Disleksia? Sulit Membaca Tapi Tetap Istimewa

“I’d try to concentrate on what I was reading, then I’d get to the end of the page and have very little memory of anything I’d read.”

– Tom Cruise

Tahukah sobat Pijar bahwa para pesohor seperti Albert Einstein, Sir Winston Churchil, Tom Cruise, Walt Disney, dan Lee Kuan Yeuw adalah penyandang disleksia?1 Sebuah fakta yang menarik, bukan?

Mungkin kata disleksia masih menjadi sebuah istilah yang asing di telinga sobat Pijar. Secara sederhana, disleksia adalah sebuah gangguan yang berkaitan dengan kesulitan memaknai simbol, huruf, dan kata-kata. Kini, masyarakat cenderung memandang orang dengan disleksia sebagai individu yang hanya suka melamun, lambat dalam mencerna informasi, bodoh, dan ceroboh. Tak hanya itu, orang-orang dengan disleksia juga dianggap memiliki intelegensi yang rendah. Benarkah demikian? Label negatif itu nampaknya  harus dipertimbangkan kembali. Keberadaan dan kesuksesan para tokoh dengan disleksia merupakan sebuah bukti yang mampu mematahkan anggapan buruk masyarakat. Jika kita melihat fakta yang ada saat ini, justru banyak tokoh ternama yang berhasil mencapai kesuksesan meski mempunyai “keunikan tambahan” dalam hidupnya. Lalu, sebenarnya apakah disleksia itu?

Disleksia dan Gangguan Belajar

Yuk kenali disleksia lebih jauh! Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “Dys” yang berarti kesulitan dan “lex” yang berarti kata-kata. Disleksia dapat diartikan sebagai sebuah kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tertulis2.  Orang-orang dengan disleksia mengalami kesulitan dalam hal membaca, mengenali kata, mengucapkan kata, memahami bacaan, serta dalam mengeja tulisan. Mereka tidak memproses bahasa seperti layaknya orang lain. Mengapa demikian? Orang dengan  disleksia mengalami ketidaksempurnaan dalam pemprosesan informasi pada aspek persepsi visual (penglihatan) dan persepsi auditori (pendengaran)3. Oleh karena itu, secara umum disleksia sering  disebut sebagai gangguan pada penglihatan dan pendengaran yang disebabkan oleh kelainan saraf pada otak sehingga terjadi kesulitan dalam membaca4.

 Lalu, apakah disleksia berkaitan dengan tingkat intelegensi? Jawabnya adalah “tidak”. Tidak semua orang dengan disleksia memiliki IQ yang rendah. Orang-orang dengan IQ rata-rata atau di atas rata-rata ternyata juga memiliki kemungkinan untuk mengalami disleksia. Terdapat satu hal yang menarik, yaitu disleksia tidak berhubungan dengan bakat, kecerdasan, dan prestasi secara signifikan. Perlu diketahui bahwa,

Individu dengan disleksia bukan berarti ia memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dari individu pada umumnya.Bahkan mereka mampu mempunyai ketrampilan dan wawasan yang  lebih baik  serta mampu berpikir out of the box ketimbang individu normal lainnya.

 Nah, kemudian disleksia sebenarnya lebih banyak dialami oleh laki-laki ataukah perempuan? Ternyata dari hasil penelitian, diketahui bahwa persebaran disleksia antara perempuan dan laki-laki cenderung tidak merata. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa sekitar 60 – 80% penyandang disleksia adalah laki-laki5.

Apakah seseorang benar-benar mengalami disleksia? Perhatikan dengan cermat!

Ketika sobat Pijar menjumpai orang yang mengalami kesulitan dalam hal kata-kata jangan buru-buru memvonisnya sebagai orang dengan disleksia. Tunggu dulu, amati baik-baik. Orang dengan disleksia memiliki beberapa ciri khusus. Apa sih tanda-tanda yang dapat mengisyaratkan bahwa individu tersebut mengalami disleksia? Ini dia tanda-tanda disleksia yang dapat Sobat Pijar amati :

Jika individu belum memasuki masa sekolah

Pada saat belum menginjak usia sekolah, disleksia dapat dideteksi lewat beberapa ciri. Salah satunya adalah terhambatnya perkembangan dalam berbicara. Penambahan kemampuan  kosa katanya juga sangat sedikit. Selain itu, perlu waktu belajar yang lebih lama dari anak umumnya6. Jika sobat Pijar masih ragu, konsultasi pada psikolog merupakan alternatif yang bisa dilakukan.

