CURHAT: Hati Saya Terpaut dengan Laki-Laki Lain Saat Saya Masih Menjalin Hubungan

Curhat

Saya berpacaran dengan teman sekelas saya selama selama SMA yang berinisial F. Si F ini adalah laki-laki yang sangat baik terhadap saya, dia juga selalu rela berkorban demi saya (rela antar jemput meskipun jarak rumah saya jauh), juga sangat perhatian pada saya. Dia belum pernah pacaran sebelumnya, sehingga kadang sikap dia sangat cuek dan kaku terhadap saya. Saya sebenarnya sangat nyaman dekat dengan pacar saya ini, dia selalu mendengarkan curhatan saya, dan dia tidak pernah macam-macam dengan cewek lain selain saya. Namun satu hal yang mengganjal hati saya, si F ini bukanlah tipikal pria yang menarik hati saya. Saya tertarik pada laki-laki yang fisiknya oke (berwajah menarik, kurus, tinggi, terutama gaya berpakaiannya stylish). Nah pacar saya ini adalah kebalikannya, dia tidak begitu tampan, cenderung gendut, dan kadang membuat saya merasa malu untuk mengenalkannya pada keluarga dan sahabat-sahabat dekat saya. Selain itu, orangtua saya selalu mengharapkan saya mendapatkan pria yang menarik.

Hubungan kami berjalan lancar, kami jadian sejak beberapa bulan lalu. Pada awalnya saya masih merasa baik-baik saja dengan hubungan ini, sampai akhirnya teman laki-laki saya (dia juga sekelas dengan saya dan pacar saya), yang inisialnya T, mengajak saya menonton film bersama. Awalnya saya hanya mengira kalau kami hanya akan nonton saja. Saya menyetujui saja, karena sejujurnya saya juga bosan di rumah. Secara fisik, si T ini merupakan tipe saya, dia kurus, tinggi, stylish, dan manis. Orangtua saya pun menyukainya, dan saya merasa PD saja ketika berjalan dengan si T ini. Akhirnya saya pergi nonton dengan si T ke kota Bandung menggunakan motor. Selama perjalanan, tak ada hal-hal aneh terjadi. Ketika sampai, dia mengajak saya mencoba nonton di kursi sweetbox (kursi khusus untuk nonton berdua dengan sekat). Saya menyetujuinya karena saya tidak begitu mengetahui apa itu sweetbox. Saat menonton, entah bagaimana awalnya, dia mulai memegang tangan saya, dan kita melakukan skinship seperti sepasang kekasih. Saya akui, kami berdua sama-sama menyukai skinship karena kebiasaan dengan mantan kami masing-masing.

Saya merasa kalau si T ini sangat mirip mantan saya sebelumnya, dan saya menyukai sikapnya yang sangat romantis. Selama menonton kami terus berpegangan tangan. Sampai ketika perjalanan pulang, karena cuaca sedang dingin, si T bilang, “Kamu pegangan, nanti jatuh”. Setiap lampu merah, tangannya pasti menyentuh tangan saya, dan saya menyukainya. Sampai pada malam hari, tangannya membimbing tangan saya untuk masuk ke dalam saku jaketnya, “Biar gak dingin” katanya, selain itu dia juga menyuruh saya memeluknya, karena merasa nyaman, akhirnya saya memeluknya dengan erat, sambil menyenderkan kepala saya ke pundaknya. Selama perjalanan kami terus mengobrol dan tertawa. Saat jalanan sepi, terkadang tangannya memencet pipi saya dengan gemas, dan mengelus tangan saya.

Menurut saya, hal yang dia lakukan itu sangatlah romantis, dan saya tiba-tiba saya terpikirkan kembali dengan pacar saya. Ingin rasanya saya putus dengan pacar saya itu. Keesokan harinya, saya masih teringat kejadian itu, saat saya memeluknya erat. Saya akhirnya curhat pada sahabat saya. Sahabat saya memberitahu saya kalau ternyata si T itu sedang mencari pasangan karena dia jomblo. Sahabat saya itu justru memarahi si T dan memberi tahu si T kalau saya sudah berpacaran. Akhirnya si T menjadi kecewa pada saya karena tidak memberitahu dia kalau saya sudah berpacaran. Sejujurnya, saya sudah merasa tidak nyaman dengan pacar saya, dan ingin putus dengannya. Namun saya bingung apa yang harus saya lakukan? Saya sangat ingin menjalin hubungan dengan si T ini.

