CURHAT: Suami Saya Selingkuh Selama 15 Tahun dalam 25 Tahun Pernikahan Kami

Curhat

 Halo Pijar Psikologi!

Saya mohon bantuan terkait pernikahan saya. Saya sudah berumah tangga selama 25 tahun dengan suami saya dan dikaruniai 3 orang anak. Dua bulan yang lalu saya mendapati suami saya chatting dengan mantan pacarnya di masa SMA. Baru-baru ini saya ketahui komunikasi itu ternyata sudah berlangsung selama 15 tahun lamanya. Selama ini saya tidak pernah curiga karena oleh suami saya, history chat dengan mantannya tersebut selalu dihapus. Baru-baru ini saja saya tahu ketika saya meminjam handphone suami. Ketika saya mengetahuinya, saya langsung menegurnya lalu suami saya bilang akan melupakan perempuan itu dan tidak akan menghubunginya lagi.

Saya kemudian flashback di hari, bulan dan tahun yang lalu-lalu, ternyata saya baru menyadari bahwa selama 15 tahun ini sikap suami saya berubah. Selama suami saya berhubungan dengan perempuan tersebut, sikapnya terhadap saya menjadi dingin dan cenderung mudah emosi, sering marah dan sangat cuek. Selama itu pula ketika kami berhubungan suami-istri, beliau mudah sekali berubah mood. Dari situ saya curiga apakah ini ada hubunganya dengan perempuan itu? Apakah ketika berhubungan dengan saya, beliau teringat dengan mantan pacarnya itu?

Saya akhirnya memegang kata-kata suami saya bahwa beliau tidak akan lagi berhubungan dengan perempuan tersebut. Saya mencoba untuk menerima lagi suami saya dan melanjutkan rumah tangga. Namun, kadangkala saya teringat perbuatan suami saya dan saya pun menangis. Dada saya sesak dan sakit. Ingin sekali saya bisa melupakan apa yang telah beliau perbuat terhadap saya, tetapi saya tidak juga bisa melupakan pengkhianatannya. Walaupun suami saya bilang sudah melupakan semuanya dan move on, tetapi ketika saya tidak sengaja mengungkitnya dan menyebut nama perempuan itu beliau langsung marah. Saya takut dan khawatir apakah sebenarnya suami saya belum bisa melupakan perempuanitu dan justru masih sangat mencintainya?

Apa yang harus saya lakukan? Saya mohon pencerahan terkait permasalahan rumah tangga saya. Saya benar-benar sakit hati dan kecewa apabila teringat pengkhianatan suami. Saya sudah memberikan segalanya pada keluarga ini, pada suami dan anak-anak. Saya rela bekerja keras mencari uang demi keluarga selama kami menikah 25 tahun. Hal itu saya lakukan mengingat suami saya tidak sanggup menafkahi kami, tapi apa yang saya dapat? Apa balasanya? Suami saya justru selingkuh dengan mantan pacarnya.

Gambaran: Perempuan, 46 Tahun, Pegawai Swasta.


Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih atas kepercayaan Ibu untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Sebuah pernikahan terutama yang telah berjalan seperempat abad tentu melewati berbagai fase ya, Bu. Ada senang juga ada sedih. Ada ketenangan, kadang juga tantangan seperti yang saat ini sedang dialami oleh Ibu. Kami sangat memahami apa yang sedang Ibu rasakan. Fase ini tentu merupakan fase yang cukup berat untuk dilewati sendirian.

Butuh waktu yang cukup panjang memang untuk keluarga bisa kembali stabil seperti sediakala, sebelumnya adanya permasalahan. Tentunya, dengan tidak lagi mengungkit masalah yang pernah ada. Di saat sedang melalui proses saling menerima dan memaafkan, perdebatan-perdebatan kecil pasti akan sering muncul. Namun, perlu kami tekankan bahwa barangkali kemarahan suami yang tampak adalah bentuk kemarahan suami pada dirinya sendiri.

Tentu kejadian tidak mudah untuk diterima begitu saja, apalagi ibu sebagai istri yang sudah berusaha untuk menafkahi seluruh keluarga. Terlepas dari itu, kami ingin menyampaikan sebuah pesan tentang pernikahan, yaitu pernikahan adalah sebuah kebersamaan dalam menyelesaikan masalah. Sekecil apapun, bahkan tentang orang ketiga, sudah semestinya dihadapi bersama-sama. Artinya, tidak hanya Ibu yang harus menghadapi fase ini, tetapi juga Bapak. Ibu tidak harus melewatinya sendiri, tetapi juga Bapak sebagai suami diharapkan mau bersama-sama untuk melewati fase ini.

Kami menyarankan untuk Ibu dan Bapak bersama-sama bertemu dengan Psikolog keluarga secara langsung. Harapannya, psikolog dapat melakukan mediasi terkait dengan keresahan dan harapan Ibu, juga sebaliknya keresahan dan harapan Bapak.

Berikut ini merupakan daftar biro konsultasi Psikologi yang bisa dikunjungi:

  1. Nous ConsultingIndonesia

  2. Kayross Consulting

Terkait dengan kondisi yang sedang dialami Ibu saat ini, kami menyarankan Ibu untuk menerima perasaan apapun yang sedang dirasakan saat ini. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

  • Setiap kali Ibu teringat dengan kejadian tersebut, ambil jeda dari aktivitas yang sedang dilakukan saat itu.

  • Duduk tenang, atur napas sampai ibu merasa nyaman.

  • Perasaan apapun yang muncul saat itu, coba sebutkan dan akui saja. Jika memang ibu masih merasa marah, ucapkan dengan lirih, “Iya, saya masih marah. Saya masih kecewa.”

  • Setelah itu tarik napas panjang. Lalu tenangkan diri Ibu sambil mengatakan, “Iya, saya sedang marah. Tidak apa-apa jika saya marah. Sekarang saya sedang ……… (sebutkan aktivitas yang dilakukan saat itu), maka saya perlu melanjutkannya lagi walau saya sedang marah.”

  • Ulangi langkah ini sampai ibu merasa lebih tenang dan nyaman.

Sementara itu, Ibu juga bisa menggali lebih dalam mengenai permasalahan yang sedang Ibu hadapi saat ini melalui beberapa artikel Pijar Psikologi. Semoga artikel-artikel ini bisa membantu proses Ibu dalam melewati fase saat ini.

  1. Fakta tentang selingkuh bisa dibaca di sini.

  2. Mengobati luka batin dengan memaafkan diri sendiri bisa dibaca di sini.

  3. Memaafkan adalah membebaskan bisa dibaca di sini.

  4. Memaafkan adalah soal waktu dan usaha bisa dibaca di sini.

  5. Apakah kita korban kehidupan? Bisa dibaca di sini.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga apa yang telah kami sampaikan dapat memberikan perspektif baru untuk Ibu, sehingga Ibu bisa lebih tenang. Kami yakin Ibu dan Bapak mampu melalui proses ini meski terasa tidak mudah. Semoga Ibu dan Bapak Berbahagia!

Terimakasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Avengers: Endgame: Ketika Pahlawan Super Mengalami Kesedihan yang Mendalam

Next
Next

BTS: Isu Psikologis dan Sosial dalam Budaya K-Pop