CURHAT: Saya Tidak Ingin Terus Bergantung pada Obat-Obatan dari Psikiater

Curhat

Sebelum saya bertemu dengan konselor dan psikiater saya sering merasa cemas terhadap hal yang saya sendiri tidak tahu apa. Rasa cemas itu muncul tanpa alasan, saya sering merasa takut hingga merasakan kedinginan, tangan gemetar, dan sulit bernafas, terkadang saya merasakan itu hingga terasa mual dan ingin muntah. Tapi setelah saya bertemu konselor saya ceritakan masalah saya, saya dianjurkan untuk menemui psikiater. Setelah bertemu psikiater saya didiagnosis memiliki bauer depresi, dan dianjurkan untuk meminum obat penenang elizac dan lorazepam. Memang obat tersebut berfungsi. Tapi di sisi lain saya merasa, saya tidak ingin terus bergantung pada obat tersebut. Saya ingin merasakan ketenangan di diri saya tanpa harus meminum obat Penenang

Gambaran: Perempuan, 21 tahun, Mahasiswa

Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih sebelumnya saya sampaikan atas kepercayaannya karena sudah bersedia untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Pertama-tama, saya ingin mengapresiasi usaha yang sudah kamu lakukan karena telah mencari beberapa bantuan untuk mengatasi permasalahan yang sedang kamu alami yakni dengan sebelumnya konsultasi ke psikiater dan sekarang menghubungi Pijar Psikologi. Kamu sudah melakukan hal yang hebat sejauh ini.

Saya paham sekali rasanya berada di dalam situasi yang sering membuat cemas. Perasaan cemas tersebut sering tiba-tiba muncul dimana saja tanpa diketahui penyebabnya, bisa pada saat bangun tidur, di tempat ramai atau saat sendiri. Tidak bisa dipungkiri keadaan tersebut terasa sangat menganggu dan membuat diri menjadi tidak nyaman sehingga muncul keinginan untuk menjalani hidup yang tenang seperti orang lain. Pada akhirnya pergi konsultasi ke psikiater adalah salah satu pilihan yang perlu dicoba. Hasilnya cukup efektif karena setiap minum obat tersebut, kecemasan yang dirasakan berkurang. Hanya saja ketakutan yang lain muncul, akankan hidup ini secara terus-menerus bergantung dengan obat agar merasa tenang? Karena tidak bisa dipungkiri mengkonsumsi obat secara terus menerus juga kurang efektif karena dapat menimbulkan efek samping. Hingga muncul keinginan untuk merasakan ketenangan alami tanpa bantuan obat.

Dari cerita yang kamu bagikan, saya belum menemukan penyebab terjadinya keadaan cemas yang kamu rasakan. Kalau berkenan, kamu bisa menyampaikan awal mula keadaan cemas kamu muncul seperti apa dan hal yang kamu pikirkan di konsultasi selanjutnya. Namun, di luar hal tersebut ada beberapa hal yang perlu kamu pahami terkait kondisi cemas. Mungkin hal ini juga sudah pernah dijelaskan oleh psikiater sebelumnya bahwa keadaan cemas bisa dipicu oleh banyak hal. Secara psikologi, salah satu penyebab yang paling sering memicu adalah munculnya pemikiran negatif akan sebuah peristiwa/pengalaman baik yang belum atau pernah dialami. Pemikiran negatif ini bisa berupa ketakutan-ketakutan akan sesuatu yang mungkin belum tentu terjadi. Pemikiran negatif ini juga kadang disadari, bisa juga tidak disadari. Oleh karena itu, hal pertama yang saya sarankan adalah coba identifikasi pikiran-pikiran negatif yang sering muncul dalam diri kamu. Hal tersebut akan membantu kamu untuk mengenali penyebab rasa cemas kamu muncul.

Perlu kamu pahami juga bahwa antara pikiran, perasaan, perilaku dan reaksi fisik itu saling mempengaruhi. Semakin sering kita memunculkan pemikiran negatif tentang diri atau orang lain maka hal tersebut akan mempengaruhi kita memiliki emosi yang juga negatif. Nah, pikiran seperti ini secara otomatis mempengaruhi keadaan emosi kita menjadi cemas, ingin marah, kesal, sedih dll. Efek lain yang terjadi bisa saja tubuh merasa sesak napas, deg-degan, gemetar. Akibatnya kita menjadi lebih memilih untuk menghindari orang-orang agar merasa lebih tenang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu memiliki pemikiran yang lebih positif agar keadaan emosi juga menjadi lebih positif.

Ada beberapa tips yang dapat dicoba untuk mengatasi rasa mudah cemas kamu:

  1. Setiap kali berada di dalam situasi yang membuat cemas, sedih, marah atau situasi apapun yang tidak menyenangkan, usahakan untuk mampu mengendalikan diri terlebih dahulu agar lebih stabil dengan mencoba melakukan relaksasi Caranya adalah tarik napas melalui hidung secara perlahan-lahan dalam beberapa hitungan lalu buang melalui mulut. Lakukan hal tersebut berulang kali hingga merasa sudah lebih tenang dan stabil.

  2. Ketika sudah lebih tenang, usahakan untuk selalu berpikiran yang lebih positif dalam keadaan Ketika pikiran tersebut muncul, coba cari kalimat alternatif yang lebih positif untuk diterapkan pada diri sendiri. Identifikasi pikiran negatif sebanyak mungkin dan cari kalimat alternatifnya yang lebih positif dan terapkan. Semangat!

  3. Usahakan untuk tidak membandingkan pencapaian diri dengan pencapaian orang Kamu harus percaya bahwa setiap pribadi itu diciptakan unik dengan karekteristiknya masing-masing.

  4. Apresiasi setiap usaha kecil yang sudah kamu lakukan misalnya sudah bisa menyadari kamu memiliki pikiran negatif, tapi belum bisa Tidak apa- tetap beri pujian kepada diri seperti “Kamu sudah hebat sampai sejauh ini”. Hal tersebut akan membuat diri merasa tetap semangat dan tidak mudah kecewa.

  5. Yang terpenting perbanyak bersyukur atas apapun yang sudah didapatkan dan Misalnya, bersyukur kita masih bisa bernapas setiap harinya, bersyukur kita diberi ibu yang perhatian, bersyukur kita memiliki badan yang sehat, dll karena tidak semua orang diberi kesempatan untuk merasakan hal-hal tersebut lebih lama.

Hidup kita adalah milik kita sendiri. Tidak ada yang berhak mengatur jalan hidup kita selain diri kita sendiri. Begitupun dengan hidup kamu. Saya percaya kamu lebih hebat dan kuat lebih dari apa yang saya pikirkan. Dan saya yakin kamu sanggup dan mampu menghadapi masalah apapun yang sedang dialami. Semangat ☺

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Cerita Kami: Menyembuhkan ‘Depresi’ tanpa Diagnosa Psikiater, Bisakah?

Next
Next

Direktori Psikologi: Skizofrenia