Berada di Sekitar Anak dengan Down Syndrome

“Kromosom tidak seharusnya menentukan nilai sebuah kehidupan.”

–Unknown

Kehadiran seorang anak yang telah dinantikan tentunya memberikan suatu kebahagiaan bagi para orang tua. Namun terkadang, anak yang dinanti, hadir dengan hadiah lain. Saat lahir, dokter menyatakan sebuah hal yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh orang tua sebelumnya. Anak dinyatakan memiliki Down Syndrome, sebuah gangguan berkaitan dengan tidak sempurnanya pembelahan kromosom di tubuh anak. Sebagai orang tua tentu rasa cemas dan takut menyelimuti tentang berbagai kondisi yang berpotensi ditemui anak di masa depan. Akan tetapi satu rahasia yang pasti, setiap anak hadir dengan keistimewaannya masing-masing. Meskipun dengan Down Syndrome yang dimiliki, anak tetap bisa menjalani kehidupan seperti anak-anak lain. Tentunya hal tersebut dapat terwujud dengan bantuan dari orang-orang di sekitarnya, terutama orang tua. Berikut ada beberapa tips dan kiat dalam  membantu anak dengan Down Syndrome agar beradaptasi dengan lingkungannya.

1. Pastikan anak mendapat dukungan terbaik dari orang tua dan lingkungan sekitarnya1

Perkembangan anak dengan Down Syndrome yang mengalami keterlambatan, membuatnya lebih berisiko untuk mengalami gangguan perilaku, misalnya anak menjadi lebih sulit untuk diatur, lebih hiperaktif, dan masalah perilaku lainnya. Untuk memperkecil berkembangnya risiko ini, dukungan penuh dari orang tua tentu menjadi sangat penting. Kesabaran dalam menerapkan aturan-aturan kecil dalam kehidupan anak sehari-hari  dapat terus dilakukan orang tua dan orang di sekitarnya. Jangan ragu untuk meminta bantuan orang yang lebih ahli seperti psikolog atau dokter anak. Dalam situasi seperti ini, orang tua akan membutuhkan semua bantuan yang mungkin bisa didapatkan sehingga menghindarkan anda dari mitos yang salah dan isolasi dari lingkungan.

2. Berhati-hati menghadapi temperamen anak yang mudah berubah2

Menghadapi temperamen anak tentunya menjadi masalah setiap orang tua. Anak dengan Down Syndrome memang lebih sulit untuk dihadapi masalah temperamen. Hal ini terkait dengan keterlambatan perkembangan yang dihadapi.  Akibatnya perkembangan daya kerja otak, bahasa, dan kemampuan sosialnya mengalami gangguan. Secara lebih lanjut, hal tersebut membuat anak lebih lambat memahami risiko dari sebuah perilaku. Mungkin ketika orang tua melarang anak dalam melakukan sesuatu, anak kemudian bisa menangis sejadi-jadinya atau membanting barang yang ada di dekatnya. Kasus temperamen anak yang mudah berubah sebenarnya tidak banyak ditemukan pada anak dengan Down Syndrome. Akan tetapi, meminta bantuan pada ahli agar membuat program pengaturan perilaku untuk anak bisa menjadi pilihan untuk mengatasi masalah ini.

3. Menjadi orang tua yang selalu berpikir positif3

Kondisi anak yang memiliki kekurangan jangan dijadikan sebagai gangguan atau masalah. Justru sebaliknya, jadikan kondisi anak sebagai sarana untuk mempererat ikatan hubungan dalam keluarga. Sikap saling mendukung selain akan membantu memudahkan perkembangan anak juga akan menghindarkan orang tua dari aura negatif dalam membesarkan anak dengan Down Syndrome.

4. Bantuan training untuk meningkatkan fungsi otot dalam tubuh anak dengan Down Syndrome4

Anak dengan Down Syndrome terlahir dengan fungsi otot yang lemah. Training untuk meningkatkan fungsi ototnya bisa jadi pilihan untuk memudahkan mobilisasi anak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut hasil penelitian, training yang tepat dapat meningkatkan kekuatan dan keseimbangan tubuh, terutama di bagian alat gerak (tangan dan kaki), pada anak dengan Down Syndrome.

5. Anak dengan Down Syndrome bisa menjadi sosok yang sangat menyenangkan5

Anak dengan Down Syndrome biasanya dikenal dengan sosok yang mudah senyum dan lebih sociable atau mudah bersosialisasi dengan orang lain meskipun dengan segala keterbatasannya. Hal ini sebenarnya akan banyak membantu jika orang di sekitarnya juga memiliki respon yang sama. Anak dengan Down Syndrome bukan anak yang harus dihindari. Masalah kromosom yang dimilikinya bukan merupakan kondisi yang bisa ia pilih untuk hidupnya. Anak dengan Down Syndrome juga berhak untuk bersosialisasi selayaknya anak-anak yang lain. Tentu sangat tidak adil jika kita merenggut hak itu darinya bukan?

Semoga beberapa kiat di atas bisa membantu siapapun kita yang mungkin saja kelak atau saat ini sedang berada di lingkungan anak dengan Down Syndrome. Anak dengan Down Syndrome tetap seperti anak-anak lain yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Hanya saja mereka membutuhkan porsi yang “sedikit lebih” dari anak-anak yang lain. Satu hal, anak dengan Down Syndrome bukan sosok untuk dihindari. Mereka seharusnya dinilai atas diri mereka sendiri bukan lewat sesuatu yang mereka miliki.


Sumber data tulisan

 1Buckley SJ. Issues for families with children with Down syndrome. Down Syndrome Issues and Information. 2002.

2Bruns, D., & Foerster, K. (2011). “We’ve Been Through It All Together”: Supports for Parents with Children with Rare Trisomy Conditions. Journal of Intellectual Disability Research, 361-369

3Bruns, D., & Foerster, K. (2011). “We’ve Been Through It All Together”: Supports for Parents with Children with Rare Trisomy Conditions. Journal of Intellectual Disability Research, 361-369

4Sukriti Gupta, S. B., Rao, B. K., & SD, K. (2010). Effect of Strength and Balance Training in Children with Down’s Syndrome: A Randomized Controlled Trial. Clinical Rehabilitation, 425-432

5Blacher, J., Baker, B. L., & Kaladjian, A. (2013). Syndrome Specificity and Mother-Child Interactions: Examining Positive and Negative Parenting Across Context and Time. J Autism Dev Disord, 761-774.

By: Ayunda Zikrina

Let others know the importance of mental health !

Koes Ayunda Zikrina Putri

I write and read about psychology but i talk about football (a lot). Sometimes you may hear me on the radio. Enjoying life as Chief Creative Officer Pijar Psikologi.

Previous
Previous

“Sobat” bagi Siswa Down Syndrome

Next
Next

Lauren Potter: Aktris Sekaligus Aktivis yang Menginspirasi