Fakta dan Mitos Gangguan Kepribadian Paranoid

“Wasdapalah tanpa harus menjadi paranoid.”- John Cochran

Pernahkah kalian mendengar kata ‘paranoid’? Apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengarnya? Rasa takut yang berlebihan terhadap sesuatu hal? Rasa cemas yang berlebihan? Rasa was-was yang berlebihan? Orang dengan gangguan kepribadian paranoid tidak dapat bersosialisasi? Beberapa pernyataan tersebut merupakan sebagian pernyataan yang beredar di masyarakat mengenai paranoid. Lalu apakah itu fakta atau mitos?

  1. Mudah curiga terhadap orang lain

    Fakta. Dalam Pedoman Penggolongan Penyakit dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) disebutkan bahwa seseorang yang mengalami gangguan kepribadian paranoid memiliki ciri-ciri mudah curiga. Kecurigaan tersebut membuat seseorang menyalah artikan tindakan orang lain sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan. Selain itu, kecurigaan itu berlangsung berulang kali tetapi tanpa dasar yang jelas1.

  2. Takut dan cemas yang berlebihan

    Berdasarkan klasifikasi dari DSM-IV (Diagnosis Statistical Manual of Mental Disorder), gangguan kepribadian terbagi ke dalam tiga klaster, yaitu klaster A, B, dan C. Gangguan kepribadian paranoid termasuk dalam klaster A, yaitu kelompok individu yang aneh, eksentrik2, dan menyendiri3. Sementara seseorang yang memiliki rasa takut atau cemas berlebihan termasuk ke dalam klaster C2, juga dapat diklasifikasikan ke dalam gangguan kecemasan1.

  3. Trauma masa lalu menjadi penyebab gangguan kepribadian paranoid

    Fakta. Membicarakan masa lalu tidak terlepas dari bagaimana pola asuh orangtua4 dan lingkungan membentuk kepribadian seseorang5. Cara orangtua berinteraksi dan bersikap sangat memengaruhi pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri. Jika sejak kecil seseorang tumbuh dalam asuhan yang otoriter, kasar, dan kaku akan membuat seseorang tersebut merasa trauma secara fisik dan psikis. Sebab pengalaman yang terjadi pada masa kanak-kanak, termasuk trauma fisik atau emosional akan berperan dalam berkembangnya gangguan kepribadian paranoid pada diri seseorang6.

  4. Orang dengan gangguan kepribadian paranoid susah beradaptasi dengan orang lain

    Fakta. Orang dengan gangguan kepribadian paranoid sulit untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, sulit diajak bergaul karena dia tidak percaya dengan orang lain. Mereka pun merasa terancam dengan hadirnya orang lain di sekitar mereka7. Selain itu, mereka termasuk orang yang kaku, sangat sensitif, dan memiliki rasa waspada yang berlebihan8.

  5. Orang dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki kinerja yang buruk

    Mitos. Faktanya, orang dengan gangguan kepribadian paranoid merupakan pekerja keras. Sebab mereka merupakan orang yang teratur dan memiliki pemikiran harus mendahului orang lain7. Selain itu, mereka cenderung merasa dirinya penting secara berlebihan3.

Nah, dari beberapa poin di atas bisa disimpulkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian paranoid cenderung mudah curiga terhadap orang lain. Hal itu membuat mereka sulit beradaptasi dengan orang lain. Namun, orang dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki kinerja yang baik dan pekerja keras karena mereka memiliki pemikiran harus mendahului orang lain. Penyebab seseorang mengalami gangguan ini belum diketahui secara pasti tetapi trauma masa lalu dapat menyebabkan munculnya gangguan ini sejak kecil. Setelah mengetahui fakta dan mitos seputar gangguan kepribadian paranoid, diharapkan kita tidak lagi mudah melabeli seseorang mengalami gangguan ini.


Sumber Data Tulisan

  • 1Muslim, Rusdi. 1998. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa.

  • 2Taufik, Ichsan. 2014. Aplikasi Diagnosa Gangguan Kepribadian (Studi Kasus: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung). Jurnal Istek, 8, 2, 69-83.

  • 3Idrus, M.F. 2015. Bahan Ajar Gangguan Kepribadian. Universitas Hasanuddin.

  • 4Rini, Jacinta Fransisca. Proses Terbentuknya Gangguan Kepribadian Paranoid dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Kehidupan Berkeluarga. Tesis. Universitas Indonesia.

  • 5Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

  • 6Bhandari, Smitha. 2016. Paranoid Personaliy Disorder. Diakses pada tanggal 21 Desember 2016 dari WebMD: http://www.webmd.com/mental-health/paranoid-personality-disorder.

  • 7Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

  • 8Carrol, Andrew. 2009. Are You Looking at Me? Understanding and Managing Paranoid Personality Disorder. Advances in Psychiatric Treatment, 15, 40-48.

Featured image credit: http://ottmag.com/wp-content/uploads/2016/07/paranoid-personality-disorder-symptoms-1024×684.jpg

Apriastiana Dian Fikroti

Introvert, penyuka warna biru, ailuropbilia, penikmat kata dan kopi.

Previous
Previous

Narsis, Yakinkah Anda Sudah Mengenal dengan Benar Makna Kata Ini?

Next
Next

Cara Mengelola Obsessive Compulsive Disorder (OCD) agar Tetap Produktif