Melihat Kebermanfaatan dalam Memaafkan

unsplash-image-QARM_X5HWyI.jpg

Sebagai manusia, tentu saja kita pernah mengalami setidaknya satu peristiwa hidup yang menyakitkan atau bahkan menghancurkan diri kita. Menurut sebuah penelitian, suatu peristiwa yang menyakitkan dapat memengaruhi seseorang dengan cukup signifikan. Akan ada kemungkinan bahwa ingatan dari peristiwa tersebut di encode ke dalam memori otak kita dalam jumlah yang besar, sehingga potensi kita untuk mengembangkan emosi tertentu seperti, kemarahan atau permusuhan menjadi lebih tinggi. Sebuah studi yang dilakukan oleh Glodman dan Wade menjelaskan bahwa ketika kita tidak bisa melepaskan emosi tersebut, maka akan jadi masalah bagi kesehatan kita—baik fisik, maupun juga mental—.

***

Memaafkan adalah sebuah alternatif yang baik untuk melepaskan sekaligus mengobati luka emosional yang diakibatkan oleh peristiwa menyakitkan. Memaafkan ini menjadi penting karena berkaitan dengan sistem afektif, kognitif, dan behavioral seseorang. Dalam sistem afektif, ketika terjadi pelepasan emosi negatif, maka akan digantikan oleh emosi-emosi yang positif, seperti compassion atau kasih sayang. Perubahan ini nantinya juga akan mengubah sistem kognitif seseorang untuk berhenti memikirkan hal yang buruk dan beralih fokus kepada hal lain yang lebih penting. Kedua perubahan tersebut jelas akan diikuti dengan perubahan perilaku seseorang yang cenderung menjadi lebih halus dan terarah.

Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa memaafkan ini bukanlah hal yang mudah. Diperlukan proses yang panjang bagi sebagian orang. Berikut adalah 4 tahapan yang bisa dilakukan untuk mencapai tahap memaafkan—baik diri sendiri, maupun orang lain—dengan lebih mudah:

1. Recognition (Pengenalan)

Pengenalan di sini dimaknai dengan bagaimana seseorang menyadari bahwa memaafkan adalah sebuah pilihan yang datang dengan berbagai keuntungan. Hal ini dikarenakan emosi-emosi negatif yang awalnya dibawa, seperti ketakutan dan kemarahan, akan berganti dengan emosi-emosi positif seperti empati dan kasih sayang. Inilah yang kemudian akan membawa pada kemajuan fisiologis dan psikologis yang signifikan, seperti penurunan tidak hanya denyut jantung, tetapi juga tingkat kecemasan, tingkat depresi, pemikiran mengenai permusuhan, serta penurunan sikap yang menggambarkan kemarahan. Tahapan ini biasanya terjadi pada saat individu mengambil waktu dan merenung atas kejadian serta emosi yang sedang dirasakan.

2. Responsibilities (Tanggung jawab)

Insight atau penemuan ini adalah tahapan di mana seorang individu menyadari adanya ketidaksempurnaan pada manusia, baik diri sendiri maupun orang lain. Ketika seorang individu mampu melihatnya dari sudut pandang ini, ia akan memahami bahwa ketidaksempurnaan ini yang melahirkan tidak terpenuhi ekspektasi atau harapan atas peristiwa tertentu sehingga mengantarkan pada emosi negatif, seperti kekecewaan. Dengan konstruksi pemikiran logis ini, individu akan mengklarifikasi sejauh mana sebenarnya ia akan bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

3. Expression (Ekspresi)

Tahapan ini bermakna bagaimana seseorang akan berdialog mengenai apa yang dirasakannya. Berdialog disini artinya berdialog dengan orang lain. Di mana seorang individu perlu menyiapkan diri untuk membuka diri demi mendapat bantuan dan dukungan dari orang lain. Secara tidak langsung, tahapan ketiga ini akan memfasilitasi seseorang untuk kembali bergabung dengan lingkungan dan komunitasnya.

4. Re-creating (Membangun kembali)

Tahapan ini adalah tahapan di mana individu membangun kembali kehidupannya bukan hanya dengan memaafkan, tetapi juga menerima peristiwa atau kejadian tersebut sebagai bagian dari hidupnya. Hal ini bukan bertujuan untuk melupakan masa lalu, melainkan untuk membuang energi masa lalu dengan mengembalikan hidup kita di masa sekarang demi mempersiapkan diri kita untuk menjalani masa depan yang lebih baik.

***

Ada banyak waktu bagi kita untuk mempersiapkan diri sebelum memaafkan aktor dari suatu peristiwa yang menyakitkan. Baik itu diri sendiri, maupun orang lain. Ketika memang sudah tiba saatnya, jangan ragu untuk mengambil waktu tersebut dan bersabar dalam prosesnya. Perlu diingat bahwa kegagalan dalam menjalani proses yang panjang ini bukan berarti menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna. Apapun yang terjadi dalam hidup, diri kita akan tetap berharga sekalipun kita belum bisa memaafkan. Sampai di tahap manapun kita sekarang, jalani prosesnya dan hargai usahanya. Semoga selalu datang hari baik untuk kita semua.

Baca juga : Memaafkan Adalah Soal Waktu dan Usaha di sini.

Sumber gambar : www.unsplash.com

Dzikria A. Primala

Write to be understood, speak to be heard and read to grow. Mahasiswi Psikologi. Nice to see ya!

Previous
Previous

CURHAT : Saya Benci Hidup Saya yang Penuh dengan Kehampaan

Next
Next

CURHAT: Mungkinkah Saya Bisa Mencintai Diri Saya Sendiri Meski Tak Ada yang Bisa Dibanggakan?