Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Apa Kata Psikologi tentang Fangirl (Bagian 2)

Setiap orang pasti pernah mengidolakan seseorang. Mengidolakan seorang penyanyi atau pun pemain film. Bahkan, di antara Anda, ada yang masih mengalaminya sampai saat ini. Mulai dari mencari informasi terbaru, sampai mengoleksi foto mereka. Ada pula yang sampai mengikuti gaya berpakaian maupun berbicara sang idola. Apakah hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar?

Pernah menjadi seorang penggemar adalah pengalaman yang patut disyukuri dan menyenangkan. Sejak pertama kali mengenal, semakin lama, kegiatan seorang fangirl tidak hanya mencari info terbaru tentang mereka. Akan tetapi, mulai menghadiri acara-acara yang bertemakan Korean Day. Selain itu, juga mengoleksi barang tentang mereka seperti poster, gantungan kunci, bahkan majalah. Seorang fangirl rela saja tidak jajan berhari-hari agar uangnya bisa digunakan untuk membeli merchandise tentang mereka.

Semakin tambah usia, kegiatan fangirling bertambah lagi, yaitu mulai mencoba meng-cover tarian dan lagu dari group yang mudah untuk ditiru. Bahkan, seorang fangirl sengaja pulang sekolah paling akhir hanya untuk menunggu kelas kosong. Setelah semua murid pulang, kelas kosong pun diubah‏ layaknya studio tari.

Fenomena Fangirl

Tersebutlah seorang fangirl bernama Tata. Tata adalah seorang penggemar artis. Awalnya, Tata masih bersikap seperti penggemar yang wajar. Aktivitas fangirl-nya masih seputar berbicara dengan orang lain yang menyukai artis yang sama. Selain itu, aktivitas fangirl yang dilakukan Tata tidak sampai menggangu kegiatan sehari-harinya. Tata akan menonton, membaca, atau mendengarkan sesuatu tentang artisnya di waktu yang tepat.

Seiring berjalannya waktu, Tata mulai terobsesi dengan idolanya. Sejak saat itu, Tata mulai terdorong untuk mempelajari kebiasaan dari idolanya. Tata juga mulai mengoleksi barang dan gambar yang berkaitan dengan idolanya. Koleksi yang dimiliki Tata selalu tersusun rapi dan berada di tempat yang sama. Dengan berbagai hal tersebut, Tata pun mulai merasa akrab dengan sang idola.

Suatu hari, sang idola mengalami kecelakaan. Tata merasa sangat terpukul atas peristiwa tersebut sehingga tidak memiliki semangat untuk melakukan apapun. Tata juga menangis saat mengetahui idolanya mengalami kecelakaan. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya jika sang idola sampai meninggal akibat kecelakaan tersebut.

Bagaimana dengan Anda?

Kegiatan fangirl bisa dikatakan obsesi apabila penggemar sudah mulai meniru sosok yang diidolakan. Beberapa yang ditiru adalah cara berbicara maupun berpakaian idola. Selain itu, selalu menganggap idolanya benar dan melakukan segala aktivitas keseharian berkaitan dengan idola juga menjadi indikator obsesi.

Pada kasus Tata yang ikut sedih ketika idolanya kecelakaan dan takut jika idolanya meninggal, sebenarnya kegiatan fangirl-nya sudah bisa dikatakan tidak sehat. Tata sudah menganggap bahwa idola menjadi bagian dari dirinya. Jika sudah sampai seperti itu, Tata sudah bisa dikatakan mengalami masalah kejiwaan.

Sebenarnya, menjadi seorang penggemar bukan suatu yang salah selama kita bisa mengontrolnya dengan baik. Kegiatan fangirl menjadi masalah ketika Anda mulai mengabaikan dimensi penting dalam kehidupan. Seperti tidak makan dan mandi, apalagi sampai tidak beraktivitas karena sedih mengetahui kabar bahwa sang idola sudah berpacaran.

Semoga pembahasan kali ini dapat membantu Anda menjadi penggemar yang cerdas dan bijaksana. Mulai sekarang, yuk menjadi penggemar yang baik! Bukankah penggemar yang baik adalah penggemar yang mengetahui batas wajar ketika mengagumi sang idola?