CURHAT: Saya Ingin Bisa Keluar dari Rasa Kesepian dan Sedih Berkepanjangan

Trigger warning!

Jika Anda memiliki pikiran bunuh diri, SEGERA konsultasi dengan psikolog terdekat di kota Anda!

 

Curhat

Halo Pijar Psikologi!

Saya ingin bercerita tentang keadaan saya saat ini, saya sering memiliki keinginan untuk menyakiti diri saya sendiri dan mengakhiri hidup saya. Tidak jarang, saya juga merasa ingin menyakiti orang lain. Saya sering bingung dan bertanya-tanya “apa kesalahan yang saya lakukan?” Rasanya setiap hari saya kesepian, galau, bimbang, resah, sering emosi, sedih yang berkepanjangan dan hidup saya hampa. Semua itu mulai saya rasakan semenjak orang terdekat saya tiba tiba meninggalkan saya tanpa alasan, ditambah  orang tua saya tidak memperhatikan saya dan tidak ada teman untuk berbagi cerita. Saya tidak ingin hidup seperti ini, saya ingin ketenangan hadir dalam hidup saya.

Gambaran: Perempuan, 18 Tahun, Pelajar.


 Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih atas kepercayaannya untuk bercerita di Pijar Psikologi. Semoga dirimu dan keluarga sehat selalu ya. Berdasarkan cerita yang disampaikan, akhir-akhir ini kamu merasa kesepian, bimbang, resah, sedih, dan hampa. Sebelumnya, kami mengapresiasimu untuk mau terbuka dan peduli dengan apa yang kamu rasakan saat ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa kamu memiliki keinginan untuk berkembang dan memperbaiki diri ke arah yang lebih baik.

Kami mungkin tidak pernah berada di posisimu, akan tetapi setelah membaca apa yang kamu ceritakan, kami dapat merasakan ada beban yang begitu berat sehingga membuatmu melakukan self-harm. Pengalaman masa lalu berupa kejadian buruk yang mungkin pernah dialami seperti ditinggalkan seseorang tanpa alasan membuat kamu merasa ada kesalahan yang kamu perbuat. Kejadian buruk tersebut memunculkan perasaan atau emosi negatif dan bahkan pikiran negatif yang bisa muncul seperti perasaan sedih, marah, dan kecewa. Hal ini membuatmu memilih menyakiti diri untuk melegakan perasaan sedih, marah dan kecewa. Perasaan negatif yang kamu rasakan, mungkin bisa jadi berawal dari pikiran negatif seperti munculnya pikiran “Saya melakukan kesalahan besar sehingga orang tersebut meninggalkan saya”. Akan tetapi, apakah kamu tahu? Pikiran – perasaan – perilaku berkaitan satu sama lainnya, pikiran negatif akan memengaruhi perasaanmu yang kemudian muncul perasaan negatif seperti cemas, sedih, hampa, marah, kecewa, dan lain-lain. Kemudian, perasaan negatif yang muncul juga akan memengaruhi perilaku yang akan kamu lakukan.

Berdasarkan cerita yang kamu sampaikan, perasaan negatif yang kamu rasakan ini membuatmu ingin menyakiti orang lain, mengakhiri hidupmu dan melakukan self-harm. Namun demikian, menyakiti diri sendiri bukan merupakan suatu cara yang tepat. Apabila dilihat dari sisi kesehatan fisik, menyelesaikan masalah dengan cara menyakiti diri sendiri akan merusak kesehatanmu, meskipun kamu tidak bermaksud untuk demikian. Menyakiti diri sendiri mungkin malah membuatmu merasa lega, namun hal tersebut hanya bersifat sementara. Ketika kamu menyakiti diri sendiri, saat itu mungkin kamu merasa dapat meringankan beban yang kamu alami, tapi masalah yang kamu hadapi tidak akan selesai dengan cara yang kamu lakukan. Apabila dirimu terus-menerus melakukan self-harm ini, mungkin kamu akan kehilangan kesempatan untuk belajar mengenai cara yang lebih efektif untuk membuat dirimu menjadi lebih baik. Jadi, menyakiti diri sendiri sendiri bukan merupakan cara yang baik untuk menyelesaikan masalahmu. Oleh karena itu, beberapa hal di bawah ini, mungkin saja dapat kamu lakukan untuk meringankan beban yang kamu rasakan saat ini:

