Ketahui Dampak dan Cara Menghadapi Anak yang Mengalami Trauma Pelecehan Seksual

“Ada luka yang tak pernah tampak di tubuh, luka yang mendalam dan menyakitkan dari luka berdarah manapun.” – Laurell Hamilton

Isu kekerasan seksual tidak akan pernah habis untuk dibahas seiring dengan berjalannya waktu. Umumnya pelecehan seksual marak terjadi pada anak-anak. Suatu tinjauan Babbel (2013) dari American Academy of Expert in Traumatic Stress, 30% dari semua anak laki-laki dianiaya dalam berbagai cara dibandingkan dengan 40% dari perempuan.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, angka korban pelecehan seksual terhadap anak semakin tinggi setiap tahun. Dari tahun 2013 ke 2014 kenaikan mencapai 100 persen baik mereka yang menjadi korban maupun pelaku.

Kazdin (2000) dalam situs APA (American Psychological Assosiation), pelecehan seksual adalah aktivitas kegiatan seksual yang tidak diinginkan dengan menggunakan kekuatan, membuat ancaman atau mengambil keuntungan dari korban. Pada umumnya korban dalam pelecehan seksual dan pelaku saling mengenal.

Mengenai pelecehan seksual pada anak dalam situs parentsprotect.co.uk, dalam pelecehan anak terdapat aktivitas menyentuh dan tidak menyentuh. Beberapa kegiatan menyentuh seperti menyentuh alat kelamin anak atau bagian pribadi untuk kenikmatan seksual, membuat anak menyentuh alat kelamin orang lain, bermain permainan seksual atau melakukan hubungan seks dengan meletakkan benda-benda pada bagian organ vital.

Adapun pelecehan pada anak yang bersifat tidak menyentuh tubuh yaitu menunjukkan pornografi pada anak, memperlihatkan alat kelamin orang dewasa kepada anak, memotret anak pada pose seksual, mendorong anak untuk menonton adegan seksual.

Dalam situs South Eastern CASA yang menangani pusat kekerasan seksual dan kekerasan keluarga, dampak psikologis yang dapat ditimbulkan akibat pelecehan seksual pada anak yaitu:

  1. Takut. Pelaku dapat memaksa anak untuk menjaga rahasia dan mengatakan bahwa jika anak melaporkan maka sesuatu yang buruk akan terjadi biasanya seperti ancaman maupun suapan sehingga anak takut untuk menceritakan karena takut dihukum ataupun ditinggalkan

  2. Ketidakberdayaan. Anak-anak dalam kondisi ini sering merasa bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas diri mereka sendiri. Mereka merasa tidak memiliki pilihan yang tersedia untuk mereka pilih.

  3. Rasa bersalah dan malu. Anak cenderung menyalahkan dirinya sendiri bukan orang lain. Perbuatan pelaku membuat anak merasa bahwa perbuatan pelecehan itu adalah kesalahannya

  4. Tanggung jawab. Pelaku sering menyalahgunakan dengan membuat anak merasa bertanggungjawab untuk menjaga rahasia. Terkadang anak berusaha untuk bertanggungjawab dalam menjaga nama keluarga.

  5. Menutup diri. Korban merasa berbeda dari anak-anak lain dan juga menutup diri dari keluarga dan saudaranya

  6. Pengkhianatan. Anak merasa dikhianati karena mereka bergantung dengan orang dewasa yang mereka cintai dan percayai dalam perlindungan dan pemeliharaan. Anak juga merasa telah dikhianati orang tua yang telah gagal untuk melindungi mereka.

  7. Marah. Perasaan terkuat yang dimiliki oleh kebanyakan anak yang mengalami pelecehan seksual terhadap pelaku dan juga orang lain yang mereka anggap gagal untuk melindungi mereka.

  8. Kesedihan. Anak-anak merasa sedih karena telah kehilangan, terutama bila pelaku tersebut adalah orang yang dicintai dan dipercaya oleh anak.

