Cuaca Pengaruhi Moodmu

Di tengah musim hujan saat ini, apa yang paling sering kamu rasakan? Merasakan senang, sedih, terharu, atau kecewa?

Hujan cenderung dipenuhi tulisan puitis sebagai tanda menikmati turunnya hujan atau tulisan sedih sebagai tanda terbawa suasana sendu dan gelapnya hujan.

Percayakah kamu bila cuaca memang bisa memengaruhi mood atau kondisi diri?

Cuaca Memengaruhi Mood

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara cuaca dengan mood manusia. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa cuaca memegaruhi mood manusia pun dibanjiri pro dan kontra. Ada yang membenarkan, ada pula yang tidak.

Suhu yang Lebih Hangat Menaikkan Mood

Suhu adalah salah satu bagian dari cuaca. Denissen, dkk mengemukakan, cuaca yang terjadi di kehidupan sehari-hari lebih memengaruhi mood negatif dibandingkan mood positif. Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa, semakin hangat suhu yang dirasakan, maka dapat menaikkan mood manusia yang sedang rendah. Bila manusia yang sedang merasa sedih tidak mendapat cahaya matahari atau udara segar yang cukup, maka akan merasa lebih sedih.

Alasan lain di balik pengaruh suhu terhadap mood yakni penggunaan energi dalam tubuh untuk bertahan di suhu tertentu. Sebagai contoh, imun tubuh manusia berusaha lebih keras saat musim dingin. Imun berusaha untuk membuat tubuh lebih hangat dan jantung berdetak lebih cepat. Akibatnya, energi yang dikeluarkan berfokus pada hal tersebut dan tidak ada yang tersisa untuk melakukan aktivitas yang lain.

Hal ini menyebabkan, manusia ingin makan lebih banyak pada musim dingin. Akan tetapi, kamu bisa menjadi lesu kembali karena terlalu banyak mengeluarkan energi untuk mencerna makanan.

Selain itu, imun tubuh lebih rentan terkena penyakit. Penyakit yang dialami menyebabkan turunnya mood manusia. Ia merasa kesal dan kecewa karena harus sakit di tengah musim dingin yang ada.

Cuaca Esktrem Mendorong Keadaan Lebih Buruk

Cuaca yang dirasakan manusia dapat menjadi terlalu panas atau terlalu dingin. Perbedaan cuaca yang ekstrem ini turut memengaruhi perilaku manusia. Hsiang, dkk menyatakan, semakin panas suhu di suatu daerah, maka akan mendorong perilaku agresif pada manusia.

Mungkin hal ini pernah kamu alami. Kala mengendarai motor di bawah terik matahari yang kencang, kamu cenderung ingin terburu-buru. Tidak memedulikan pengendara yang lain. Bila ada pengendara yang menganggu perjalananmu, ingin rasanya mengumpat.

Akan tetapi, penelitian Hsiang ini sekadar menjelaskan adanya hubungan antara suhu panas dengan perilaku agresif. Belum menjelaskan secara detil mengapa cuaca bisa menyebabkan ini terjadi.

Penelitian yang dilakukan oleh Marie Connolly turut mendukung cuaca memengaruhi kondisi manusia. Dalam penelitiannya, Marie menjelaskan, perempuan yang mengikuti wawancara di hari sangat panas (bersuhu sangat tinggi) atau hujan turun lebat, menunjukkan kepuasan hidup yang turun. Sementara itu, beberapa merasa kepuasan hidupnya naik ketika suhu yang sedang-sedang saja dan tidak ada hujan.

Bunuh Diri Banyak Terjadi di Musim Semi dan Musim Panas

Musim semi yang dipenuhi bunga-bunga bermekaran mungkin dianggap sebagai musim yang begitu indah. Meskipun Indonesia sendiri tidak mengalami musim semi, tetapi kamu dapat menikmati keindahannya di negara lain melalui media online. Mungkin kamu pernah merasakannya secara langsung waktu berkunjung ke luar negeri.

Musim semi menjadi musim yang ditunggu oleh beberapa orang, namun bagi orang depresi, musim semi menjadi musim tanpa harapan.

Studi yang dilakukan Konskinen, dkk menyatakan, pekerja di luar ruangan berkemungkinan bunuh diri di musim semi daripada musim dingin. Sementara itu, pekerja di dalam ruangan banyak melakukan bunuh diri di musim panas.

