Ketika Anda Mulai Mempertanyakan Arah Hidup Anda

“Pada akhirnya semua akan berada pada tempatnya. Sampai saat itu tiba, tertawakan saja kebingungan Anda, jalani semua momen dalam hidup Anda sebaik-baiknya, lalu sadari bahwa semua terjadi bukan tanpa alasan.” - Anonim

Setelah kuliah, akan bekerja atau melanjutkan kuliah? Jika bekerja, akan bekerja sebagai apa dan di mana? Jika melanjut kuliah, apakah akan di dalam negeri atau ke luar negeri? Biaya sendiri atau mencari beasiswa? Ah, apa mungkin aku tidak perlu bekerja atau kuliah karena aku akan segera menikah pasca lulus kuliah?

Pertanyaan-pertanyaan semacam di atas banyak muncul di kepala orang-orang berusia dewasa awal (di atas 20 tahun hingga pertengahan 30 tahun). Pencarian keseimbangan antara keinginan diri dan realita yang harus dijalani sering kali menimbulkan dilema di tengah banyak tuntutan. Dunia psikologi memahami semua gejolak ini sebagai quarter life crisis atau krisis seperempat hidup. Apakah Anda mengalami hal yang sama?

Krisis Identitas Diri

Quarter life crisis adalah sebuah titik dalam hidup manusia di mana krisis mengenai identitas diri mengalami puncaknya. Menurut Dr. Oliver Robinson, peneliti dari Universitas Greenwich di London, quarter life crisis merupakan suatu krisis dalam perkembangan manusia yang biasa menemani saat seseorang menginjak usia dewasa awal.

Krisis ini biasanya ditandai dengan perasaan cemas, ketidakpastian, dan kekacauan batin. Orang-orang yang rentan mengalami krisis ini, menurut Robinson, adalah orang-orang berpendidikan. Hal ini dikarenakan mereka dihadapkan dengan pilihan antara keinginan untuk bisa sukses di bidang yang mereka minati atau menjalani hidup sebagaimana yang telah mereka impikan sesuai dengan idealisme masing-masing. Semua hal dilematis ini diperparah dengan tuntutan dari banyak sisi kehidupan.

Mulai dari keluarga yang mulai mempertanyakan arah hidup Anda, lingkungan sosial yang secara tidak langsung “menuntut” Anda untuk segera memantapkan hubungan Anda dengan pasangan, sampai dorongan kuat dari dalam diri untuk bisa segera memantapkan langkah menjadi nakhoda kehidupan Anda sendiri.

Fase Kehidupan

Ada beberapa fase yang dilalui seseorang ketika mengalami quarter life crisis. Diantaranya:

Fase 1, fase di mana Anda merasa terjebak dengan pilihan yang Anda ambil. Anda merasa hidup Anda dalam jangka panjang bukan melalui pilihan yang sekarang telah Anda ambil. Namun ketika Anda ingin keluar dari pilihan yang sudah Anda pilih, Anda merasa tidak mampu.

Fase 2, pada fase ini Anda merasakan dorongan yang kuat untuk melakukan perubahan pada hidup Anda. Anda akan berusaha keluar dari komitmen yang sedang Anda jalani (baik komitmen terhadap pekerjaan, terhadap pendidikan lanjut yang Anda tempuh, atau pada hubungan yang Anda jalani dengan pasangan).

Fase ini akan menjadi titik yang cukup emosional di mana Anda rentan merasa cemas tentang ketidakjelasan masa depan Anda. Anda juga akan banyak mempertanyakan nilai-nilai dan kepercayaan Anda terhadap kehidupan.

Fase 3, fase di mana Anda akhirnya mengambil langkah meninggalkan pilihan yang Anda jalani sebelumnya. Sekali lagi, Anda mencoba gaya hidup baru, mencari identitas baru dan bereksperimen dengan banyak kemungkinan. Di tahap ini, Anda bisa merasa tidak stabil secara emosional dan melakukan banyak perubahan dalam hidup Anda.

Fase 4 adalah fase ketika Anda membangun kembali hidup Anda dengan sudut pandang baru. Kali ini, Anda lebih termotivasi atas pilihan baru yang Anda ambil. Pilihan baru ini seringkali memang berdasarkan atas kehendak Anda sendiri dan tidak terpengaruh oleh faktor luar (keluarga, teman, lingkungan sosial).