  9. Flashback. Hal ini bisa menjadi mimpi buruk pada anak. Mereka akan mengingat pengalaman pelecehan seksual dan akan menimbulkan berbagai macam perasaan seperti pada saat hal itu terjadi.

Memberikan Pertolongan

  1. Kebanyakan orang akan mengalami trauma dan beberapa diantaranya menghambat kehidupan sehari-hari. Bantuan psikologis yang efektif akan mencegah efek panjang dari trauma tersebut.

  2. Melindungi anak dari penyalahgunaan. Sebuah brosur ditulis untuk orang tua, guru, kerabat, dan orang-orang yang merawat anak tentang bagaimana mengenali dan mencegah penyalahgunaan dan penelantaran anak. Memberikan informasi tentang penyebab dan apa yang terjadi jika anak dilecehkan.

Terdapat beberapa tips agar orang tua mengetahui cara untuk melindungi anak agar terhindar dari pelecehan seksual tersebut:

  1. Edukasi seksual. Orang tua harus secara terbuka memberitahu kepada anak mengenai pengetahuan seksual, bagaimana cara pencegahannya, siapa saja yang tidak boleh menyentuh organ vitalnya. Jika orang tua tidak memberitahu sejak dini, bukan tidak mungkin anak akan mencari tahu sendiri lewat internet maupun bertanya pada teman sebaya yang tentunya belum tentu baik untuk anak.

  2. Terapkan sikap berani. Ajarkan pada anak untuk berani menolak, berteriak, dan berkata tidak jika ada orang yang membuatnya tidak nyaman.

  3. Terapkan sikap terbuka. Ajarkan anak untuk bersikap terbuka seperti bercerita mengenai pengalamannya ketika di sekolah, jika anak merasa terancam dan tertekan lakukanlah pendekatan agar anak mau bercerita.

  4. Memperhatikan lingkungan anak. Seperti teman anak, guru, bacaan yang dibaca anak (terutama komik), tontonan, permainan game yang dimainkan.

  5. Memperhatikan perilaku anak. Seperti perubahan perilaku yang mendadak dari ceria menjadi murung, selalu mengurung diri di kamar, suka memegang alat kelaminnya, dan berbagai perilaku yang tidak wajar pada anak.

 

Identitas Penulis

  • Nama Penulis: Anindya Octaviani Ekawitri

  • Asal: Bontang, Kalimantan Timur

  • Tempat/tanggal lahir: Bontang, 19 Oktober 1993

  • Pendidikan terakhir: Sarjana Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

  • Hobi: Membaca, menulis, menggambar


Sumber data tulisan (sertaan daftar pustaka atau footnote)

  1. Babbel, S (2013). Trauma: Childhood Sexual Abuse. Dikutip pada tanggal 27 Januari 2017 dari https://www.psychologytoday.com/blog/somatic psychology/201303/trauma-childhood-sexual-abuse

  2. KPAI (2016). KPAI: Pelecehan Seksual pada Anak Meningkat 100%. Dikutip pada tanggal 27 Januari 2017 dari http://www.kpai.go.id/berita/kpai-pelecehan-seksual-pada-anak-meningkat-100/

  3. Kazdin, A.E. (2000). Sexual Abuse. Dikutip pada tanggal 27 Januari 2017 dari American Psychological Association (APA): http://www.apa.org/topics/sexual-abuse/

  4. Parents Protect. What is Child Sexual Abuse?. Dikutip pada tanggal 27 Januari 2017 dari http://www.parentsprotect.co.uk/wat_is_child_sexual_abuse.htm

  5. South Eastern CASA. The Effects of Childhood Sexual Abuse. Dikutip pada tanggal 27 Januari 2017 dari South Eastern CASA: http://www.secasa.com.au/pages/the-effects-of-childhood-sexual-abuse/

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Introyeksi: Seberapa Penting Penilaian Orang Lain Bagi Anda?

Next
Next

Menjadi Mudah Marah Kepada Orang atau Benda di Sekitar, Kenapa ya?