Mitos Seputar Perkembangan Anak

unsplash-image-w6d5gYviOr0.jpg

“Seorang ibu memahami apa yang anaknya tidak katakan.” – Anonim

Di negeri ini, cukup banyak mitos yang beredar di masyarakat. Mulai dari mitos tentang berperilaku di masyarakat hingga mitos seputar anak. Namun, tidak semua mitos yang beredar tersebut benar adanya. Untuk itu, perlu dipilah dan dipilih mana saja yang memang fakta atau hanya mitos sehingga tidak berpengaruh buruk pada gaya pengasuhan anak.

1. Dibanding bayi perempuan, bayi laki-laki lebih lambat dalam berjalan dan berbicara

Pada dasarnya masa kanak-kanak awal dan masa bayi merupakan masa awal perkembangan manusia dari berbagai aspek. Pada masa ini, bayi dan anak-anak usia 6 tahun ke bawah cenderung lebih banyak mengembangkan aspek sensorimotor, terutama pada masa bayi. Bayi mulai berjalan ketika memasuki usia 7 bulan, walau masih menyentuh barang-barang yang ada di sekitar agar dapat berjalan. Ketika usia 11 bulan bayi mulai dapat berjalan sendiri dengan begitu mudah. Selain itu, dari segi kognitif (cara kerja otak), bayi mulai memahami kata pertama pada usia 5 bulan dan mulai dapat mengucapkan kata pertamanya pada usia 13 bulan2. Walau begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa bayi yang ketika memasuki usia tersebut belum mulai dapat berjalan dan berbicara. Penyebabnya karena adanya gangguan sensorimotor serta kurangnya stimulasi yang memancing bayi untuk berbicara. Hal ini dapat terjadi pada bayi laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian mitos jika bayi laki-laki lebih lambat berjalan dan berbicara dibanding bayi perempuan.

2. Memuji anak akan meningkatkan rasa percaya diri

Terkadang orang tua memberikan pujian kepada sang anak untuk meningkatkan rasa percaya diri sehingga berpengaruh positif terhadap akademis sang anak. Namun, pujian tidak selalu dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Sebab dalam sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pujian justru menurunkan rasa percaya diri bagi anak-anak dengan self-esteem rendah. Hal tersebut disebabkan oleh orang tua yang hanya memuji dengan melabeli sang anak ‘pintar’ dibanding memuji performa akademisnya3. Sebaliknya, dalam penelitian lain disebutkan bahwa pujian merupakan hal penting yang diberikan untuk anak, terlebih jika sang anak melakukan hal baik. Namun, banyak orang tua yang beranggapan bahwa pujian tersebut diberikan jika sang anak menunjukkan suatu prestasi4. Dengan demikian, pujian tetap penting diberikan untuk anak asalkan tidak berlebihan. Pun ada alasan baik tertentu di balik pujian tersebut sehingga anak mengerti alasan dari pujian yang didapatnya dan menjadi tidak selalu mengharapkan adanya pujian. Selain itu, pujian tersebut juga menjadi salah satu cara penghargaan yang diberikan orang tua.

3. Cabai menjadi cara untuk menangani keterlambatan bicara pada anak

Selain sebagai bahan makanan, cabai juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti meningkatkan imunitas dan menyehatkan pencernaan. Sebab cabai kaya akan kandungan zat kapsisidin, vitamin A, dan vitamin C5. Walau begitu tidak benar jika cabai dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan keterlambatan bicara pada anak. Pada dasarnya keterlambatan bicara terjadi jika seorang anak mengalami perkembangan bicara yang lebih bawah tingkatan kualitasnya dibanding anak seusianya. Beberapa penyebab umum seorang anak mengalami keterlambatan bicara antara lain karena tingkat kecerdasan, kurangnya motivasi dari orang tua, dan keterbatasan kesempatan untuk praktek berbicara6. Sebelum melakukan penanganan, terlebih dahulu memastikan apakah anak tersebut memang mengalami keterlambatan bicara atau tidak. Setelah itu, penanganan yang dilakukan dapat dengan cara melatih konsentrasi, mengolah kemampuan auditori, dan mengolah kemampuan bicara7.

Selain tiga poin di atas, ada banyak mitos yang beredar masyarakat terkait perkembangan anak. Untuk itu, sebagai orang tua perlu pemahaman yang lebih mengenai apa saja yang hanya mitos, apa saja yang fakta. Dengan demikian dapat berpengaruh baik terhadap pengasuhan yang diberikan untuk sang anak.

Referensi:
1.Diakses dari Family Fimela: https://family.fimela.com/bayi-balita/tumbuh-kembang/mitos-seputar-kesehatan-anak-yang-sering-membuat-ibu-bingung-130917d-page4.html pada tanggal 6 Juni 2017
2.Santrock, John W. 2011. Life-Span Development 13rd Edition. New York: McGraw-Hill.
3.Diakses dari Jurnal Asia: https://www.jurnalasia.com/ragam/jangan-terlalu-memuji-anak-pintar/ pada tanggal 7 Juni 2017
4.Andayani, Budi. 2002. Pentingnya Budaya Menghargai dalam Keluarga. Buletin Psikologi, X, 1.
5.Diakses dari Manfaat: http://manfaat.co.id/manfaat-cabai pada tanggal 7 Juni 2017.
6.Anggraini, Wenty. 2011. Keterlambatan Bicara (Speech Delay) pada Anak (Studi Kasus Anak Usia 5 Tahun). Skripsi.
7.Sya’bani, Ad-diniyah Qudus. 2011. Penanganan terhadap Anak Speech Delay. Skripsi.

Apriastiana Dian Fikroti

Introvert, penyuka warna biru, ailuropbilia, penikmat kata dan kopi.

Previous
Previous

Hilangkan Kecemasan dengan Mendengarkan Musik

Next
Next

Dyspraxia, Sudahkah Anda Mengenalinya?