Media Sosial yang Tidak Ramah untuk Kesehatan Mental

unsplash-image-dSsXm15D9hg.jpg

Media Sosial Mulai Menebar Kecemasan

Di era milenial ini, beraktivitas di media sosial adalah sebuah kegiatan yang tidak lagi asing untuk masyarakat dari berbagai lapisan. Mereka yang hidup di desa terpencil pun saat ini sudah mengenal internet dan sudah beraktivitas di Facebook. Para kaum sosialita di perkotaan bisa dipastikan memiliki akun lebih dari satu media sosial. Anak-anak di bangku SMP atau mungkin bahkan SD juga sudah mulai berselancar di media ini dengan mudah. Orang tua juga tidak mau ketinggalan. Memiliki akun media sosial sudah menjelma menjadi sebuah kebutuhan penting.

Namun, semakin lama, aktivitas di media sosial semakin mengkhawatirkan. Ada banyak hal yang dilakukan orang dengan akunnya merupakan sesuatu yang membahayakan kesehatan mental. Baik itu kesehatan mental orang lain yang terdampak dari postingan atau aksi tertentu, hingga kesehatan mental pemilik akun itu sendiri.

Ada banyak contoh sederhana yang bisa diambil. Misal, tanpa disadari, saat ini bullying di media sosial semakin marak. Entah itu berawal dari balasan komentar yang tidak sesuai, munculnya gambar atau meme yang mencela pihak tertentu, hingga judgment netizen yang sering kali sudah di luar logika. Selain itu, perilaku lebih ekstrem lainnya juga muncul. Perilaku tersebut meliputi kasus bunuh diri yang disiarkan langsung lewat Facebook, ajakan bunuh diri yang disebar lewat media sosial yang sempat marak di luar negeri (Blue Whale Challenge), penyebaran konten pornografi, dan sebagainya.

Sudah Saatnya Peduli

Mengingat pengguna media sosial saat ini sudah sangat beragam dan tidak dapat dibatasi, penyalahgunaannya sudah harus menjadi sorotan. Bagaimana jika anak di bawah umur terpapar dengan tayangan pornografi? Bagaimana jika tayangan bunuh diri kemudian mendorong banyak orang untuk melakukan hal yang sama?

Kekhawatiran akan fenomena inilah yang mendorong Pijar Psikologi untuk gencar menanamkan kesadaran pentingnya menjaga media sosial menjadi media yang ramah kesehatan mental. Untuk itu, bulan November ini didedikasikan sebagai langkah awal kampanye menciptakan lingkungan media yang mendukung mental yang sehat. Konten yang diproduksi, terhitung mulai tanggal 13-19 November 2017 akan bertemakan media sosial sehat mental.

Kami juga mengajak para pembaca Pijar untuk turut serta dalam kampanye ini. Khusus untuk kampanye ini, kami menggunakan tagar #MedSosSehatMental sebagai salah satu metode penyampaian pesan di berbagai media sosial kami. Anda bisa berbagi bersama kami lewat postingan Anda menggunakan tagar tersebut. Bagikan tentang keadaan yang ada saat ini menurut pengamatan Anda dan apa yang bisa dilakukan untuk menciptakan media sosial yang mendukung kesehatan mental. Kegiatan ini bisa Anda lakukan di berbagai media sosial dengan tentunya tidak lupa men-tag akun Pijar Psikologi di postingan Anda.

Pijar Psikologi berharap, langkah sederhana ini bisa menimbulkan pemahaman baru, bahwa media sosial seharusnya bisa menjadi lingkungan yang aman dan nyaman. Sesuai dengan namanya, media ini harusnya menjadi jembatan untuk kehidupan sosial yang lebih baik. Bukan malah menciptakan lingkungan baru yang penuh dengan bahaya dan intimidasi.

Sudahkah Anda bijak menggunakan media sosial Anda? Mari ikut serta bersama misi Pijar Psikologi untuk menjadikan media sosial yang ramah kesehatan mental!

Salam berpijar untuk negeri!

Koes Ayunda Zikrina Putri

I write and read about psychology but i talk about football (a lot). Sometimes you may hear me on the radio. Enjoying life as Chief Creative Officer Pijar Psikologi.

Previous
Previous

Media Sosial dan Kesehatan Mental: Yes or No?

Next
Next

Ayah, Hadirmu Sepanjang Usiaku