Banyaknya bunuh diri yang terjadi di musim semi dan panas turut didukung oleh studi Christodoulou, dkk. Studinya melaporkan adanya pola musiman untuk bunuh diri di belahan bumi utara dan selatan. Kasus bunuh diri ini meningkat di saat musim semi dan panas, tetapi menurun di saat musim dingin ataupun gugur.

Seasonal Affective Disorder

Seasonal Affective Disorder (SAD) adalah gangguan depresif yang terjadi secara musiman. SAD juga sering dikenal sebagai winter depressionwinter blues, atau seasonal depression. Layaknya sebuah musim yang berubah-ubah, SAD dialami tergantung pada musim yang sedang terjadi.

Penyebab seseorang terkena SAD ialah kurang menerima sinar matahari yang masuk ke otak. Sedikit sinar matahari yang diterima menjelaskan kenapa SAD seringkali dialami pada musim gugur atau dingin. Hanya sedikit orang yang mengalami SAD di musim semi ataupun panas.

Manusia membutuhkan sinar matahari dalam hidupnya. Paparan sinar matahari yang diterima oleh tubuh, mendorong proses kimiawi yang terjadi di otak, menghasilkan hormone serotonin. Hormon ini merupakan hormone yang baik bagi tubuh manusia. Dengan demikian, manusia merasa lebih waspada, bersemangat, dan gembira.

Seseorang dengan SAD diharuskan terkena sinar matahari yang cukup dengan beraktivitas di luar rumah, terutama di pagi hari. Jika cuaca yang terjadi adalah berawan tebal dan gelap, bisa disiasati dengan cahaya buatan.

Hujan dan Mood

Hujan seringkali dikaitkan dengan kesedihan. Kesedihan yang dirasakan ini, memang benar adanya pada diri manusia. Suasana hujan juga mendorong manusia untuk menulis perasaan negatif di media sosialnya.

Tecsia Evans, seorang psikolog klinis menyampaikan, manusia rentan merasa sedih di kala hari mulai mendung dan gelap. Perubahaan mood menjadi sedih atau merasa rendah diri waktu terjadi hujan juga merupakan hal yang biasa.

Hujan memang membuat diri memilih untuk diam saja di rumah atau ruangan dan tidak banyak berinteraksi dengan orang lain. Meskipun begitu, bila kamu merasa mood mu turun di saat hujan, jangan biarkan dirimu terdiam dalam kesendirian dan kegelapan. Kamu bisa memulai dengan menyalakan lampu di ruanganmu. Kamu juga bisa melakukan aktivitas yang menyenangkan. Seperti, nonton film, membaca komik, membaca buku, atau bermain game.

Ketika kamu membiarkan dirimu sendirian dalam mood yang negatif, kamu malah akan membuat dirimu semakin buruk. Lebih baik berinteraksi dengan orang lain daripada bersembunyi di dalam ruangan saat hujan turun.

Percaya atau Tidak

Berbagai pemaparan di atas memberikan gambaran bahwa cuaca memengaruhi mood dan kondisi manusia memang benar adanya. Akan tetapi, pengaruh yang dirasakan ini tergantung pada diri kita masing-masing. Apabila kamu pecinta hujan, mungkin kamu tidak akan merasakan sedih dengan mudah. Kamu malah dapat menikmati esensi keindahan dari turunnya hujan.

Manusia akan terus hidup bersama dengan cuaca. Berbagai macam rencana yang dibuat manusia pun pada akhirnya akan bergantung pada cuaca. Bisa saja kamu sudah merencakan ingin hiking di hari Sabtu. Saat hari itu tiba, hujan malah turun dengan derasnya. Bila kamu bisa mencari alternatif lain untuk tetap bersenang-senang, kamu tidak akan mengutuk hujan dan merasa bad mood.

Pada akhirnya, kembali pada diri masing-masing untuk menyikapi cuaca yang ada, bukan?

“Pengaruh Cuaca terhadap Mood Mungkin Tidak Sebesar yang Kita Yakini”

Zahrah Nabila

a psychology student who is still learning and should treat herself first, before treat others

Previous
Previous

Media Sosial: Saatnya Mengaktifkan Tombol Mute dan Block pada Diri Sendiri

Next
Next

Media Sosial Berdampak Positif? Bagaimana Caranya?