CURHAT: Saya Tidak Punya “Rumah” untuk Berpulang. Masih Adakah Alasan Saya Bertahan?

Curhat

Halo Pijar Psikologi!

Saya merasa sangat putus asa. Hubungan saya dengan keluarga bukan lagi seperti keluarga-keluarga lain yang membahagiakan. Bisa dibilang, pernikahan ibu yang kedua ini adalah alasan dari kehancuran saya. Sejak saat itu, ibu jadi sering sekali marah tanpa alasan kepada saya. Ayah tiri saya juga tidak pernah mau membela dan berdiri untuk saya. Kehadiran adik saya juga belum bisa diandalkan karena usianya yang masih sangat kecil. Dari semua anggota keluarga, hanya saya yang selalu dan selalu dijadikan kambing hitam atas setiap permasalahan. Jujur, saya sampai lupa rasanya punya “rumah”. Tidak ada lagi kehangatan dan ketenangan yang bisa saya rasakan di dalamnya. Hal ini diperparah dengan circle sosial saya yang juga tidak suportif. Sekarang yang tersisa hanyalah pemikiran-pemikiran liar yang menuntun saya untuk segera mengakhiri hidup. Apakah saya memang masih punya alasan untuk bertahan meskipun keluarga sendiri menganggap saya tidak berguna?

Gambaran: Laki-laki, 22 Tahun, Pelajar/Mahasiswa.


Jawaban Pijar Psikologi

Terimakasih sebelumnya karena telah mempercayakan Pijar Psikologi untuk menjadi tempat berbagi cerita.

Setelah membaca tulisanmu, sepertinya kamu sudah menahan perasaan ini cukup lama. Memang, diperlakukan sebagai kambing hitam atau orang yang bersalah seringkali menjadi hal yang menyebalkan sekaligus juga memunculkan anggapan bahwa diri ini tidak berguna. Apalagi yang kamu alami tidak hanya di lingkungan sosial saja, tetapi juga di dalam keluarga yang mungkin semakin membuatmu merasa tidak nyaman berada di sekitar orang-orang terdekat. Rasa tidak nyaman itu sepertinya membuatmu sulit untuk terbuka, apalagi berkeluh kesah tentang apa yang sedang kamu alami saat ini. Semakin lama kamu memendam emosi negatif (seperti rasa marah, kecewa, dan sedih) yang muncul karena anggapan bahwa dirimu tidak berguna, akan semakin sulit juga bagimu untuk menemukan alasan untuk tetap bertahan hidup. Seperti yang kamu mungkin sering tanyakan selama ini.

Pertama, yang perlu dipahami adalah semua manusia diizinkan untuk merasa lelah, diizinkan untuk merasa marah dan kecewa, diizinkan pula untuk merasa tidak baik-baik saja bahkan jika sudah mencoba bertahan sebaik mungkin yang mereka bisa. Tetapi, tidak untuk menyerah pada hidupnya. Karena itu, ketika kamu merasa tidak baik-baik saja dan memiliki pemikiran atau keinginan untuk mengakhiri hidup, hal yang bisa kamu lakukan adalah berusaha untuk mencari pertolongan (reach out).

Bentuk mencari pertolongan ini bisa ditujukan pada siapa saja. Seperti yang sudah kamu lakukan dengan menghubungi kami dan membagikan ceritamu. Dalam prosesnya ini, dibutuhkan kesediaan pula untuk membuka diri serta membagikan perasaan dan cerita permasalahan yang sedang dihadapi. Membuka diri bisa dilakukan tidak hanya selalu dengan orang-orang terdekat. Siapapun itu, ketika membuatmu merasa nyaman dan juga aman untuk berkeluh kesah, maka cobalah membuka diri. Untuk porsi cerita dan perasaan yang ingin kamu bagikan selama proses mencari pertolongan, sangat bergantung pada pilihan dan kesiapanmu.

Selanjutnya, berikut ini adalah penjelasan mengenai alternatif kegiatan yang bisa dilakukan ketika emosi negatif dan anggapan-anggapan bersalah mulai menguasai dirimu.

1. Melakukan Relaksasi Pernapasan

Saat ada pikiran dan emosi negatif seperti rasa marah, kecewa, sedih, dan sebagainya, kamu bisa menstabilkannya dengan berlatih relaksasi pernapasan. Ketika pikiran dan emosi kita dalam kondisi netral, maka kita cenderung mampu mengelola diri lebih baik. Dengan kondisi pikiran dan emosi yang netral dan tenang, kita bisa berpikir lebih jernih sehingga sikap dan perkataan kita bisa lebih terkontrol agar tidak terfokus untuk menyakiti orang lain. Relaksasi napas juga membantu kita dalam hal pengambilan keputusan yang lebih matang dan tidak tergesa-gesa. Langkah-langkah melakukan relaksasi pernapasan, yaitu:

  • Sadari terlebih dahulu: Apa yang aku rasakan saat ini?” atau “Pada siapa dan saat aku sedang menghadapi apa?

