Liputan Event Pijar Class 2: Strategi Kebas Cemas

liputan 2.jfif

Pada Jumat (16/03), Pijar Psikologi mengadakan kelas pelatihan keduanya di Sinergi Cowork & Network Space, Yogyakarta. Kelas dengan tema “Strategi Kebas Cemas” ini menghadirkan Yustisia Septiani, M.Psi., Psikolog sebagai pemateri. Kelas kali ini berfokus pada mengenali kecemasan diri, dan menyusun strategi sederhana untuk mengatasinya.

Pembahasan mengenai kecemasan berangkat dari kasus-kasus yang belakangan ini sering diterima oleh Pijar Psikologi. “Kasus kecemasan dikeluhkan terutama oleh usia produktif. Jadi kami membuat kelas di mana teman-teman dengan kecemasan bisa memahami dan menemukan bagaimana cara mengatasi kecemasannya,” terang Arindah, panitia.

Yusti menerangkan, kecemasan sebenarnya juga merupakan bekal agar manusia mau bergerak melakukan sesuatu. Permasalahan yang seringkali muncul yaitu pikiran mengenai kecemasan terus menerus mengingat dan memprediksi hal buruk yang mungkin terjadi di masa depan. Hal itu memicu munculnya emosi yang tidak nyaman. “Pikiran memang tidak bisa lupa karena tugasnya mengingat, yang bisa kita lakukan untuk mengatasi adalah melepaskan emosi negatifnya,” jelasnya.

Menurut Yusti, jika emosi negatif tidak segera diatasi dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu cara untuk mengatasi masalah kecemasan yaitu dengan mengenali penyebabnya. “Tanya ke diri sendiri, runut lagi apa penyebab rasa cemasnya. Kalau kesulitan melakukannya sendiri, cari teman untuk membantu,” tuturnya.

Yusti menambahkan, ‘be present’ juga penting dilakukan ketika sedang merasa cemas. ‘Be present’ yang dimaksud adalah fokus pada waktu dan tempat saat ini, sebab kecemasan mengarah pada rasa was-was tentang masa depan. “Hadirlah di masa ini, bukan masa depan. Rasakan apa yang ada di sekitar saat ini,” tegasnya.

Setelah mengikuti kelas, Ale, peserta, merasa mendapatkan banyak ilmu dan feedback mengenai permasalahannya, terutama pada sesi sharing. Ia juga mengatakan bahwa konsep yang diberikan sebenarnya sudah bagus, hanya saja durasi waktu yang disediakan kurang panjang. “Materinya bagus, semoga kelas selanjutnya bisa lebih panjang dan mendalam lagi materinya,” pungkasnya.

 

Previous
Previous

Love For Sale: Bukan Menghadirkan Cinta Tapi Menghadapi Sepi

Next
Next

Direktori Psikologi: Down Syndrome