Gambaran: Perempuan, 17 tahun, Pelajar

Jawaban Pijar Psikologi

Terimakasih atas kepercayaan untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Salam kenal, Semoga sekarang kamu sedang dalam keadaan baik-baik ya. Setelah membaca dan memahami cerita yang kamu sampaikan, saya bisa merasakan bahwa kamu sangat nyaman ya dengan pacar kamu sekarang. Namun di sisi lain, ada juga rasa nggak nyaman dengan hubungan yang sekarang karena ada hal yang menurutmu kurang ideal. Nah, terkait dengan cerita ini coba ditanyakan lagi kepada diri kamu. Pada saat kamu memutuskan untuk berpacaran apa tujuannya sih? Pasti kamu punya pertimbangan sehingga akhirnya sepakat untuk memulai hubungan dengan pacar kamu sekarang. Ketika kamu mengingat tujuan awalnya dan alasan membuat keputusan mungkin kamu jadi bisa menjawab. Saat di tengah perjalanan kamu menemukan hal yang mungkin belum sesuai dengan keinginanmu, sebenarnya hal itu merupakan hal yang wajar kok.

Terkait hal itu, ketika kamu mungkin merasa galau dengan kondisi yang saat ini dihadapi, kamu bisa mengkomunikasikan hal ini ke pacar. Kamu bisa bicara tentang keresahanmu dengan cara baik-baik tentunya tanpa menyinggung permasalahan tentang fisik meskipun mungkin hal itu menjadi keresahan utama kamu saat ini. Kenapa begitu? Ketika menyinggung tentang fisik maka hal tersebut rasanya kurang etis karena urusan fisik itu di luar kuasa kita. Selain itu, mungkin pacar kamu juga bertanya-tanya jika kamu membahas masalah fisik karena sebelumnya hal ini tidak menjadi masalah bagimu.

Jika berbicara tentang pertanyaan apa yang harus dilakukan saat ini, ada baiknya mungkin kamu melihat lagi kelebihan dan kekurangan dari dua laki-laki yang saat ini dekat denganmu. Coba tuliskan dahulu apa saja yang sekiranya ada di diri masing-masing laki-laki ini. Nah, setelah itu kamu coba tanyakan kembali kepada diri kamu. Sekiranya mana yang membuat kamu lebih nyaman jika menjalin hubungan. Hal ini rasanya penting untuk dilakukan karena menjalin kedekatan hubungan dengan lawan jenis itu banyak aspek yang perlu dipikirkan. Namun rasa nyaman tentunya menjadi salah satu faktor yang penting untuk keberlangsungan hubungan. Setelah itu dilakukan, kamu mungkin akan mendapatkan jawaban yang lebih mantap dari sebelumnya karena kamu bisa memetakan hal yang menjadi kebingunganmu.

Terkait dengan hubungan kamu dan T, rasanya wajar jika T merasa kecewa dengan kamu yang mungkin belum menjelaskan posisi hubungan saat itu. Akan tetapi, seperti niat kamu di awal yang hanya menganggap teman biasa rasanya kamu tidak salah sehingga meminta maaf tidak terlalu dibutuhkan. Dengan meminta maaf, mungkin kamu  justru akan menambah bingung T karena bisa saja T beranggapan kamu memberikan harapan kepadanya. Namun, jika memang kamu ingin memberikan harapan kepada T, baiknya kamu selesaikan dulu hubungan dengan pacar. Hal ini akan membantu semua pihak baik kamu, T, dan pacar kamu karena posisi kalian satu sama lain jelas. Oleh karenanya, komunikasi baik-baik kepada keduanya rasanya sangat penting. Semua keputusan ada di tanganmu sebagai individu yang menjalani. Untuk saat ini mungkin kamu juga masih bisa mempertimbangkan tentang hubungan yang dijalani dengan lawan jenis mengingat kamu juga masih muda. Akan lebih baik jika dengan hubungan yang kamu jalin kemudian membawa kepada hal-hal positif dan bisa mengembangkan diri serta pasangan. Tetap semangat! Semoga tulisan ini bermanfaat.

Terimakasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Cerita Kami: Hidup dengan Bipolar itu Menyenangkan Sekaligus Menyedihkan

Next
Next

Ketika Diri Ini Tak Pernah Layak Menjadi Pribadi Sukses