CURHAT: Saya Cemas dengan Tugas Akhir Hingga Kerap Menyakiti Diri Sendiri

Curhat

Saya merupakan seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir saya. Di program studi tempat saya belajar, pengerjaan tugas akhir mahasiswa diatur secara periodik. Ada tiga tahap tugas akhir dan setiap tahap memiliki deadline dan sidangnya masing-masing.  Walaupun sudah terbiasa dengan deadline selama empat tahun, saya masih belum terbiasa dan gampang tertekan ketika menjelang deadline. Kecemasan tidak dapat selesai serta tekanan dari diri sendiri yang menuntut kesempurnaan seringkali membuat saya stres.

Dua tahun lalu saya pernah mengalami stres berat yang mendorong saya untuk konsultasi ke psikolog. Beliau, psikolog yang saya datangi saat itu, mengatakan bahwa saya harus lebih terbuka dan menceritakan keluh kesah saya kepada orang lain (sahabat, orang tua, pacar, dll). Sebelumnya saya yakin bahwa orang lain akan merasa kerepotan dan terganggu apabila saya curhati. Namun, kala itu beliau berhasil meyakinkan saya bahwa mereka tidak akan merasa demikian, bahkan senang apabila dicurhati dalam rangka saling menolong. Sejak saat itu, saya lebih terbuka dan lebih bisa mengatur stres saya.

Akan tetapi, akhir-akhir ini perasaan tersebut (stres berat, tertutup, keinginan untuk tidak merepotkan orang lain) datang lagi sejak saya mengambil tugas akhir. Saya merasa bahwa saya sudah sangat bergantung dengan orang lain dan yakin hal itu sangat merepotkan orang-orang di sekitar saya. Saya tidak ingin menjadi demikian dan berusaha menahan keluh kesah yang ada.  Akhirnya saya beralih ke cara lain untuk melampiaskan stres, yaitu menyakiti diri sendiri. Saya pernah mengiris lengan hingga berdarah. Saat itu, saya langsung menyesalinya dan berjanji kepada diri sendiri untuk tidak akan melakukannya lagi di kemudian hari. Akan tetapi, saya mulai menyakiti diri dengan cara lain, yaitu menggigit atau menusuk area badan dengan bolpoin keras-keras hingga terasa sakit. Dengan menyakiti tubuh, saya merasa dapat mengalihkan rasa sakit yang dirasakan oleh jiwa saya.  Saya takut ini semakin menjadi-jadi dan menimbulkan ketagihan serta ketergantungan. Apa yang harus saya lakukan agar tidak kembali menyakiti diri sendiri lagi? Terima kasih banyak.

Gambaran : Perempuan, 20 tahun, Mahasiswa

Jawaban Pijar Psikologi

Terimakasih atas kepercayaannya untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Tentunya tugas akhir memang menjadi salah satu stresor bagi mahasiswa tingkat akhir. Dalam kondisi tertentu, cemas itu sebenarnya dapat membantu kita untuk menjadi lebih waspada dan lebih mempersiapkan diri untuk menggadapi sesuatu. Dengan syarat, cemas tersebut diatasi dengan cara yang tepat. Cara kamu mengalihkan stres dengan berorientasi pada luka fisik yang dilakukan dengan sengaja tentunya tidak tepat. Saya lega karena kamu sendiri menyadari hal itu harus dihentikan. Kamu tentu sudah merasakan akibatnya setelah menyakiti diri sendiri, justru perasaan luka kita bertambah bukan? Waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat justru terpakai untuk melukai diri dan mengatasi rasa sakit itu. Sekarang mari kita temukan cara lain.

Sekarang, kita coba mulai dari masalah tugas akhir ya. Deadline itu sendiri sebenarnya bertujuan untuk membantu mahasiswa agar lebih mengefektifkan waktu yang ada. Harapan pihak kampus adalah mahasiswa dapat menyusun timeline pribadi sehingga deadline tersebut terpenuhi. Jadi, mari pelan-pelan kita nilai positif deadline tersebut. Seandainya pun kamu cemas, mari gunakan waktu yang masih tersisa untuk menyusun jadwal pribadi yang kemudian dicocokkan dengan deadline kampus. Jangan lari dari tugas tersebut. Kerjakan apa yang bisa dikerjakan, cicil sedikit demi sedikit. Buat kerangka kerja yang jelas. Jika kamu tipe yang ingin sempurna, salurkan hal tersebut dalam poin-poin kerja yang sistematis. Kerjakan perlahan sesuai kemampuanmu. Jika ada kendala, jangan berhenti disana. Bertanyalah pada teman, kakak kelas, dosen, atau siapapun yang mungkin memahami tugas akhir kamu. Saya yakin kamu punya kemampuan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Jika kamu merasa tertinggal, segera mulai dan bekerjalah. Yang paling penting adalah tugas akhirnya selesai, kapanpun waktunya. Jangan berhenti, tetaplah bergerak, walaupun mungkin tidak terlalu cepat.

Sekarang kita bahas perilaku melukai diri yang kamu lakukan. Saya yakin kamu dikelilingi orang-orang yang menyayangimu, langsung atau tidak langsung. Orang memiliki cara berbeda dalam menunjukkan rasa sayangnya. Tuhan juga menyayangi hambanya. Jadi, kamu juga sewajarnya menyayangi dirimu sendiri. Jangan sampai cara untuk menghilangkan stres justru akhirnya semakin merugikan diri kamu sendiri. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengatasi perasaan cemas, tertekan. Salah satunya adalah dengan bercerita pada orang lain yang dipercaya. Hal ini bisa menjadi sumber dukungan sosial bagi kita.

Jika kamu merasa cara itu kurang efektif, kamu bisa mengekspresikan perasaanmu dengan cara menulis. Coba kamu tuliskan apa yang membuatmu tertekan, bagaimana hal itu bisa membuat stres, dan kira-kira apa saja hal yang dapat kamu lakukan untuk menyelesaikannya. Kamu juga bisa menuliskan efek positif dan negatif dari permasalahan tersebut dan juga evaluasi terhadap solusi/penyelesaian yang kamu pilih. Seringkali perasaan tertekan muncul karena ada sesuatu yang belum terselesaikan sehingga hal itu harus diselesaikan. Menghindarinya justru akan membuat kita semakin stres di kemudian hari. Jika penyebab stres nya adalah tugas akhir maka segera kerjakan dan segera lulus.

Kamu bisa mencoba melakukan hal yang kamu sukai, misalnya mendengarkan musik, berkebun, atau jalan-jalan. Hal ini bisa memberikan efek tenang sehingga setelah itu kamu mulai dapat berpikir jernih dan melanjutkan aktivitas. Berusahalah, mungkin terkesan sepele, tapi cobalah untuk menikmati kegiatan tersebut. Kamu akan merasakan pengaruh positif dari hal tersebut.

Jika sedang cemas, cobalah untuk rileks. Bentuk rileksasi sederhana adalah dengan relaksasi nafas, tarik nafas panjang, tahan, dan hembuskan perlahan, ulangi beberapa kali. Hal ini akan mengurangi reaksi tubuh kita saat cemas.

Semoga membantu ya.

Terima kasih telah berbagi.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Direktori Psikologi : Gangguan Kepribadian Antisosial

Next
Next

Fakta Mitos Tentang Laki-laki