CURHAT: Saya Masih Menganggur dan Menjadi Mudah Putus Asa

Curhat

Terhitung sejak Juli 2017 hingga tulisan ini dibuat, saya berstatus penganggur. Saya sudah melamar pekerjaan ke banyak tempat. Mulai dari pekerjaan yang sesuai passion saya di bidang jurnalis hingga pekeraan yg tidak sesuai dengan jurusan saya.

Namun, dari sekian banyak lamaran hanya beberapa yang lolos di tahap administrasi dan gagal di tes tulis. Dalam hal ini, saya sadar bahwa saya tidak belajar utk mempersiapkan tes tulis tersebut. Oke. Saya menerima. Lama kelamaan, saya bosan dengan status nganggur dan kegiatan di rumah yang gini-gini aja. Masalah lain muncul, ibu saya yang tinggal di rumah sendirian dan tidak mau saya bekerja di luar kota.

Selain itu, ada banyak syarat yang diberikan ibu kepada saya, seperti harus mendapat pekerjaan dari pagi hingga sore. Ibu ingin saya mencari pekerjaan di sekitar rumah karena ibu tahu saya tidak bisa bawa motor. Oke saya sadar saya belum berani bawa motor ke jalan raya, namun itu bukan menjadi penghalang utama, selagi ada kendaraan umum utk mengakses ke tempat kerjaan. Saya sering ngambek dan nangis berhari-hari gara-gara syarat yang seabrek itu. “Ya kali naruh lamaran aja belum, wawancara belum, eh udah ga dibolehin ibu”

Di waktu nganggur seperti ini, saya menghabiskan waktu dengan mainan sosial media. Terkadang timbul rasa iri karena teman-teman saya sudah berpenghasilan sendiri. Tapi terkadang saya sadar, terlalu sering berselancar di sosial media itu tidak bagus dengan kesehatan psikis. Pikiran saya kadang stuck, mau kerja ga dibolehin ibu, terus-terusan mainan sosial media juga ga bagus. Akibatnya, secara tidak langsung, akhir-akhir ini saya gampang putus asa, kurang percaya diri, gampang minder, ketemu orang pun saya lebih banyak diam dan dingin agar tidak ditanyai status kerjaan saat ini. Secara tidak langsung, saya juga kesulitan mencari puing-puing semangat saya untuk bangkit.

Dear admin pijar psikologi, dengan kondisi yang seperti ini, saya harus bagaimana? Terima kasih

Gambaran Identitas: Perempuan, 24 tahun, Tidak Bekerja

Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih atas kepercayaan Mbak untuk bercerita di Pijar Psikologi. Dari yang Mbak ceritakan, saya melihat memang tidak nyaman berada di posisi Mbak. Belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan, ditambah adanya beberapa tuntutan dari Ibu Mbak, apalagi ketika melihat teman-teman yang update status tentang pekerjaan atau penghasilan mereka sendiri. Perasaan minder bahkan tidak semangat Mbak rasakan karena berbagai masalah tersebut.

Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat karena Mbak sudah mencapai dua tahap untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Tahap pertama adalah menyadari dan mengenali apa yang sedang Mbak alami dan tahap kedua adalah mencari bantuan.

Mbak, semangat dan motivasi terbaik muncul dari diri kita sendiri. Mbak bisa memikirkan motivasi atau keinginan Mbak agar ‘semangat’ untuk mencari pekerjaan itu dapat muncul lagi. Mbak bisa duduk di ruangan yang tenang (misalnya di kamar), kemudian pejamkan mata dan bayangkan keinginan Mbak di tahun-tahun selanjutnya, misalnya Mbak ingin membeli barang-barang yang sangat Mbak inginkan, ingin membahagiakan ibu Mbak dengan mencukupi kebutuhannya, atau ingin menikah dengan dekorasi yang indah. Bayangkan hingga Mbak mampu tersenyum atau merasakan emosi positif yang membara.

Mbak harus selalu ingat, bahwa Tuhan menciptakan kita dengan garis waktu dan takdir yang berbeda satu sama lain. Semua orang punya waktunya masing-masing. Akan sangat lelah jika kita terus membandingkan diri kita atau pencapaian kita dengan pencapaian orang lain. Jika Mbak merasa belum mampu untuk melihat teman-teman Mbak yang sudah mendapatkan pekerjaan, tidak masalah jika Mbak sementara waktu ‘puasa media sosial’. Selagi Mbak puasa media sosial, Mbak bisa melakukan ‘self healing’, membangkitkan motivasi diri, dan melakukan hal-hal yang lebih produktif. Tapi yang perlu digarisbawahi, jangan terlalu ‘keras’ pada diri sendiri yang dapat membuat Mbak malah merasa lebih down. Mengapresiasi diri, bersyukur dengan diri, dan memberikan diri sendiri reward harus rutin Mbak lakukan. Mbak sudah melakukan banyak pencapaian J

Masalah dengan ibu, ada baiknya dikomunikasikan dengan baik antara Mbak dengan ibu. Ingat, bahwa Ibu adalah seseorang yang paling menyayangi dan ingin ktia senantiasa berbahagia. Ibu Mbak pasti memiliki berbagai alasan ketika meminta Mbak ini-itu. Maka dari itu, satu-satunya jalan agar keinginan Ibu dan keinginan Mbak bisa sama-sama terpenuhi adalah mengomunikasikannya.

Mungkin sekian dari saya. Saya sangat yakin, Mbak mampu cepat bangkit kembali karena saya tahu, ada keinginan yang tinggi untuk bisa segera mendapatkan pekerjaan.

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi.

 

Catatan: Curhat adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya. Nama klien dan nama konselor kami anonimkan. 

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Direktori Psikologi: Body Dysmorphic Disorder

Next
Next

#HausEksis? Ini Dia Ragam Challenge dan Bahayanya!