Liputan Event Pijar Class 1: Perempuan dan Patah Hati

liputan event pijar.jfif

Pijar Psikologi mengadakan kelas bertajuk “Perempuan dan Patah Hati” pada Sabtu (10/3). Acara yang mengundang Maria Ratih Maharani, M.Psi., Psikolog sebagai pembicara ini berlangsung di Sinergi Cowork & Network Space, Yogyakarta. Peserta acara adalah perempuan dan terbatas untuk delapan belas orang.

Arindah, panitia dari Pijar Psikologi, menerangkan bahwa tema ini dipilih untuk memberikan tempat nyaman dan kekuatan pada perempuan untuk menyembuhkan luka hatinya sendiri. “Selama ini banyak perempuan jatuh dan berhenti di fase sakit hati, sulit move on dalam jangka waktu lama. Kita coba bangkit dari fase itu,” ujarnya. Setelah materi, Ratih memandu peserta untuk melakukan dialog diri sebagai langkah awal menerima keadaan hati, serta difasilitasi untuk sharing perjalanan hatinya dalam kelompok kecil.

Salah satu akibat patah hati yang sering dialami perempuan adalah menjadi sulit untuk percaya pada orang lain. “Tubuh memiliki mekanisme otomatis untuk melindungi diri dari rasa sakit, yaitu dengan menganggap laki-laki sebagai ancaman dan menjadi makin resistan,” terangnya. Namun demikian, kondisi resistan semacam ini justru membuat seseorang lebih rentan dengan patah hati. “Semakin berusaha menentang dan melawan, pencetus kecil saja bisa memicu patah hati lagi,” jelas Ratih.

Menurut Ratih, hal penting dalam melalui masa patah hati adalah menyadari bahwa ini merupakan bagian dari perjalanan diri. “Izinkan dirimu bertumbuh, sakitnya bertumbuh adalah saat jatuh,” tegas Ratih. Ia menuturkan bahwa rasa sakit itu butuh diterima dan dilepaskan. “Dasar untuk menjadi versi terbaik dari diri adalah kesadaran dan penerimaan, bukan hanya jalannya waktu,” ujarnya.

Ratih juga menyebutkan usaha menyayangi dan memaafkan diri sebagai salah satu cara menerima dan merawat hati yang sedang sembuh dari luka. Temukan hal-hal yang membuktikan bahwa dirinya masih berharga meskipun telah disakiti. “Berhenti melakukan penghakiman benar dan salah terhadap diri sendiri dan masa lalu. Hadirlah di saat ini, apa yang bisa dilakukan saat ini,” tuturnya.

Menurut salah satu peserta, Isna, materi yang disampaikan membuatnya dapat lebih memahami patah hati yang ia rasakan dan cara mengatasinya. “Biasanya ketika mengalami patah hati, ada rasa takut untuk berbagi karena tidak ingin dijudge. Di tahap sharing tadi, jadi tahu bahwa sebenarnya aku tidak sendirian melalui ini,” tuturnya. Anjar, peserta, mengatakan bahwa selain konsep dan tema yang menarik, acara ini membuatnya merasa lebih nyaman. “Rasanya lega, padahal tadi kita bercerita pada orang yang sebelumnya tidak saling kenal,” ungkapnya. Anjar dan Isna berharap, kelas ini bisa berlanjut ke materi yang lebih mendalam.

Arindah menerangkan kelas ini hadir karena Pijar Psikologi yang selama ini bergerak dalam bidang edukasi psikologi dan konsultasi online ingin lebih dekat dengan pembacanya. “Kelas ini adalah wadah kita untuk saling bertukar pikiran dan diskusi bersama,” ujarnya. Kegiatan ini juga merupakan kelas pertama dari rangkaian kelas edukasi yang akan dilaksanakan bulan ini. “Setelah ini, akan ada tiga kelas dengan tema yang berbeda, yaitu tentang mengatasi rasa cemas, quarter life crisis, dan depresi,” terang Arindah.

Previous
Previous

Belajar dari Finlandia, Negara Paling Bahagia di Dunia

Next
Next

CURHAT: Saya Gugup Ketika Berdiskusi dengan Orang