Jika individu anak memasuki masa sekolah atau telah belajar membaca serta menulis

Dalam tahap ini ciri khusus disleksia akan lebih mudah diamati.  Anak dengan akan mengalami beberapa kesulitan seperti:

  • Sulit memproses dan memahami apa yang didengarnya.

  • Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.

  • Sulit mengingat urutan abjad, nama, hari, serta mengenal konsep waktu.

  • Sulit mengeja, misalnya : huruf “d” sering tertukar dengan huruf “b”, “p” tertukar dengan “q”, “m” tertukar dengan “w” dan “s” tertukar dengan “z”

  • Menghilangkan atau salah membaca kata penghubung seperti “di”, “ke”, “pada”.

  • Mengalami kesulitan dan sering tertukar pada kata yang mirip, contohnya seperti : sama – masa, lagu – gula, batu – buta, tanam – taman, dapat – padat, dan sebagainya.

  • Cara baca yang terbata-bata atau sering salah dalam membaca.

  • Kesulitan mengucapkan kata yang baru dikenal.

  • Lamban dalam menulis, baik saat didikte atau pun menyalin tulisan.

  • Kesulitan dalam mempelajari tulisan tegak bersambung.

  • Kesulitan membedakan huruf vokal dan konsonan.

Pendampingan untuk individu dengan disleksia

Sobat Pijar,  tahukah anda bahwa lingkungan yang suportif turut berperan dalam memaksimalkan potensi orang dengan disleksia? Ya, disleksia memang keunikan tambahan yang tidak dapat hilang, tapi orang dengan disleksia dapat dilatih untuk lebih terampil dalam membaca dan menulis. Bentuk penanganan disleksia umumnya diwujudkan dengan melakukan pendekatan secara lebih jauh dan melakukan bantuan edukasi yang lebih intensif dari biasanya. Nah, peran orang tua dan lingkungan sekitar menjadi sebuah hal yang penting agar mereka tidak menyerah dalam proses pembelajaran dan meraih impian. Apalagi ketika individu dengan disleksia belum menginjak usia 8 tahun, pendidikan atau pembelajaran adalah sebuah hal yang paling efektif untuk dilakukan. Pembelajaran untuk orang dengan disleksia itu yang seperti apa sih? Pembelajaran bagi mereka cenderung berfokus pada kemampuan fonologi (bunyi-bunyi bahasa). Sedangkan untuk remaja maupun dewasa, peningkatan kemampuan baca-tulis dapat dilakukan melalui peningkatan keterampilan berbahasa dengan media gadget.

Jadi, apakah Sobat Pijar sudah tahu apa itu disleksia? Gangguan dalam pengelolaan kata ini bukanlah sebuah penghalang untuk meraih cita. Penanganan serta pendampingan disleksia memang membutuhkan waktu dan kesabaran ekstra. Namun, jika diberi pendampingan dan perlakuan yang tepat, orang  dengan disleksia juga dapat berprestasi dan berkarya dengan gemilang.


Sumber Data Tulisan

1 Seluk beluk disleksia dapat dibaca lebih lanjut di tautan health.kompas.com/read/2010/08/03/09255726/Apa.Itu.Disleksia

2  Baca juga buku karya Auryn, Virzara. (2007) yang berjudul How to Create a Smart Kids (Cara Praktis Menciptakan Anak Sehat dan Cerdas). Diterbitkan oleh Kata Hati.

www.indonesiadisleksia.com/whats-disleksia.html

4  Lihat pula pendefinisian disleksia di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

5 Lihat data riset mengenai disleksia selengkapnya di www.ldhope.com/resourches/disleksia/

6 Ciri pengenalan disleksia dapat dibaca di www.ibudanmama.com/pola-asuh/3-5-tahun/kenali-gejala-disleksia-pada-anak/

By: Norma Suci P.

Image Heading Credit: bidakara.ac.id

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

5 Hal yang Bisa Dilakukan Saat Ada Kerabat yang Ingin Bunuh Diri

Next
Next

Bloom – Keindahan di Balik Down Syndrome