CURHAT: Apakah Saya Harus Melanjutkan Hubungan Saya dengan Pasangan?

Curhat

Halo Pijar Psikologi!

Saya ingin bercerita tentang apa yang saya rasakan akhir-akhir ini. Saya sering sekali berpikir tentang apakah saya perlu melanjutkan hubungan dengan pasangan saya saat ini atau tidak. Namun, belakangan saya lebih cenderung untuk tidak melanjutkan hubungan dengan pasangan saya. Pikiran itu sering muncul ketika saya sangat kecewa dengan kondisi dan kualitas hubungan saya dengan pasangan. Kekecewaan saya dengan pasangan kerap dipicu oleh perbedaan kecil, seperti ketika kami makan, pasangan merasa ada baiknya makanan yang tersaji di piring masing-masing ditawarkan terlebih dulu pada satu sama lain. Namun, bagi saya itu tidak perlu, karena masing-masing punya makanannya sendiri-sendiri dan belum tentu satu salera. Kalau pun mau ditawarkan, tidak perlu harus sebelum makan, setelah dicicipi baru ditawarkan pun menurut saya tidak masalah. Hal itu sering membuat kami akhirnya cek-cok. Selain itu, saya berpendapat bahwa apabila pasangan mampu mengerjakan sesuatu sendiri, maka tidak perlu meminta bantuan. Meminta bantuan itu menurut saya menandakan hubungan yang saling ketergantungan. Padahal menurut saya bergantung itu hanya pada Tuhan, sedangkan pasangan punya sudut pandang berbeda soal itu. Sampai akhirnya, pasangan saya kesal karena saya dianggap selalu bersikap defensif dan selalu mencari -cari alasan. Sampai pernah pasangan saya berkata bahwa saya adalah azab yang dikirim Tuhan untuknya. Entah karena dia begitu emosi pada saat itu hingga ia berbicara seperti itu pada saya. Saya pun sulit melupakan kata-kata itu. Pasangan saya juga berkata bahwa saya tidak bisa memenuhi permintaan untuk menyenangkan pasangan.

Saya bingung, apakah untuk mempertahankan hubungan harus mengubah kebiasaan saya? Apakah dengan mengubah kebiasaan nantinya saya tidak menjadi diri saya sendiri? Apakah konflik semacam ini bisa jadi landasan kuat untuk saya tidak melanjutkan hubungan? Saya sudah berusaha semampu saya untuk menganggap itu semua biasa saja, tapi ternyata tetap saya itu menghantui saya, membuat saya terbebani. Saat ini perasaan saya rasanya campur aduk. Saya banyak bingungnya, tapi kadang saya juga sedih, kadang saya kecewa dengan diri sendiri, kadang saya senang, terutama di saat berkumpul dengan teman-teman kantor. Saya berharap, hidup yang saya jalani bisa berlangsung dengan damai.

 

Gambaran: Perempuan, 27 Tahun, Pegawai Swasta.


 Jawaban Pijar Psikologi

Terimakasih atas kepercayaanmu untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Nampaknya, saat ini kamu sedang mengalami dilema yang cukup berat ya. Di satu sisi kamu ingin melanjutkan hubungan dengan pasangan namun di sisi lain ada ketidakcocokan yang kamu rasakan dengan pasangan. Kamu merasa komunikasi dengan pasangan tidak berjalan dengan baik karena sudut pandang yang berbeda. Kamu juga mengalami dilema, “Haruskah mengubah kebiasaaan-kebiasaan yang kamu miliki demi mempertahankan hubungan dengan pasangan?”.

Dalam hubungan percintaan akan lebih mudah untuk menentukan hal-hal yang akan dilakukan ketika kamu dan pasangan memiliki tujuan serta visi dan misi yang sama. Sejauh ini, apakah kamu dan pasangan sudah memiliki atau membuat tujuan jangka panjang seperti menikah? Dan apabila sudah, apakah kamu dan pasangan sudah tahu keluarga seperti apa yang ingin dibangun? Tidak semua pasangan memulai hubungan pacaran dengan niat untuk menjalin hubungan sampai ke tahap pernikahan. Hal inilah yang perlu untuk dipastikan terlebih dahulu antara kamu dengan pasangan. Apabila kamu dan pasangan memang berniat untuk menjalin hubungan ke tahap pernikahan, maka hal-hal yang kamu tanyakan kepada kami dapat dibahas bersama dengan pasangan.

Pernikahan dan pesta pernikahan merupakan dua hal yang berbeda. Mempersiapkan pernikahan tentunya jauh lebih penting dibandingkan dengan pernikahan itu sendiri. Beberapa hal berikut menjadi salah satu yang penting dalam merencanakan pernikahan :

  1. Visi dan misi yang ingin dicapai dalam pernikahan.

  2. Peran suami dan istri dalam rumah tangga (Siapakah yang memiliki tanggung jawab utama dalam hal ekonomi? Bagaimana pembagian peran dalam pekerjaan rumah tangga? Apakah istri boleh bekerja?).

