Mythomania : Bukan Bohong Biasa

unsplash-image-Q79XFGuTFfM.jpg

Siapa yang tidak kenal dengan dongeng Pinocchio? Boneka laki-laki dari kayu yang hidungnya akan bertambah panjang tiap kali berbohong. Untungnya hal tersebut hanyalah dongeng belaka. Coba bayangkan jika di dunia nyata hidung akan bertambah panjang tiap melakukan kebohongan. Bukankah itu menyeramkan?

Mungkin melakukan kebohongan satu atau dua kali masih bisa dimaklumi. Tetapi, bagaimana jika kebohongan telah dilakukan berulang kali dan tanpa henti?

Mythomania : Kebohongan Tiada Henti

Pernahkah Anda mendengar mythomaniaMythomania adalah gangguan psikologis yang membuat pelakunya melakukan kebohongan tanpa henti. Dimana kebohongan yang dilakukan terlihat sangat luar biasa dan fantastis. Selain dikenal dengan mythomania, perilaku tersebut juga sering disebut sebagai pseudologia fantastica/pathological lying.

Kebohongan yang dilakukan oleh orang mythomania bersifat agresif. Disebut sebagai kebohongan agresif karena kebohongan yang dilakukan meliputi menuduh atau membuat pengakuan palsu. Kebohongan yang dilakukan bertujuan untuk menarik perhatian, melancarkan kepentingan mereka, atau menghindari hal yang tidak menyenangkan.

Kebohongan yang dilakukan oleh orang mythomania bukanlah kebohongan sederhana. Mereka sampai menciptakan identitas baru dan rantai kebohongan yang rumit.

Kisah Mythomania Mr. X

Sebut saja Mr. X. Mr. X berusia 20 tahun. Ia sudah memiliki kebiasaan berbohong sejak kecil. Awalnya ia, melakukan kebohongan tersebut untuk menipu anak-anak. Akan tetapi, lama kelamaan kebohongan itu mulai rumit. Empat tahun terakhir, Mr. X sudah melakukan kebohongan besar sampai 3 kali.

Suatu hari, Mr. X pernah memperkenalkan dirinya sebagai dokter dari salah satu rumah sakit pemerintah. Ia mengunjungi sebuah sekolah untuk pemeriksaan kesehatan siswanya. Tidak tanggung-tanggung, Mr. X sampai memberi rujukan ke siswa untuk pemeriksaan lebih lanjut jika ada yang membutuhkan.

Pada kesempatan lain, Mr. X juga pernah mengirim surat bersegel sebuah kantor kepada saudara dan salah satu temannya. Surat itu berisikan tentang pemanggilan seleksi wawancara. Namun, ketika surat itu dicek ke kantor yang bersangkutan, kantor tersebut tidak membenarkan hal tersebut.

Mr. X beruntung, ia tidak sampai diproses di kantor polisi karena orangtuanya selalu memergoki aksinya. Mengetahui anaknya selalu melakukan hal-hal yang menganggu lingkungan sekitar, orangtuanya langsung membawa Mr. X ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Penyebab dan Penanganan Mythomania

Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab seseorang mengalami mythomania. Namun, ada dugaan bahwa orang yang mengalami mythomania memiliki kondisi keluarga yang kacau dan kehilangan sosok Ayah. Selain itu, mereka adalah orang yang rendah diri dan memiliki perasaan rapuh.

Sebenarnya, perilaku bohong yang dilakukan seorang mythomania masih sulit dibedakan dengan halusinasi. Perilaku bohong yang dilakukan seorang mythomania antara fakta dan khayalan bercampur jadi satu. Selain itu, perilaku bohong mythomania sampai melibatkan proses berkhayal. Meskipun begitu, ada beberapa kunci perilaku yang bisa dijadikan patokan untuk membedakan perilaku bohong biasa dengan perilaku bohong mythomania

  1. Berbohong terus menerus hingga disebut kronis

  2. Secara kualitas, cerita yang dilakukan oleh orang dengan mythomania memiliki cerita yang dramatis, rinci, rumit, penuh warna, dan fantastis

  3. Cerita yang dibawa oleh mythomania biasanya menganggap dirinya sebagai korban atau pahlawan. Hal itu dilakukan agar lebih diterima oleh sekitar, mendapatkan rasa kekaguman, dan simpati

Akan tetapi, yang harus Anda ingat adalah jangan pernah mengklaim diri sendiri atau orang lain dengan dua gejala saja. Datanglah ke psikolog untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Untuk kasus mythomania, selain pemeriksaan secara kejiwaan juga dilihat bagaimana riwayat penggunaan zat, gangguan mood, dan gangguan kepribadian.

Bagaimana, apakah Anda sudah lebih mengetahui tentang mythomania?

Dzikria A. Primala

Write to be understood, speak to be heard and read to grow. Mahasiswi Psikologi. Nice to see ya!

Previous
Previous

Jurus Jitu Memperbaiki Mood Kamu

Next
Next

Imunisasi Kesehatan Jiwa: Perlukah? Bagaimana Caranya?