Direktori Psikologi: Empty Nest Syndrome

Definisi

Orangtua umumnya akan mengalami masa-masa sulit saat melepas anaknya dari rumah. Kondisi ini dikenal dengan Empty Nest Syndrome (ENS). Empty Nest Syndrome (ENS)  adalah kondisi kesepian dan kesedihan yang dialami oleh orangtua setelah anak-anaknya meninggalkan rumah untuk bekerja, menikah, atau melanjutkan sekolah. ENS bukanlah diagnosis klinis akan tetapi termasuk hal yang wajar terjadi pada siklus kehidupan seseorang. Siklus kehidupan ini dialami oleh orangtua yang memiliki anak yang telah bertumbuh dewasa sehingga harus meninggalkan rumah karena tuntutan pendidikan atau pernikahan.

ENS dapat terjadi apabila orangtua belum siap untuk merelakan anaknya pergi dari rumah dan harus menjalani rutinitas tanpa kehadiran anak-anaknya. Apabila tidak diatasi dengan strategi koping yang baik, ENS dapat menyebabkan munculnya gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Fenomena ENS lebih sering terjadi pada ibu dibandingkan pada ayah. Hal ini wajar karena biasanya ibu merupakan pihak yang memegang peran utama dalam pengasuhan atas anak-anaknya. Sehingga, ibulah yang biasanya akan paling merasa kehilangan  ketika anaknya pergi dari rumah.

Gejala

1. Merasa kehilangan tujuan hidup

Orangtua yang mengalami ENS akan  merasa tujuan hidupnya terkikis. Hal ini terjadi karena, biasanya mereka memiliki kesibukan untuk mengurusi anak-anaknya di rumah. Namun, setelah anak-anak dewasa, mereka merasa kehilangan kesibukan dan akan menimbulkan kerinduan yang berlebihan akan masa lalu. Hal ini menyebabkan orangtua akan mengalami kehampaan dan kehilangan tujuan hidup.

2. Kecemasan yang berlebih terhadap keadaan anak

Orangtua yang sedang mengalami ENS akan cenderung bereaksi berlebihan terhadap siklus kehidupan saat anak telah menjadi dewasa. Reaksi berlebihan ini ditunjukkan, misalnya, dengan  menanyakan kegiatan anaknya, mengecek apakah anaknya sudah makan, bahkan bisa diekspresikan dengan cara stalking media sosial anaknya untuk memastikan keadaan mereka baik-baik saja. Bagi mereka, sehari tiada kabar akan berujung pada rasa cemas dan  khawatir hal buruk akan terjadi pada anaknya.

3. Menangis diam-diam

Orangtua yang sedang mengalami ENS akan sering mengingat hal-hal yang biasa dilakukan bersama anak seperti menonton televisi, makan dan memasak bersama. Terkadang, orangtua bernostalgia tentang kenangan bersama anak kemudian menangis.   Bagi orangtua, sulit untuk menahan emosi negatif sehingga orangtua menangis secara diam-diam dan tidak ingin ada satu orang lain yang tahu. Biasanya orangtua menangisi anaknya pada tengah malam.

Penyebab

Secara umum, penyebab ENS adalah karena ketidaksiapan orang tua saat ditinggal pergi oleh anaknya, baik untuk bersekolah di tempat yang jauh, bekerja maupun menikah. Hilangnya kesejahteraan hidup seperti kebahagiaan yang dirasakan saat bersama dengan anak-anak akan menimbulkan emosi negatif. Yang perlu diperhatikan sebenarnya ENS ini tidak hanya dapat memengaruhi kualitas diri sendiri, namun dapat berdampak pada kualitas hubungan dengan pasangan, yang kemungkinan besar juga mengalami ENS.

Penanganan

1. Tetap menjaga komunikasi dengan anak

Orangtua bisa tetap menjaga komunikasi dengan anak sebagai cara untuk mengatasi kesepian dan perasaan sedih. Rasa khawatir akan keadaan anak mungkin akan dapat diminimalisir dengan cara menghubungi anak secara rutin. Namun, perlu diperhatikan bahwa anak kita mungkin juga mempunyai kesibukan yang harus dijalani.

2. Beraktifitas bersama orang yang memiliki kesamaan hobi

Orangtua yang tinggal tidak bersama anak-anak dapat mencari dukungan emosional melalui teman atau saudara. Salah satu caranya adalah dengan melakukan hobi bersama-sama. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan maka akan semakin meningkat pula kualitas hidup seseorang. Selain itu, memperbaiki hubungan dengan pasangan (suami/istri) juga dapat dilakukan untuk memperkokoh keterikatan emosional yang sebelumnya belum banyak dilakukan karena waktu yang terbatas untuk mengurusi anak.  Misalnya, istri yang memperbaiki hubungan bersama suami dengan cara lebih banyak meluangkan waktu untuk mengobrol dan menonton film bersama.

3. Terapi Individu (Psychotherapy)

Terapi individu ini dapat dilakukan bersama dengan terapis yang ahli dibidangnya. Terapis akan berfokus pada membangun hubungan dan kerja sama dengan orangtua ENS. Terapi individu ini dapat dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara efektif dalam peningkatan kesejahteraan hidup orang tua. Terapi ini bertujuan untuk menangani situasi sulit, memunculkan perasaan positif, dan menghadirkan kembali rasa ingin untuk mencapai tujuan hidup.

Catatan

Direktori Psikologi adalah informasi lengkap mengenai gangguan mental yang terdiri dari pembahasan definisi, gejala, hingga metode treatment. Semua yang tercantum di direktori ini semata hanya untuk keperluan penambahan pengetahuan. Perlu diketahui, diagnosis gangguan mental tidak bisa diidentifikasi hanya berdasarkan satu atau dua gejala yang dialami. Diagnosis gangguan mental hanya dapat dilakukan oleh psikolog atau psikiater. Jika merasa diri sendiri atau orang terdekat mengalami gejala yang ada disarankan untuk menemui psikolog/psikiater terdekat.

Previous
Previous

Menolong dan Kebaikan yang Berbalik pada Diri Sendiri

Next
Next

CURHAT: Hidup Saya Penuh Kemelut. Saya Ingin Bisa Kembali Positif dan Percaya Diri