Fiksasi : Ketika Perkembangan Emosional Tidak Terpenuhi dengan Baik

Saya selalu bisa membuat orang di sekitar saya tertawa. Itu adalah mekanisme pertahanan  yang melebihi apapun, karena sejujurnya saya adalah seorang pria yang cukup pemalu. – Tim Hawkins

Ketika menghadapi suatu bahaya, setiap orang pasti akan mempertahankan dirinya. Mekanisme pertahanan diri atau yang biasa disebut “Defense Mechanisms” merupakan bentuk pertahanan diri seseorang ketika dihadapkan dengan masalah yang mengganggu egonya. Ini adalah cara individu untuk menekan perasaan tertekan, kecemasan, stres ataupun konflik yang terjadi dalam diri individu.

Menurut teori psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud, mekanisme pertahanan diri membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Freud menyatakan bahwa ego mempekerjakan berbagai mekanisme pertahanan diri yang beroperasi pada tingkat bawah sadar untuk menyangakal perasaan yang tidak menyenangkan (kecemasan  atau untuk mempertahankan kesenangan.1

Salah satu mekanisme pertahan yang dilakukan oleh seseorang untuk mempertahankan dirinya adalah fiksasi.

Apa itu Fiksasi?

Fiksasi terjadi ketika kebutuhan emosional seseorang secara tidak sadar kurang terpenuhi ketika berada di tahap perkembangan anak-anak. Menurut Freud, fiksasi merupakan keterikatan permanen dari kebutuhan dasar manusia pada tahap perkembangan sebelumnya, sehingga mempengaruhi tahap perkembangan saat dewasa. 2

Mengapa seseorang melakukan fiksasi?

 Saat seseorang masih berusia kanak-kanak, salah satu perkembangan dasar yang dialami adalah perkembangan emosional. Perkembangan emosional tersebut tidak semata dalam hubungannya dengan keadaan mental, akan tetapi secara tidak sadar juga terkait dengan panca indera. Ketika seseorang secara tidak sadar menyimpan ketidakpuasan emosional saat berusia anak-anak, maka sumber ketidakpuasan emosional tersebut berpeluang muncul lagi di tahap perkembangan selanjutnya, yaitu masa remaja atau di masa dewasa.

Contoh seseorang yang melakukan mekanisme pertahanan fiksasi

Jika kita sadari, dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali contoh orang-orang yang menggunakan mekanisme pertahanan diri fiksasi. Menurut Freud, sesorang yang terus menerus mencari kepuasan melalui makanan, merokok ataupun berbicara bisa jadi karena di masa perkembangan sebelumnya, fase oral (mulut) tidak terpenuhi, sehingga untuk menutupi hal tersebut disaat dewasa seseorang tersebut mencari kesenangan melalui merokok dan sebagainnya.

Berdasarkan contoh diatas maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme fiksasi yang dilakukan seseorang terjadi karena adanya unfinished business atau “urusan” yang belum terselesaikan pada tahap perkembangan awal, sehingga mempengaruhi tahap perkembangan saat ini. Urusan yang dimaksud adalah dalam bentuk ketidakpuasan secara emosional yang sebelumnya telah dibahas sebagai penyebab seseorang melakukan fiksasi.

Fiksasi ini cenderung tidak membahayakan dalam jangka pendek, namun bisa berakibat buruk jika tidak terkontrol hingga jangka panjang. Contohnya ketika seseorang melakukan fiksasi lewat merokok, hal ini akan membahayakan kesehatannya di masa depan.


Sumber data tulisan

  1. Baumeister,. Et al. (1998). Freudian Defense Mechanisms and Empirical Findings in Modern Social Psychology: Reaction Formation, Projection, Displacement, Undoing, Isolation, Sublimation, and Denial. Journal of Personality 66:6.

  2. Feist & Feist. (2014). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Sumber foto: huffingtonpost.com

Heni Andini

Mahasiswa Psikologi Universitas Sriwijaya

Previous
Previous

Menjadi Mudah Marah Kepada Orang atau Benda di Sekitar, Kenapa ya?

Next
Next

Balas Dendam Sehat, Kenapa Tidak?