Curhat: Saya Kira Saya Gay, Ternyata Saya Transgender

Curhat

Gambaran Identitas: Pria, 20 tahun, keluarga harmonis, Tinggal di Surabaya

Beberapa bulan terakhir ini, saya sering capek secara mental karena bingung harus berbuat apa dan lelah berpura-pura. Saya terlahir secara fisik sebagai pria, tetapi memiliki pikiran dan jiwa yang berlainan. Saya transgender. Dari kecil, saya sudah percaya bahwa saya adalah seorang wanita, tapi mungkin dulu waktu kecil, saya tidak terlalu concern dan paham perbedaan antara wanita dan pria. Tapi semenjak saya mengalami pubertas, saya mulai membenci diri saya sendiri, tak tahu apa yang sedang terjadi, dan setiap hari seperti mimpi buruk yang ternyata adalah kenyataan. Saya bingung bagaimana ini bisa terjadi. Ketika orang-orang bisa sesuai dan nyaman antara pikiran dan fisik, sedangkan saya selalu bertentangan.

Saya dibesarkan dari keluarga yang menurut saya baik-baik. Keluarga saya cukup religius. Papa orangnya cukup keras dan konservatif/kaku, dan mama sebenarnya juga cukup tegas. Kakak saya perempuan dan adik saya laki-laki. Saya dibesarkan dengan cara seperti keluarga lain membesarkan anak laki-laki dengan mobil-mobilan, sepeda, dll. Tetapi pada nyatanya saya percaya bahwa jiwa saya berbeda dengan yg orang lain lihat. Saya seorang Kristiani, dan saya tahu bahwa ini adalah hal yang salah, tapi inilah faktanya bahwa saya Transgender. Saya percaya menjadi Transgender bukan sesuatu yang dapat direncanakan. Dulu ketika saya masih SMP, saya kira saya tergolong Gay, dan sebenarnya itu sudah cukup bermasalah buat saya. Orang tua juga taunya saya Gay semenjak mereka menangkap basah saya nonton video Gay. Saya tidak tahu kenapa saya ingin nonton film Gay, tapi yg saya tahu saya memiliki jiwa perempuan dan fisik pria, jadi saya kira semua orang Gay juga punya jiwa perempuan seperti saya. Saya juga benci daerah private saya.

Semenjak mereka mengira bahwa saya Gay, mereka memperlakukan saya dengan cukup keras meskipun mereka selalu bilang agar saya berubah. Saya dipaksa melakukan pekerjaan-pekerjaan pria yang awalnya saya biasa saja terhadap pekerjaan tersebut tapi lama kelamaan saya menjadi sangat benci terhadap pekerjaan-pekerjaan tersebut. Saya benci motif orang tua saya menyuruh pekerjaan tersebut. Saya merasa bahwa orang tua saya hanya cinta saya dengan kondisi tertentu dan tidak bisa menerima dan membantu saya dengan apa adanya saya.

Suatu kali ketika saya ketahuan nonton film Gay untuk kesekian kalinya, mereka ingin berbicara dengan saya, dan ucapan mereka sangat saya ingat hingga sekarang. Mereka mengatakan bahwa seharusnya saya tau kalau Gay itu jauh lebih rendah dari pelacur. Lebih baik saya tidak punya anak seperti kamu. Lebih baik saya punya anak yang bandel, yang main perempuan, atau menghamili perempuan seperti itu. Setelah itu mereka menangis, dan mengatakan berharap saya berubah dan mereka mencintai saya.

Saya tak tahu apakah mereka menyesal dengan perkataan itu, tapi yang pasti kecewa itu saya bawa sampai sekarang, dan saya tak tahu sampai kapan akan berakhir. Saya merasa, orang luar pasti sulit menerima keadaan saya, dan yang membuat lebih sulit lagi adalah keluarga saya sendiri juga berharap saya berubah, yang berarti saya sebaiknya digantikan orang lain, yang berarti sebaiknya saya memang gk ada di dunia ini.

Sampai sekarang keluarga saya taunya saya Gay, dan berubah menjadi orang pada umumnya. Nyatanya saya Transgender, yang menurut saya lebih kompleks daripada Gay, dan saya belum bicara dengan keluarga tentang masalah ini.

