Menolong dan Kebaikan yang Berbalik pada Diri Sendiri

unsplash-image-_UIVmIBB3JU.jpg

Selama ini kita sering melakukan perbuatan baik yang tanpa disadari dapat memberikan rasa senang untuk diri sendiri. Misalnya, perasaan senang ketika kita bisa membantu orang lain untuk menyeberang jalan. Perasaan senang ini timbul karena kita merasa telah berbuat baik dan bisa membantu orang lain. Disadari atau tidak, perasaan senang tersebut muncul walaupun perbuatan itu “tampaknya” tidak menguntungkan bagi diri kita secara langsung.

Altruisme

Altruisme merupakan  tindakan yang dilakukan atas motivasi untuk memberikan kebaikan bagi orang lain. Dalam kasus ekstrem, altruisme bahkan dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan diri sendiri. Berperilaku altruisme dapat meningkatkan mood positif. Saat mood kita positif maka kita merasa  lebih baik untuk menjalani rutinitas sehari-hari. Misalnya, perasaan senang ketika kita telah melakukan kerja sukarela di komunitas sosial atau memberikan kursi di kendaraan umum kepada orang tua atau ibu hamil. Contoh lain yang lebih sederhana adalah menyingkirkan sampah yang mengganggu laju pejalan kaki atau kendaraan bermotor.

Penelitian oleh Seligman pada tahun 2002 mengkonfirmasi bahwa perilaku altruistis dapat meningkatkan kebahagiaan. Penelitian ini melibatkan percobaan kepada dua kelompok responden yang diberi sejumlah uang.  Kelompok pertama diberikan kebebasan untuk menghabiskan uang tersebut untuk bersenang-senang. Sedangkan, kelompok kedua diminta menggunakan uang tersebut untuk menolong orang lain. Ternyata kelompok responden kedua merasa lebih bahagia dibanding kelompok responden pertama. Responden menyatakan bahwa saat mereka menggunakan uang untuk melakukan tindakan spontan yang didasari keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup orang lain, mereka merasa lebih bersemangat untuk menjalani rutinitas di hari tersebut dan menjadi lebih ramah kepada orang lain.

Altruisme Sebagai Tindakan Egois

Meskipun altruisme diidentikkan dengan perbuatan menolong demi kesejahteraan banyak orang, namun sebenarnya perilaku ini  didasarkan pada kepentingan dan kebutuhan pribadi. Kita ambil contoh, misalnya,  ketika kita menolong orang lain. Kita secara tidak sadar akan memiliki harapan agar suatu saat nanti kita juga akan ditolong ketika kita membutuhkan bantuan. Keinginan ini, disadari atau tidak, dimiliki oleh orang yang melakukan tindakan altruistis. Hal ini dinamakan selfish altruism.

Selfish altruism adalah motif pribadi yang tanpa sadar muncul saat seseorang melakukan suatu kebaikan. Perilaku altruistis dilakukan agar seseorang mendapatkan timbal balik dari perilaku baik yang sudah dilakukannya. Saat melakukan tindakan altruistis ini, perasaan senang yang timbul dapat meningkatkan rasa kebersyukuran. Perasaan syukur inilah yang menimbulkan kebahagiaan.

Alasan lain yang mendasari selfish altruism adalah adanya keinginan untuk melepaskan rasa bersalah saat tidak melakukan apapun untuk menolong orang lain yang kurang beruntung.  Selain itu, menolong orang lain juga menimbulkan perasaan bangga karena kita bisa melakukan hal baik, yang mungkin saja akan dilihat dan dihargai oleh orang lain. Walaupun tindakan altruistis ini bisa disertai dengan pengorbanan, namun ketika pengorbanan tersebut dapat membawa perasaan bahagia yang tidak hanya dirasakan oleh diri sendiri namun juga orang lain, maka kita akan cenderung lebih memilih untuk melakukannya.

Adalah hal yang wajar apabila kita pernah merasa dan melakukan perilaku selfish atruism. Setiap orang pasti memiliki alasan yang berbeda ketika melakukan kebaikan. Tanpa harus memikirkan apa motif di baliknya, akan lebih baik apabila kita tetap berusaha untuk mengapresiasi setiap kebaikan yang terjadi dan menyebarkannya kepada orang lain.

There is nothing more beautiful than someone who goes out of their way to make life beautiful for others.
— Mandy Hale
Previous
Previous

Memahami Konflik yang Terjadi pada Anak

Next
Next

Direktori Psikologi: Empty Nest Syndrome