  3. Pengelolaan keuangan dalam keluarga (Siapakah yang bertanggung jawab mencari uang, siapa yang harus mengelola keuangan?).

  4. Peran suami dan istri dalam mendidik anak (Siapa yang memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak? Nilai apa yang ingin ditanamkan dalam diri anak?).

  5. Apabila terjadi suatu masalah bagaimana akan menyelesaikan (Misalnya tidak memiliki keturunan, kehilangan pekerjaan, kehilangan anak?)

  6. Pesta pernikahan (Siapa yang akan menanggung biayanya, bagaimana acara pernikahan akan dilaksanakan?)

Hal-hal tersebut merupakan sekian banyak hal yang penting dan perlu dibahas dalam merencanakan pernikahan. Kamu dapat menambahkan beberapa hal yang mungkin kamu anggap penting seperti misalnya peran agama dalam kehidupan pernikahan ataupun hal lain yang tampaknya sederhana namun memiliki potensi menimbulkan masalah seperti penggunaan sosial media ataupun hobi main game.

Hubungan pacaran dan hubungan pernikahan adalah dua hal yang berbeda. Jika dalam menjalin hubungan pacaran salah satu pihak ingin memutuskan akan lebih mudah dibandingkan dengan hubungan pernikahan. Oleh karena itu menetapkan prinsip-prinsip utama dalam pernikahan sebelum menikah adalah hal yang penting. Sedangkan hal-hal lain yang tidak bertentangan dengan prinsip utama yang sudah dibuat di awal dapat dikomunikasikan dengan pasangan. Dalam mengkomunikasikan perbedaan-perbedaan tersebut juga terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti menciptakan kondisi yang nyaman untuk berkomunikasi, tanamkan prinsip saling menghormati dengan pasangan, empati dengan apa yang dirasakan oleh pasangan, sampaikan dengan jelas dan tanamkan dalam diri bahwa dalam berkomunikasi bukan menemukan siapa yang salah dan siapa yang benar namun bagaimana menemukan solusi bersama-sama.

Baik hubungan pacaran maupun hubungan pernikahan adalah penyatuan dua pribadi yang berbeda. Dirimu dan pasangan memiliki latar belakang yang berbeda, dididik dengan cara yang berbeda sehingga sangat mungkin memiliki pandangan yang berbeda dalam beberapa hal. Sebuah perbedaan bisa dinilai menjadi hal yang kecil namun juga bisa menjadi hal yang besar tergantung dari sudut pandang kita melihatnya. Tentukan dengan pasangan hal-hal mana yang tidak dapat dikompromikan dan tentukan hal mana yang dapat dikompromikan. Jika memang dari beberapa perbedaan yang kamu alami dengan pasangan tidak dapat kamu kompromikan, mungkin sudah saatnya kamu dan pasangan mengevaluasi hubungan bersama-sama. Jika memang ada prinsip-prinsip utama yang tidak dapat disatukan mungkin hubungan kalian tidak dapat dilanjutkan. Namun jika hal-hal yang bertentangan masih dapat dikompromikan tidak ada salahnya saling mencoba memahami dan menemukan jalan keluar bersama-sama. Sampaikan apa yang menjadi keinginanmu dan juga tanyakan kepada pasangan apa yang menjadi harapannya. Setelah membuat kesepakatan, coba jalankan kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan tutuplah kenangan yang tidak menyenangkan.

Melupakan hal yang tidak menyenangkan tentunya tidak mudah namun usahakan tidak membawa masalah yang telah lalu ketika membahas hal yang baru. Apakah merubah diri berarti tidak menjadi diri sendiri? Tidak selalu berarti seperti itu ya. Apa salahnya berubah jika perubahan tersebut untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Bukankah perubahan dalam kehidupan adalah suatu hal yang tidak dapat dielakkan. Dalam sebuah hubungan yang terpenting adalah bagaimana membuat hubungan tersebut bisa berjalan dengan baik dengan tetap memperhatikan kebaikan kedua belah pihak. Hubungan yang sempurna bukanlah hubungan yang dimiliki oleh dua orang yang sempurna. Hubungan yang sempurna adalah ketika dua orang yang tidak sempurna belajar untuk memahami perbedaan itu dan menjadi lebih baik. Semoga apa yang kami sampaikan dapat membantumu ya!

 

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi


Catatan: Curhat adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

COVID-19 dan Hierarki Kebutuhan Maslow

Next
Next

5 Kebutuhan Dasar bagi Seorang Anak untuk Tumbuh Menjadi Pribadi Resilien