Saya akhir-akhir ini juga mencari psikolog di Surabaya yang memang sering berurusan dengan hal gender seperti ini, tapi sangat sulit. Saya tidak mau bertemu dengan psikolog yang religius, yang tidak tahu apa masalah saya, tidak tahu apa yang saya alami, dan menggunakan berbagai terapi untuk mengubah saya. Saya bisa benar-benar bunuh diri jika itu terjadi. Meskipun saya tahu bahwa ini bertentangan dengan agama, tapi ini yang terjadi, dan saya gak bisa terus-terusan menekan masalah ini dan tidak menyelesaikannya, karena suatu hari saya pasti sudah tidak dapat menahannya lagi.

Hingga sekarang papa mama masih berusaha mengubah saya meskipun tidak separah dulu. Tetapi saya tidak ingin memberi harapan palsu, saya tidak bisa memiliki pasangan wanita karena jiwa saya berbeda dengan fisik saya. Saya sebenarnya tidak bisa menyalahkan papa mama saya, kemungkinan pun kalau saya jadi mereka saya akan melakukan hal yang sama, tapi dengan cara orang tua saya mengubah saya, saya menjadi semakin menjauh dari mereka padahal saya juga sangat cinta mereka dan kasihan dengan mereka karena punya anak seperti saya. Saya menjadi tidak nyaman berada di dekat mereka, saya juga menjadi sulit berhubungan dengan orang lain karena keadaan saya.

Saya tidak membayangkan bahwa saya akan menikah dll, saya akan merasa kasihan dengan pasangan saya kalau harus mendapatkan saya, karena saya tidak lengkap secara rohani maupun jasmani. Saya hanya ingin menjadi diri saya sendiri, saya ingin nyaman dengan diri saya sendiri. Saya berpikir saya ingin mencoba hormonal theraphy. Tapi masalahnya bahkan saya belum cerita keadaan saya ke orang tua saya. Saya mencoba ungkapkan melalui surat beberapa kali, tapi pada akhirnya tidak saya berikan karena entah saya tidak siap, atau waktunya tidak tepat, dll. Saya sekarang pun merasa sangat hampa di dunia ini dan setiap hari berharap ketika terbangun dari tidur sudah berada di tempat lain bersama Tuhan. Kira-kira apa yang harus saya lakukan, dan adakah psikolog rekomendasi yang memang biasa menerima dan memahami betul mengenai masalah saya? Terima kasih.

Jawaban Psikolog Pijar Psikologi:

 

Saya telah membaca cerita saudara. Dari cerita tersebut saudara mengatakan bahwa saat ini sedang mengalami kehampaan menjalani hari-hari. Tentulah tidak mudah memiliki masalah namun merasa menghadapinya seorang diri karena tidak ada yang memahami perasaan dan kondisi yang Saudara alami. Saya senang Saudara mau berbagi sehingga tidak berkutat dengan pemikiran sendiri.

Mungkin Saudara sudah pernah mengetahui bahwa faktor yang mempengaruhi transgender bisa dari faktor internal (genetik/ hormonal) atau eksternal (kondisi keluarga, peristiwa traumatik masa lalu dan pergaulan). Setiap transgender mungkin mengalami hal yang berbeda, oleh sebab itu perlu ada diskusi lebih lanjut dengan psikolog atau professional lain.

Gambaran kondisi yang Saudara ceritakan terkait transgender ini terlihat cukup kompleks sebab membuat Saudara bermasalah juga dengan keluarga, interaksi sosial dan mengalami kehampaan diri. Saudara pribadi yang luar biasa karena proaktif untuk mencari informasi dan memiliki keinginan yang kuat untuk berkonsultasi dengan orang yang kompeten di bidang ini. Keputusan Saudara menanyakan referensi psikolog di Surabaya ini sudah merupakan langkah awal yang tepat.

Ada beberapa psikolog yang bisa kami sarankan untuk bisa Saudara temui yaitu ibu A W di RS Siloam, Jl. Raya Gubeng 70 Surabaya. Silakan Saudara menemui beliau pukul 13.00-15.00. Selain beliau, ada Ibu K yang berpraktik di RS Jiwa Menur atau Saudara bisa juga berkunjung ke RS dr. Soetomo di layanan psikologinya.

Keraguan datang ketika kita ingin memulai sesuatu merupakan hal yang wajar. Namun, saya percaya tujuan Saudara untuk mendapatkan ketenangan jauh lebih besar daripada keraguan itu. Selamat melangkah…

Demikian yang bisa saya sarankan. Semoga bermanfaat. Terima kasih telah berbagi. Semangat terus melakukan yang terbaik.

Salam,

Pijar Psikologi.

Catatan: Curhat, adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya. Nama klien dan nama konselor kami anonimkan

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Bulan Cinta: Sudahkah Menyayangi Diri Sendiri?

Next
Next

Di Balik Sosok Perempuan Alpha