengenai dirinya sendiri dan mempelajarinya, sehingga ia dapat menentukan keputusan yang akan ia buat dalam hidupnya.

Jika seseorang masih belum cukup memiliki komitmen dan ekplorasi yang tinggi, ia dikategorikan sebagai orang dengan status “Identity diffused”. Jika kamu salah satunya, bukan berarti kamu gagal. Namun artinya, kamu harus lebih giat mempelajari hal-hal di sekitarmu dan mengenali dirimu sendiri, serta menetapkan tujuan yang akan kamu capai ke depannya. Karena, hal tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian yang kamu miliki.

Individu yang memiliki komitmen yang tinggi namun rendah pada eksplorasi, disebut “foreclosed”. Individu ini sudah merasa cukup mengenali dirinya sendiri dan mampu berkomitmen pada keputusan yang dibuatnya. Namun, ia menghindari untuk memikirkan lebih jauh dan dalam mengenai segala sesuaty yang sebenarnya ia inginkan dalam hidupnya. Biasanya, individu dengan karakteristik seperti ini merupakan sosok anak yang ‘sesuai’ dengan ekspektasi orangtuanya. Ia memiliki nilai hidup serta pandangan politik maupun agama yang dianut dan diajarkan oleh orangtuanya. Sayangnya, ketika ia kurang bereksplorasi terhadap komitmen yang ia miliki, terdapat kemungkinan ia akan menyesal karena yang dijalaninya sebenarnya bukan yang ia inginkan.

Sebaliknya, individu yang memiliki tingkat eksplorasi tinggi dengan komitmen yang rendah, merupakan individu yang senang belajar mengenai banyak hal. Namun demikian, ia belum dapat menentukan yang akan menjadi tujuan hidupnya sehingga ia tidak memiliki komitmen yang tinggi terhadap suatu hal tertentu. Status identitas ini disebut “Moratorium”. Image seperti ini seringkali disamakan dengan ‘rebellious teen’, di mana seorang anak lebih memilih untuk mempelajari nilai-nilai, serta beberapa aspek kehidupan dari luar, yang tidak jarang bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh orangtuanya. Namun, kesenangannya untuk bereksplorasi mengenai hal baru terkadang menghalanginya untuk berkomitmen pada suatu hal tertentu, sehingga krisis identitasnya terus berlanjut.

Nah, jika kamu adalah seorang yang memiliki kedua komponen tersebut sama tingginya, selamat! Kamu termasuk individu dengan status “Identity Achieved”. Artinya, kamu mengenali dirimu sendiri, potensi yang kamu miliki, bagaimana mencapai tujuan kamu, dan berkomitmen pada pilihan atau keputusan yang telah kamu buat.

Memang, perlu banyak pembelajaran untuk mencapai “Identity Achieved” dan melewati masa krisis identitas. Oleh karena itu, penuhilah masa muda kita dengan banyak kegiatan yang bermanfaat. Mari berkumpul dengan orang-orang baru yang membuat hidupmu menjadi lebih positif!

 

Artikel dikirimkan oleh Tanaya Syifa

Sumber Tulisan: Tulisan ini disadur dari artikel “Are You Having an Identity Crisis?” oleh Susan Krauss Whitbourne Ph.D dalam PsychologyToday.com

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Berdamai dengan Perasaan Bersalah

Next
Next

Apa yang Membuat Jatuh Cinta Terasa Menyenangkan?