Mengejar Kesempurnaan dengan Menunda Pekerjaan?

unsplash-image-uhTcr_XBc8w.jpg

“Jangan izinkan keinginanmu untuk meraih kesempurnaan justru membuatmu prokrastinasi.”-Anonim


Apakah Anda sering menunda-nunda pekerjaan? Apakah Anda sering tidak segera mengerjakan suatu tugas kuliah yang baru saja diberikan? Jika iya, Anda tidak sendirian. Sebab banyak orang yang tanpa sadar sering melakukan hal tersebut, yaitu menunda untuk tidak mengerjakan pekerjaan maupun tugas dengan segera. Dalam psikologi, hal ini sering disebut sebagai prokrastinasi. Jika terlalu sering melakukannya, prokrastinasi akan menjadi kebiasaan yang buruk bagi kita. Hal ini terkadang membuat kita merasa stres dan bersalah karena seakan memiliki banyak tanggungan yang belum terselesaikan.

Orang yang melakukan prokrastinasi seringkali dianggap sebagai orang yang malas. Padahal tidak demikian. Dalam psikologi, sudah banyak penelitian yang membahas prokrastinasi. Terutama terkait faktor-faktor yang memengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi. Seperti rendahnya kontrol diri, harga diri, keyakinan diri, kesadaran diri, bahkan kecemasan sosial. Dalam salah satu penelitian bahkan ditemukan bahwa perfeksionisme dapat memengaruhi seseorang untuk prokrastinasi. Secara definisi perfeksionisme merupakan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dalam mengerjakaan pekerjaan. Ada dua macam perfeksionisme, yaitu adaptif (faktor dalam diri seseorang) dan maladaptif (faktor luar).

Perfeksionisme adaptif merupakan sifat perfeksionis yang ada dalam diri seseorang. Sifat tersebut terkadang membuatnya prokrastinasi. Sebab ketika seseorang yang memiliki sifat ini melakukan suatu pekerjaan, dia memiliki takaran idealnya sendiri. Sehingga orang lain akan melihatnya sebagai sosok yang perfeksionis. Dampak buruk sifat perfeksionis ini membuat seseorang takut untuk melakukan kesalahan yang tidak sesuai dengan ‘idealita’ atau keinginannya.

Orang yang perfeksionis seringkali mencari sumber atau data yang bagus untuk mendukung ‘kesempurnaan’ pekerjaannya. Akan tetapi, kesulitan mencari sumber membuat orang yang perfeksionis tidak langsung melakukan pekerjaannya sehingga terkesan mereka melakukan prokrastinasi. Padahal sebenarnya orang yang perfeksionis tidak ingin melakukan prokrastinasi.

Lain lagi dengan perfeksionisme maladaptif, yaitu sifat perfeksionisme yang berasal dari luar atau lingkungan sosial seseorang. Seperti halnya orang-orang terdekat kita yang mengerti bagaimana kemampuan dan kapasitas kita, mereka akan berekspektasi yang berlebihan karena berharap kita dapat melakukan ‘sesuatu yang lebih’ juga. Namun, seringkali kita menganggapnya sebagai suatu tekanan sehingga kita tidak mau melakukan pekerjaan tersebut. Tekanan dari sosial itulah yang terkadang membuat orang tersebut menghindar akan suatu pekerjaan yang seharusnya dilakukan. Akibatnya, orang tersebut melakukan prokrastinasi sebagai pengalihan atas tekanan sosial yang ditujukan kepadanya.

Penelitian mengenai perfeksionisme yang memengaruhi prokraktinasi pernah dilakukan oleh Nicky Yudha Ananda dan Endah Mastuti, mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga pada tahun 2013. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa prokrastinasi memang dapat dipengaruhi oleh perfeksionisme, walau pengaruhnya hanya sebesar 18%. Namun, pada tahun 1992, beberapa peneliti psikologi pun mengungkapkan bahwa perfeksionisme dapat memengaruhi prokrastinasi, bergantung pada konteks sosialnya.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang memengaruhi prokrastinasi yang dilakukan seseorang. Banyak yang beranggapan jika faktor prokrastinasi disebabkan karena seseorang malas melakukan pekerjaan atau tugasnya. Padahal tidak selalu demikian, banyak faktor lain yang dapat memengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi. Salah satunya sifat perfeksionisme. Baik perfeksionisme dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang.

Jika Anda memang termasuk orang yang perfeksionis, Anda tidak serta merta dapat mengambinghitamkan ‘keperfeksionisan’ yang Anda miliki untuk prokrastinasi. Sebab semakin kita sering melakukan prokrastinasi, semakin banyak pula pekerjaan yang tertumpuk. Pada akhirnya hal tersebut dapat membuat kita stres dan merasa bersalah.


Referensi:
1Ananda, Nicky Yudha & Mastuti, Endah. 2013. Pengaruh Perfeksionisme terhadap Prokrastinasi Akademik pada Siswa Program Akselerasi. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 2, 3.

Sumber Gambar: https://i.kinja-img.com/gawker-media/image/upload/s–jRF_WVEW–/c_scale,fl_progressive,q_80,w_800/jq39ca51oxdjur6elbca.jpg

Apriastiana Dian Fikroti

Introvert, penyuka warna biru, ailuropbilia, penikmat kata dan kopi.

Previous
Previous

Berteman dengan Sosial Media secara Bijaksana

Next
Next

Media Sosial Membawa Dampak. Mengapa Masih Menggunakannya?