Music is My Soul : Siapapun Berhak Sehat Melalui Musik

unsplash-image-T3mKJXfdims.jpg

Play the moments. Pause the memories. Stop the pain. Rewind the happiness.

Beberapa hari ini, Anita memergoki kakaknya yang sering memutar musik dikamar. Hal ini sungguh tidak biasa, apalagi dilakukan sambil menari. Demi menjawab rasa penasaran yang sudah menggunung, ia menghujani kakaknya dengan berbagai pertanyaan. Akhirnya, ia mendapatkan jawabannya! Rasa penasarannya muncul, ia mengambil telepon pintarnya dan membuka situs google.com. Dengan cepat ia mengetik ‘Terapi Musik’. KLIK! Salah satu artikel terbuka.

Lebih dari berabad-abad yang lalu, musik menjadi bagian dari aktivitas manusia. Baik saat memasak, mencuci mobil bahkan pada saat mandi tak terlepas dari alunan musik yang menggema dalam telinga. Begitu juga Music Therapy, musik merupakan elemen utamanya. Mendengar, bernyanyi, menari bahkan mencipta lagu dalam terapi musik ternyata dapat mengatasi kebutuhan fisik, emosi, kognitif dan sosial seseorang, lho. Apalagi, musik juga terhubung erat dengan emosi. Anda pasti pernah merasa senang, sedih atau sangat bersemangat saat mendengar musik, kan?

Nah, seiring berkembangnya terapi ini, muncul berbagai informasi yang ilmiah maupun tidak ilmiah. Tentunya Anda perlu tambahan informasi dalam menyikapinya, berikut fakta dan mitos mengenai terapi musik yang perlu Anda ketahui.

  1. Terapi musik efektif untuk anak-anak saja?

    Hal ini adalah mitos. Ingat! Tujuan terapi musik yaitu membantu mensejahterahkan fisik, emosi serta mental. Artinya, terapi musik tidak membatasi usia. Musik memang terlihat lebih dinikmati anak-anak, khususnya dalam bermain dibandingkan orang dewasa. Menariknya, bagi orang dewasa, musik menjadi cara ampuh dalam mengungkapkan perasaan yang terlalu menyakitkan atau menakutkan.

  2. Terapi musik untuk orang dengan gangguan khusus saja?

    Ternyata hal tersebut tidaklah benar. Ya, terapi musik dapat digunakan untuk pengobatan seseorang yang mengalami gangguan seperti depresi, gangguan kecemasan,  insomnia, demensia, skizofrenia dan penyalahgunaan zat. Faktanya, kini penggunaan terapi musik telah meluas, khususnya dalam akademik formal. Pernah melihat sebuah kelas belajar yang diiringi musik klasik? Nah, itulah salah satu fungsi terapi musik.

  3. Terapi musik dapat membantu pengembangan diri anak Autis?

    Tentu saja! Dalam ilmu neurobiologi, dinyatakan bahwa musik berpotensi untuk membantu proses pengoptimalan otak dalam bekerja. Terapi musik juga berperan dalam proses penyimpanan informasi dan pengelolaan emosi individu. Terapi musik banyak diaplikasikan pada anak Autis, terutama dalam mengembangkan komunikasi dan interaksi sosialnya. Terapi musik ini dinilai efektif dikarenakan orang yang memiliki gangguan spektrum autisme sering menunjukkan minat tinggi dan respon terhadap musik.

  4. Terapi musik hanya menggunakan musik klasik/ instrumen saja?

    Hal tersebut tidaklah benar. Penggunaan musik klasik berkembang digunakan pada bayi. Seorang ahli terapis musik, Kimberly Sena Moore berpendapat bahwa sebenarnya penggunaan musik lebih disesuaikan kepada kebutuhan individu. Misalnya, harmoni yang sederhana,  melodi yang mudah dinyanyikan, dan kata-kata yang lebih berstruktur ditujukan kepada anak-anak. Pada orang dewasa diberikan musik yang memang disukai. Lalu, bagaimana pada remaja? Ternyata berbagai musik berperan besar dalam identitas diri remaja, sehingga dapat menerapkan terapi musik dengan berbagai genre. Jadi, tidak perlu khawatir lagi, berbagai jenis musik ternyata bisa digunakan untuk mengeskpresikan diri.

  5. Terapi musik berpengaruh baik pada ibu dan janin?

    Benar. Ibu yang di beri terapi musik Mozart memiliki adaptasi positif terhadap kehamilannya, yaitu memberikan efek penenang bagi emosi ibu dan membuat lebih siap menerima peran sebagai orang tua. Pada penelitian lainnya, terapi musik klasik dan terapi musik Bali ditemukan dapat menurunkan nyeri pada saat persalinan. Janin yang memperoleh stimulasi musik klasik sejak dalam kandungan akan memiliki keseimbangan antara aspek kognitif dan aspek emosi.

Perlu diketahui bahwa terapi musik bukan satu-satunya cara pengobatan, tetapi membantu pengoptimalan pengobatan dan pengembangan potensi individu. Jadi, kalau Anda sedang mengalami masalah dengan teman, pacar, atau keluarga yang akhirnya menganggu proses belajar, bekerja atau bahkan membuat anda sulit tidur. Hm… jangan putus asa dan buru-buru minum obat tidur ya, coba dengarkan musik dulu dan anda akan lebih rileks.

—-

Sumber Data Tulisan

1 Informasi mengenai Terapi Musik dalam dilihat dari https://www.psychologytoday.com/blog/natural-standard/201306/music-therapy-health-and-wellness

2Peran ilmu neurobiologi dalam terapi musik dapat ditinjau dari http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/10673229.2011.549769

3Mengenai Tulisan Kimberly Sena More dapat dilihat dari : https://www.psychologytoday.com/blog/psychology-writers/201105/music-therapy-writers-qa-kimberly-sena-moore

4Terapi musik untuk ibu hamil dikutip dari Suatu Studi Kasus : Terapi Musik untuk Ibu Hamil oleh Maria A. Wijayarini di http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=76832&lokasi=lokal

5Terapi musik klasik dan Terapi musik Bali dikutip dari hasil penelitian NK Somoyani dalam Terapi musik Klasik dan Musik Bali Menurunkan Intensitas Nyeri Persalinan Kalai I Fase Aktif : www.poltekkes-denpasar.ac.id

6Terapi musik klasik pada janin dapart dilihat dari hasil penelitian Surilena dalam Pengaruh Musik Klasik Pada Kecerdasan Anak yang di publikasikan oleh www.klinikmedis.com

Rinesha Tiara Romauli Siahaan

S1 Psikologi Universitas HKBP Nommensen Medan. Memiliki minat dalam dunia perkembangan anak dan remaja.

Previous
Previous

I Not Stupid Too : Arti Penting Sebuah Pujian

Next
Next

Mencintai Diri Sendiri Tidak (Selalu) Menjadikan Anda Seorang Narsistik!