Membentuk Perilaku Hidup Sehat dengan Health Belief Model

unsplash-image-IGfIGP5ONV0.jpg

Sehat itu bukan suatu kemewahan. Sehat itu murah, tetapi menjadi mahal ketika sehat telah berubah menjadi sakit.”

– Anonymous

Anda tentu ingin hidup selalu sehat dan bugar, bukan? Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Apabila tubuh dalam keadaan yang tidak fit, maka  akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas seseorang. Oleh karena itu, menjaga kesehatan dan mencegah datangnya penyakit diperlukan bagi setiap orang. Yuk mulai menerapkan perilaku hidup sehat!

Pada tahun 1950-an, psikolog Irwin M. Rosenstock, Godfrey M. Hochbaum, S. Stephen, Kegeles, dan Howard Leventhal dari Pusat Layanan Kesehatan Publik Amerika Serikat mengembangkan sebuah teori intrapersonal yang disebut Health Belief Model (HBM) atau Model Kepercayaan Kesehatan.1 HBM ialah sebuah model yang menjelaskan pertimbangan seseorang sebelum ia berperilaku sehat dan memiliki fungsi sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit.2

HBM memiliki enam komponen yang dapat membantu kita untuk menjaga perilaku hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit. Yuk, simak!

1. Percaya bahwa penyakit muncul dari suatu perilaku tertentu (Perceived Susceptibility)

Secara teori, kita paham bahwa suatu penyakit muncul akibat perilaku tidak sehat. Misalnya, seseorang menderita kanker paru-paru akibat kebiasaan merokok. Akan tetapi, sudahkan kita benar-benar yakin bahwa diri kita juga akan rentan mengidap kanker paru-paru apabila memiliki kebiasaan merokok? Memiliki penilaian akan kerentanan tubuh terhadap penyakit membuat seseorang akan lebih berhati-hati dalam membentuk pola hidupnya. Ia akan menghindari perilaku yang dapat mendatangkan penyakit dan melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan kesehatan serta kebugaran tubuhnya. Misalnya, seseorang rutin berolahraga dan menghindari rokok untuk kebugaran tubuhnya dan menghindarkannya dari risiko penyakit kanker paru-paru.

2. Percaya akan berbahayanya suatu penyakit (Perceived Severity)

Setiap penyakit memiliki dampaknya masing-masing terhadap tubuh. Walaupun suatu penyakit terdengar sederhana, efek atau dampaknya dapat lebih serius. Misalnya, mengetahui bahwa diare dapat berujung kepada kematian akibat dehidrasi. Dengan menanamkan persepsi seperti ini, kita jadi lebih berhati-hati agar tidak terserang penyakit tersebut dan senantiasa menerapkan perilaku hidup sehat.

3. Percaya terhadap manfaat dari metode yang disarankan untuk mengurangi resiko penyakit (Perceived Benefits)

Kita tentu pernah mendapatkan masukan mengenai suatu perilaku atau metode yang dapat mencegah kita dari suatu penyakit. Bisa dari dokter maupun media seperti majalah, televisi, atau internet. Misalnya, minum air mineral sebanyak dua liter sehari dapat mencegah resiko penyakit ginjal. Dengan meyakini manfaat dari manfaat minum air cukup, seseorang akan lebih bersemangat dalam menerapkan pola hidup tersebut. Maka tidak ada salahnya percaya terhadap saran-saran tersebut apabila memang sudah terbukti kebenarannya.

4. Percaya terhadap harga nyata dari perilaku sehat yang dilakukan (Perceived Barriers)

Dalam menerapkan perilaku hidup sehat, tentu saja ada terdapat hambatan, salah satunya masalah biaya. Misalnya, melakukan medical check up rutin perlu dilakukan agar dapat mendeteksi gejala penyakit lebih cepat. Akan tetapi, untuk melakukan hal tersebut, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Persepsi kita terhadap hambatan semacam ini harus diminimalkan agar dapat melakukan perilaku hidup sehat secara maksimal. Agar lebih mudah, kita perlu menanamkan persepsi baru bahwa kita akan lebih banyak mengeluarkan biaya apabila sudah terserang penyakit parah.

5.Menyegerakan perilaku hidup sehat akibat suatu kondisi tertentu (Cues to Action)

Kita perlu menanamkan persepsi bahwa kita harus segera berperilaku hidup sehat ketika menemui suatu kondisi tertentu, terutama saat tubuh mengalami keluhan. Dengan begitu, suatu penyakit dapat dicegah sebelum semakin parah. Misalnya, ketika seseorang merasa lemas akibat kelelahan, karena kesadarannya akan kebutuhan tubuhnya, ia memilih untuk tidur di awal malam dan tidak begadang.

6. Percaya pada diri sendiri bahwa kita mampu melaksanakan perilaku hidup sehat (Self Efficacy)

Yang paling penting dari penerapan Health Belief Model adalah kepercayaan diri. Percaya bahwa kita dapat menerapkan perilaku hidup sehat berguna dalam menjaga proteksi kesehatan. Itu dikarenakan seseorang dengan self efficacy mampu mempersuasi keadaan dan senantiasa yakin terhadap perilaku sehat yang dilakukannya. 

Dalam teori Health Belief Model (HBM), terdapat faktor-faktor, yaitu kesiapan individu dalam mengubah perilaku, dorongan dari lingkungan di sekitar individu, serta perilaku hidup sehat itu sendiri. Ketiga faktor ini dipengaruhi oleh persepsi-persepsi yang tertanam dalam pikiran kita. Jadi, sudah siapkah kita menanamkannya untuk hidup yang lebih sehat? Selamat mencoba!


Sumber Data Tulisan

https://en.wikipedia.org/wiki/Health_belief_model

2 Burke, Evan. The Health Belief Model. (https://www.iccwa.org.au/useruploads/files/soyf/2013_resources_videos/the_health_belief_model.pdfevan_burke.pdf)

Sumber Lain

3http://senyumsimetris.blogspot.co.id/2015/05/health-belief-model.html

4https://smartsholehah93.wordpress.com/2012/12/25/mengembangkan-gaya-hidup-sehat-dengan-pendekatan-health-belief-model/

By: Dyah Iffah Novitasari

Image Featured Credit: www.sonherbal.com

Dyah Iffah Novitasari

Mahasiswa Teknik Arsitektur UGM

Previous
Previous

Kekerasan dalam Rumah Tangga, Mungkinkah Terjadi di Sekitar Kita?

Next
Next

Disleksia? Ini Cara Deddy Corbuzier Menyikapinya