Fase-fase ini mungkin tidak terjadi berurutan dan bisa terjadi berulang. Misalnya ketika Anda sudah memulai hidup baru dengan pilihan lain (fase 4) ternyata Anda masih merasa belum cocok dengan pilihan Anda. Maka hidup menempatkan Anda kembali ke fase 2. Atau ketika Anda merasa tidak perlu melalui tahap coba-coba alternatif (fase 3) dan memilih untuk langsung mengambil keputusan terjun ke pilihan lain (fase 4). Akan tetapi, ternyata dengan seperti ini, Anda tidak mengetahui bagaimana rasanya menjalani alternatif lain yang mungkin bisa Anda jalani. Akhirnya Anda memutuskan untuk kembali keluar dari pilihan Anda lalu mengulang semua fase ini.

Fase kehidupan yang Anda jalani di usia ini memang membentuk identitas Anda di masa depan. Karir apa yang Anda pilih, langkah apa yang Anda ambil, ingin setinggi apa pendidikan Anda, sebagian besar semua keputusan ini diambil di tahap usia ini. Tentu wajar jika Anda merasa terhimpit oleh desakan waktu dan tuntutan dari orang di sekitar Anda.

Namun perlu diketahui, hidup setiap orang memiliki ritmenya sendiri-sendiri. Anda mungkin mendapati teman sebaya Anda sudah berumah tangga, sementara Anda belum memiliki pasangan. Anda cemas? Wajar. Akan tetapi, bukan berarti Anda terus membandingkan hidup Anda dengan orang lain. Selalu berpikirlah positif. Akan selalu ada alasan mengapa hidup menghentikan langkah Anda di titik saat ini.

Anda perlu bahagia dengan cara Anda sendiri. Terjebak dalam banyak pilihan hidup bukan menjadi halangan Anda untuk bahagia. Memilih untuk melanjut kuliah? Bukankah itu menyenangkan karena Anda bisa mendalami ilmu yang menjadi passion Anda?

Memilih untuk bekerja? Menyenangkan bukan, sekarang Anda bisa menghasilkan uang sendiri tanpa harus bergantung pada orang tua lagi?
Memilih untuk menikah? Melanjutkan hidup dengan penuh cinta bersama pasangan? Jika memang sudah mampu, mengapa tidak?

Semua pilihan dalam hidup selalu memiliki sisi menyenangkan. Fokus pada bagian itu agar Anda bisa lebih mudah bersyukur atas kebahagiaan dalam hidup Anda. Membandingkan diri dengan kemajuan orang lain hanya memberikan Anda pekerjaan yang tak pernah Anda nikmati.

Usia seperempat abad adalah saatnya mulai menjadi diri Anda sendiri, bukan menjadi cerminan diri orang lain. Bingung dalam memilih pilihan hidup adalah hal yang lumrah. Tanyakan pada diri sendiri, bagaimana Anda membayangkan diri Anda 10-20 tahun ke depan. Lalu, tentukan langkah.
Tidak pernah ada langkah yang salah dalam hidup. Berujung baik atau buruk, semua akan memberikan Anda pelajaran.


Sumber data tulisan
Disadur dari penelitian Dr. Oliver Robinson, seorang peneliti dari Universitas Greenwich London. Penelitian ini terkait pembaharuan teori perkembangan milik Erik Erikson dan merupakan penelitian pertama yang mengungkap fenomena “quarter life crisis” secara ilmiah. Penelitian yang dilakukan tahun 2015 ini dipublikasi dalam bentuk jurnal yang berjudul “Emerging Adulthood, Early Adulthood, and Quarter Life Crisis: Updating Erikson for the 21st Century.”
Sumber foto: gothinkbig.co.uk

Koes Ayunda Zikrina Putri

I write and read about psychology but i talk about football (a lot). Sometimes you may hear me on the radio. Enjoying life as Chief Creative Officer Pijar Psikologi.

Previous
Previous

Apakah Anak Bisa ‘Selamat’ dari Kelas Akselerasi?

Next
Next

Ada Apa dengan Quarter Life Crisis?