Liputan Event Pijar Class 3: Mengenali Diri di Tengah Quarter Life Crisis

liputan 3.jfif

“Tulislah naskah hidupmu sendiri. Kalau tidak, orang lain yang akan menuliskan, dan rencana hidupmu. Itu tidak enak,” ujar Vincentius Wedha, M.Psi., Psikolog, pembicara kelas ketiga Pijar Psikologi. Kelas bertema “Galau Masa Depan” ini digelar pada Sabtu (24/03). Bertempat di Sinergi Cowork & Network Space, Yogyakarta, Wedha membahas bagaimana seseorang Menentukan Prioritas di Tengah Quarter Life Crisis. Selain materi, Wedha juga memandu peserta untuk lebih mengenali kekuatan diri dan merencanakan gambaran masa depan.

Wedha menerangkan, manusia akan mengalami masa transisi dari remaja ke dewasa pada rentang usia 20-30 tahun. Pada masa ini, seseorang akan mulai merasa bimbang dan ragu terhadap jalannya hidup. “Masa transisi pasti ada rasa sakit, ada tantangan baru,” ujarnya. Pada tahap ini, ada dua tugas perkembangan besar, yaitu memasuki dunia kerja dan menikah.

Lebih lanjut, Wedha menjelaskan, tantangan generasi milenial salah satunya adalah daya lenting yang lemah. Hal ini membuat mereka kurang dapat bertahan lama di situasi kerja menekan meskipun sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar. “Generasi ini agak kesulitan masuk ke dalam sistem aturan dan mematuhi figur otoritas,” terangnya. Terlebih, cara berpikir figur otoritas yang lebih tua biasanya berbeda dengan generasi milenial, sehingga membuat mereka kesulitan untuk menyatukannya.

Wedha menegaskan, identitas diri dan adanya tujuan adalah hal yang penting dalam menghadapi masa krisis di usia seperempat abad. “Pahami kekuatan yang kamu miliki sebelum masuk ke tujuan,” ujarnya. Wedha melanjutkan, ketika sudah memiliki mimpi, menemukan komunitas yang suportif juga merupakan hal penting untuk menjaga diri tetap mengarah pada tujuan.

Regis, panitia acara menyebutkan bahwa Quarter Life Crisis saat ini sering menjadi bahasan karena banyak dirasakan oleh anak muda sekarang. Tema ini merupakan salah satu permasalahan populer dalam konsultasi online yang dikelola oleh Pijar. “Mereka memiliki banyak pilihan, tetapi tidak ada yang membimbing,” ujarnya.

Menurut Isti, peserta, kelas ini membantunya menyadarkan fase krisis yang sedang ia alami, serta membuatnya lebih tahu tentang tantangan yang ia hadapi. “Tujuan besar hidup mungkin belum saya tentukan, tapi setelah keluar kelas, saya jadi tahu apa yang akan dilakukan untuk merancang itu,” tegasnya.

Previous
Previous

CURHAT: Saya Merasa Sendiri, Ditinggal Teman dan Ingin Mengakhiri Hidup

Next
Next

Identitas Manusia dan Kelahiran Negativitas