  • Posisikan tubuh senyaman mungkin dan rentangkan bagian tubuh yang terasa berat atau tegang.

  • Ambil napas dan rasakan napas itu masuk dari hidung dan mengalir ke dalam tubuh.

  • Tahan napas tersebut selama 3 detik, hitung secara perlahan 1 … 2 … 3 …

  • Lepaskan napas perlahan dan rasakan napas itu keluar dari dalam tubuh.

  • Lakukan secara berulang 2-3 kali sampai merasa rileks.

Baca juga: Apa yang Bisa Kita Lakukan Ketika Muncul Pemikiran Bunuh Diri? di sini

2. Belajar Untuk Bisa Memaafkan dan Menerima Diri Sendiri

Memaafkan diri sendiri merupakan langkah awal untuk menerima diri apa adanya, memaafkan orang lain, serta melanjutkan hidup dengan perasaan yang lebih positif. Salah satu cara untuk berlatih memaafkan diri sendiri yaitu melalui teknik meditasi Buddha. Teknik tersebut adalah bermeditasi atau melakukan self-talking atau berbicara dengan diri sendiri dengan mengucapkan:

“Jika aku telah melukai seseorang, sengaja atau tidak sengaja, aku meminta maaf. Jika siapapun telah melukaiku, sengaja atau tidak sengaja, aku memaafkan mereka. Jika aku telah melukai diriku sendiri, sengaja atau tidak sengaja, aku menawarkan permintaan maaf”

Kamu juga bisa merubah atau membuat kalimat sendiri selama merasa cukup nyaman untuk mengucapkannya.

Baca juga: Meditasi dan Ketangguhan Mental di sini

3. Mengubah Pola Pikir Negatif

Pikiran negatif disebabkan oleh adanya distorsi kognitif yang menunjuk pada kesalahan logika dalam berpikir atau kecenderungan berpikir yang berlebihan dan tidak rasional. Apabila dibiarkan, kesalahan ini akan menjadi kebiasaan, memengaruhi kondisi emosi kita, dan bisa mewujudkan perilaku tertentu. Saat kamu memiliki pikiran negatif, cobalah untuk mengurangi pikiran negatif tersebut dengan cara mengubahnya menjadi pikiran positif.  Salah satu caranya adalah dengan melihatnya dari sudut pandang atau perspektif lain. Kamu bisa membaca artikel berikut untuk belajar melihat dari sudut pandang lain:  https://pijarpsikologi.org/curhat-saya-merasa-selalu-direndahkan-keluarga-dan-insecure-dengan-teman-teman/

Baca juga: Mengenali Bias dalam Cara Berpikir Kita di sini

4. Mencari Bantuan Profesional

Jika masih merasa kesulitan untuk berkeluh kesah atau terbuka, maupun merasa terganggu dengan anggapan bersalah atau kurang berharga, kamu bisa mulai mempertimbangkan untuk menemui psikolog agar bisa berkonsultasi. Jasa psikolog dapat ditemukan di rumah sakit, puskesmas, atau lembaga resmi psikologi terdekat. Layanan yang diberikan beragam dan disesuaikan dengan masalah dan kebutuhanmu.

***

Semoga apa yang kami sampaikan dapat meringkankan sedikit permasalahan yang kamu alami. Berada di posisi yang dituduh bersalah atau menganggap diri sendiri bersalah adalah sesuatu yang tidak mudah untuk dihadapi. Hal ini berlaku bagi semua orang. Namun, tidak mudah untuk dihadapi bukan berarti tidak mungkin untuk bisa dilewati. Ambil waktu dan persiapkan dirimu. Tidak apa-apa jika mampunya melakukan secara perlahan. Selama masih ada kesempatan, pasti masih ada kemungkinan. Setiap individu pasti pernah merasa rapuh dan membutuhkan dukungan. Cobalah membuka pikiran dan hati. Kamu akan menyadari bahwa kamu tidak sendiri menghadapi semua ini dan masih banyak alasan untuk membuatmu tetap mempertahankan hidupmu.  Tetap semangat dan jangan pernah menyerah menjalani hidup ini. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu.

Terimakasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi


Catatan: Curhat adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Mengenal Lebih Dalam tentang Suicidal Thought

Next
Next

Mengenal Lebih Dekat Gejala Dini Autism