1. Strategi Berhenti Berpikir (Thought Stopping)

Kamu dapat mencoba melakukan strategi berhenti berpikir (thought stopping) yaitu ketika pikiran negatif muncul kamu bisa mengucapkan kata “berhenti” bahkan kamu dapat mengucapkannya dengan berteriak untuk menghentikan pikiran negatif yang muncul tersebut. Selain itu, sembari kamu mengucapkan kata “berhenti” kamu mungkin dapat menambahkan pesan kepada diri kamu sendiri yaitu dengan mengucapkan kata “semuanya akan baik-baik saja”. Setelah itu, kamu juga bisa mencoba untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan atau membayangkan dengan membawa dirimu ke sebuah tempat yang menenangkan agar membuat kamu rileks. Kamu dapat mencobanya berulang-ulang disertai dengan tarik napas panjang.

2. Ekspresikan Emosi dan Perasaan yang Muncul

Emosi-emosi negatif yang kamu rasakan seperti kecewa, marah, sedih apabila tidak dikeluarkan akan menumpuk dan menjadi emosi negatif yang bisa merugikanmu. Tumpukan emosi negatif tersebut membuat kamu tidak nyaman, sensitif, frustasi sehingga membuatmu menyelesaikan masalah yang kamu hadapi dengan menyakiti diri sendiri. Emosi-emosi negatif yang menumpuk lama-kelamaan mungkin akan membuat kamu tak lagi dapat menampungnya, sehingga emosi tersebut dapat meledak suatu waktu di kondisi yang tidak terduga. Oleh karena itu, akan lebih baik jika kamu perlahan mencoba untuk mengekspresikan emosi negatif tersebut dengan kegiatan yang positif. Meskipun mungkin pada awalnya sulit, namun lebih baik jika kamu mengumpulkan niat dan berusaha melawannya, yaitu mungkin kamu dapat mencoba dengan mengekspresikan emosi negatif tersebut dengan cara-cara yang kamu sukai. Misalnya kamu dapat mengekspresikan emosi negatif itu melalui berbagai macam media seperti melalui tulisan dengan menulis buku diary setiap harinya, menggambar, mendengarkan musik, menonton film komedi, atau hal lain yang kamu sukai.

3. Memaafkan dan Bersikap Menyayangi Diri Sendiri

Memaafkan diri sendiri dan orang lain yang menyakiti kamu sepertinya memang bukan hal yang mudah. Akan tetapi, kamu bisa mencoba terlebih dahulu dengan melepaskan perasaan dan emosi yang ada pada diri kamu. Entah itu perasaan bersalah, kesedihan, kemarahan, kekecewaan, rasa benci, rasa tidak nyaman, atau emosi negatif lainnya. Perlu dipahami bahwa memaafkan bukan berarti mengalah pada keadaan, namun hal tersebut adalah salah satu usaha untuk melepaskan rasa sakit dan rasa tidak nyaman akibat emosi negatif yang kamu rasakan. Emosi-emosi negatif tersebut tidak akan pernah selesai dan mungkin akan terus membayangi keseharian kamu jika kamu terus menyangkal atau melupakannya, jadi memaafkan diri sendiri bisa jadi membantu kita menerima dan membuatmu mampu berpikir jernih untuk menata kembali kehidupanmu dengan perasaan yang lebih positif tentang diri kamu dan orang lain di sekitarmu. Ketika kamu sudah berusaha untuk memaafkan diri sendiri berarti kamu juga menyayangi dirimu. Sayang kepada diri sendiri merupakan suatu hal yang kadang kita lupakan, perlu diingat bahwa dirimu berharga dan kamu juga sudah sangat kuat untuk menghadapi permasalahan yang kamu alami sampai saat ini. Jadi, alangkah baiknya jika kamu juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dirimu sendiri yang mampu bertahan dan mau untuk memperbaiki diri agar menjadi seseorang yang lebih kuat dan lebih tangguh lagi menghadapi kehidupan.

