Agnez Mo: Ayo Jadi Generasi Penuh Kasih!

agnes mo.jpg

“Kesuksesan itu seperti rumah. Harus punya fondasi yang kuat. Kalau tidak, kesuksesan tersebut akan berlangsung sementara, tidak tahan lama”

– Agnez Mo

Energik, multi talenta, berprestasi adalah kata-kata yang mewakili seorang wanita berusia 30 tahun ini. Namanya sudah mulai dikenal sejak ia berusia enam tahun. Mimpinya untuk merambah dunia internasional terwujud berkat kerja kerasnya dibalik cemoohan beberapa orang yang meragukan mimpinya tersebut. Jutaan pengikutnya di instagram telah menjadi saksi bagaimana perjalannya dalam menggapai mimpinya tersebut.

Siapa lagi kalau bukan Agnes Monica yang lebih dikenal dengan nama panggungnya, Agnez Mo. Suara merdunya telah berhasil menelurkan sekitar delapan album. Tak hanya sukses menjadi seorang penyanyi, Agnes juga berhasil melebarkan sayapnya sebagai aktris yang membintangi berbagai judul sinetron dalam dan luar negeri. Pernikahan Dini yang hits pada awal tahun 2000-an berhasil melambungkan nama Agnes, hingga ia pun dilirik untuk menjadi salah satu pemain di serial drama Taiwan berjudul “The Hospital” bersama dengan Jerry Yan.

Sosok inspiratif di Media Sosial

Tak heran bila Agnes dikenal sebagai salah satu sosok yang inspiratif bagi kalangan anak muda Indonesia. Pada ajang Socmed 2016 lalu, Agnes Monica berhasil menyabet penghargaan sebagai Star of The Year. Menyadari fungsi media sosial tidak hanya sebagai sarana berbagi informasi, Agnes memanfaatkan media sosial yang dimilikinya untuk dapat berkomunikasi dengan penggemarnya.

Agnes menyatakan dalam sambutan penerimaan gelar tersebut, “Jangan menjadikan pesan media sosial jadi hidup kalian. Tetapi bisa menginspirasi orang, dan mendorong orang lain.”1

Agnes sering berbagi tweet kepada par pengikutnya. Salah satu tweet yang pernah Agnes bagi kepada para pengikutnya bertuliskan “Great inspiration comes from great experiences#music #writing”2, inspirasi terbaik datang dari pengalaman terbaik.

Sebagai sosok yang disorot oleh berbagai kalangan, ia mampu membuktikan konsistensinya dalam berkiprah di dunia tarik suara. Banyak anak-anak muda yang menjadikannya sumber inspirasi untuk terus berprestasi. Tidak hanya di bidang tarik suara maupun akting, Agnes Monica juga dikenal sebagai salah satu artis berotak encer yang memiliki prestasi akademik.

“Karena seorang superstar itu gimana mereka bias konsisten. Jangan terkenal setahun tetapi tahun berikutnya sudah nggak ada namanya lagi” – Agnez Mo.

#AMgenerationOfLove

“Di dalam perbedaan, ada kebersamaan. Di dalam perbedaan, ada kekayaan.” Begitulah tweet dari akun @agnezmopada 18 September 2015 lalu. Agnes menjadi salah satu pihak memprakarsai dan mendeklarasikan pergerakan damai bersama Ibu Sinta Nuriyah Wahid dalam “International Day of Peace”.  Melalui akun twitter-nya ia mengajak seluruh kalangan untuk menjadi bagian generasi yang cinta damai.

Kampanye dengan hashtag I #AMgenerationOfLove menjadi trending topic di banyak media social dan online. Pilihan hidup yang dipenuhi gesekan dan guncangan ataupun hidup dipenuhi cinta, kasih saying dan harapan berada ditangan kita sendiri. Bagi Agnes Monica, peperangan yang dihadapi melawan situasi negatif yang dialami sejak usia dini: rendah diri, pelecehan, penindasan di internet (cyber-bullying), depresi dan keinginan bunuh diri.

Agnes menyadari seiring dengan pemberitaan politik di media massa dan fitnah serta tuduhan mewarnai media social dapat memicu perpecahan yang padahal diawali dengan hal-hal yang sepele. Melalui deklarasi tersebut, Agnes Monica mengajak semua kalangan menjadi agen perdamaian dan kerukunan sebagai awal langkah kecil untuk berdamai dengan diri sendiri dan saling memaafkan. Melalui akun pribadinya @agnezmo pun memposting deklarasi gerakan perdamaian oleh generasi kasih.


Sumber Data Tulisan (sertaan daftar pustaka atau footnote)

  • http://celebrity.okezone.com/read/2016/05/21/33/1394517/agnes-monica-terbukti-paling-inspiratif-di-media sosial

  • http://showbiz.liputan6.com/read/563560/agnes-monica-inspirasi-besar-datang-dari-pengalaman

Putu Novi Arfirsta Dharmayani

Mahasiswa Fakultas Psikologi UGM

Previous
Previous

#TETOT: Menebar Kebahagiaan dengan Media Sosial

Next
Next

“Love” di Instagram: Ketika Kuantitas menjadi Penyebab Kecemasan