4. Berbagi dengan Orang yang kamu Percaya

Mungkin saat ini muncul pikiran bahwa tidak ada yang peduli denganmu dan kamu merasa sendirian dan kesepian, sehingga membuatmu kurang percaya untuk menceritakan masalahmu dengan orang lain. Namun, tidak semua orang akan berlaku demikian terhadap kita, kemungkinan satu dari sekian orang yang kita kenal bisa saja mampu memahami kondisi yang kamu alami. Akan tetapi, yang perlu digarisbawahi yaitu kamu mungkin perlahan perlu berusaha untuk melawan pikiran-pikiran negatif tersebut, dengan perlahan mau untuk kembali terbuka dengan teman atau keluarga yang kamu percaya. Mulailah bercerita dan menghabiskan waktu dengannya, lihat respon orang tersebut atas keterbukaan kamu berdasarkan cerita yang kamu sampaikan. Namun, perlu diingat bahwa setiap orang memiliki respon yang berbeda. Jadi, sebaiknya tak perlu berkecil hati apabila respon yang ditunjukkan mereka tak sesuai dengan ekspektasimu. Kamu dapat memilih sikap untuk teman-temanmu tetapi sebaiknya tidak memaksakan mereka untuk bersikap sama persis seperti yang kamu inginkan.

5. Menyingkirkan benda-benda yang dapat memicu munculnya keinginan untuk menyakiti diri sendiri

Alangkah baiknya apabila kondisi rumah terutama kamarmu dijauhkan dari benda-benda yang dapat menjadi pemicumu melalukan tindakan menyakiti diri sendiri apabila sedang merasa marah, sedih, cemas, atau hampa.

6. Mencari Dukungan Sosial dan Profesional

Kamu dapat mencari dukungan sosial pada lingkungan sosial sekitarmu. Dirimu tidak sendirian, masih banyak orang yang ada disekitarmu yang peduli terhadap kamu. Kamu mungkin bisa mencoba secara bertahap berbagi pengalaman dengan orang-orang yang kamu percaya atau yang membuatmu nyaman. Akan tetapi, hanya dirimulah yang mengetahui kapan merasa mau dan siap terbuka ke orang lain karena proses terbuka kepada orang lain bukanlah sesuatu yang mudah. Apabila dirimu merasa permasalahan yang kamu hadapi semakin terasa berat dan kamu tak lagi dapat menahannya sehingga membuat kondisimu tak kunjung membaik, maka tidak ada salahnya jika kamu mencoba untuk meminta bantuan kepada profesional seperti psikolog/psikiater terdekat. Mereka adalah orang-orang yang kompeten dan profesional, sehingga kamu tidak perlu ragu untuk menceritakan permasalahan yang kamu alami saat ini. Adapun layanan psikologi di lingkup wilayah Yogyakarta yaitu:

  1. Seluruh Puskesmas di Provinsi D.I Yogyakarta sudah menyediakan layanan psikolog. Namun apabilakamu ingin lokasi yang lebih dekat dengan tempat tinggal kamu, kamu bisa datang ke Puskesmas Umbulharjo I atau Puskesmas Umbulharjo II.

  2. Lentera Samasta Jl. Miliran, Jl. Hibrida No. 196, Muja Muju, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta / 0878-2102-8081

  3. Charisma Consulting Jatimulyo TR I/253 C RW 01, Kricak, Tegalrejo, Kota Yogyakarta / 0812-1395-4464

  4. Biro Konsultasi Psikologi Kemuning Kembar Mergoyasan PA II/470, Jl. Sultan Agung, Gg. Bromo, Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta / 0851-0010-2150

Semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat dan membantu permasalahan yang kamu hadapi. Terima kasih telah berbagi. Tetap semangat ya!

 

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi


Catatan: Curhat adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

CURHAT: Pekerjaan Saat ini Bukanlah Passion Saya. Apakah Saya Harus Resign?

Next
Next

CURHAT: Bagaimana Cara Meningkatkan Kemampuan Komunikasi untuk Pribadi Pemalu Seperti Saya?