Merasa Bahagia dengan Decluttering Barang

           Saat ini, membeli barang secara online terlihat lebih menguntungkan dan menarik karena banyaknya penawaran diskon tiap bulannya. Ditambah lagi adanya tren fashion di media sosial membuat banyak orang termotivasi untuk mengikutinya dan cenderung melakukan pembelian impulsif. Pembelian impulsif adalah perilaku pembelian yang mendorong konsumen untuk membeli barang dikarenakan oleh dorongan tiba-tiba, sangat kuat, dan terus menerus.

     Pembelian yang tidak direncanakan akan membuat kita lebih mudah untuk terus membeli barang tanpa pertimbangan sehingga membuat rumah atau kamar kita menjadi penuh dengan barang. Padahal, kita perlu memberikan perhatian waktu dan tenaga untuk memastikan barang-barang tersebut tetap bersih dan bisa digunakan. Hal ini menjadi masalah ketika barang yang kita miliki terlampau banyak bahkan sampai menumpuk,:

Lemari yang sudah tidak cukup menampung pakaian.

Aksesoris tergeletak dimana-mana.

Buku-buku yang berserakan di rak menjulang tinggi, tetapi tidak pernah dibaca lagi.

Hal ini membutuhkan usaha lebih untuk membersihkan dan mengelolanya. Bayangkan saja ketika kita pulang ke rumah setelah kuliah seharian dan melihat keadaan rumah yang berantakan, sesak, sempit, dan penuh dengan barang membuat kita justru tambah lelah, stres, dan perasaan negatif lainnya. Kita menjadi lebih malas untuk membersihkan dan mengelolanya. Bahkan, sekadar menyentuh barang-barang itu saja sudah tidak mau.

Perlu sebuah kegiatan yang bisa mengurangi jumlah barang, salah satunya dengan decluttering. Decluttering adalah kegiatan membersihkan dan menyingkirkan barang yang tidak lagi memberikan manfaat/nilai dalam kehidupan kita. Tujuannya untuk membersihkan ketidakaturan dan kekacauan akibat menumpuknya barang yang dilakukan secara episodik agar hasilnya lebih maksimal. Menyingkirkan barang tidak semudah yang dibayangkan karena barang yang kita miliki mengandung kekuatan emosional dan kenangan. Diperlukan ketegasan dan keberanian dari diri sendiri untuk dapat melepaskan barang.

Mengurangi Perilaku Konsumtif

Kebiasaan melakukan decluttering akan menyadarkan kita, seberapa penting barang-barang yang sudah kita miliki sehingga bisa mengurangi sikap konsumtif. “Spark Joy”, salah satu teknik dalam decluttering, menjadi opsi untuk mengenali nilai penting barang-barang yang kita miliki.

Spark Joy dilakukan dengan memegang benda yang akan melalui proses decluttering. Lalu, kita bertanya pada diri sendiri, apakah barang ini masih membuat kita bahagia atau tidak. Ketika barangnya tidak lagi digunakan dan tidak membuat bahagia, kita bisa mendonasikan atau menjualnya. Tetapi, ketika masih belum menemukan jawaban terkait keberhargaan dan kegunaan barang tersebut, kita bisa menyimpannya selama beberapa minggu. Setelah itu, kita evaluasi lagi apakah barang ini masih benar-benar dibutuhkan dan membawa kebahagiaan atau tidak.

Menjadi Diri Sendiri, Terbebas dari Tren

Manfaat decluttering lainnya adalah kita tidak lagi memperhatikan tren dan mulai memaknai alasan di balik perilaku mengikuti tren sebenarnya. Memaknai seperti, mengikuti tren agar disukai serta diaku diri sendiri, atau untuk orang lain? Ketika orang lain menjadi tujuan, tidak selalu berujung pada masalah. Namun, bila terus-menerus dilakukan untuk orang lain, serta memaksa diri mengikuti tren yang ada, lambat laun kita bisa kehilangan diri kita yang sebenarnya. Dengan melakukan decluttering, pelan-pelan kita lebih fokus untuk menemukan gaya kita sendiri. Begitu kita mampu menemukan gaya kita sendiri, secara tidak langsung kita dapat menekan tekanan sosial serta tren yang ada.

Kesehatan Mental yang Lebih Baik

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa merapikan rumah dapat membuat individu merasa lebih baik tentang diri sendiri dan lingkungan mereka. Berkurangnya emosi negatif, stres, dan cemas menjadi manfaat yang dirasakan karena individu tidak lagi melihat rumahnya berantakan dan penuh barang. Kita juga merasa lebih bebas karena jumlah barang yang sedikit membuat stres berkurang dan menjadi lebih ringan.

Decluttering membuat space rumah menjadi lebih luas dan bersih. Dominasi emosi positif juga lebih sering dirasakan karena menikmati suasana rumah yang rapi, serta merasakan kebermanfaatan melalui barang yang sudah disumbangkan berguna bagi orang lain. Decluttering juga membantu kita untuk tambah fokus, kualitas hubungan lebih positif, mengasah kreativitas, dan mudah bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki.

“Merasa” Bahagia daripada “Menjadi” Bahagia

Hidup dengan kondisi yang serba ada dan serba mudah terkadang membuat kita terlena untuk memaknai sebuah kebahagiaan dengan sederhana. Ada beberapa orang yang menempatkan rasa bahagianya pada keberhasilan membeli suatu barang. Kebahagiaan semu seperti inilah yang membuat kita terkecoh bahwa sumber bahagia tidak terletak pada keberadaan benda, tetapi makna benda tersebut dalam kehidupan kita. Berbelanja yang tidak lagi menjadi kebutuhan bisa membuat kita terobsesi dengan barang. Obsesi ini menimbulkan persepsi bahwa kebahagiaan hanya didapatkan dari materi, yang mana ini bisa menjadi ajang kompetisi dan pemenuhan keinginan saja.

Bahagia dimulai dari diri sendiri. Bahagia itu tentang rasa cukup dan syukur. Bahagia itu ada di sekitar kita dan sebenarnya mudah untuk kita raih, tetapi yang mempersulitnya adalah diri kita sendiri. Aturan-aturan rumit yang kita buat secara tidak sadar melimit kita untuk merasa bahagia. Bahkan beberapa kali kita bercita-cita untuk “menjadi” bahagia, seakan-akan kita belum bisa mendapatkan kebahagiaan saat ini. Contohnya: ada tren fashion hijab terbaru dan saat ini sedang diskon besar. Beberapa orang mungkin merasa harus membeli hijab tersebut sekarang juga dan merasa mengikuti tren adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa dilewatkan. Ketika mereka tidak mengikuti akan ada perasaan cemas, gelisah, kecewa, dan tidak gaul lagi.

Penelitian menjelaskan bahwa mengurangi kepemilikan barang dapat menjadi strategi manajemen waktu untuk lebih fokus pada kegiatan yang kita anggap penting. Salah satunya untuk mementingkan keadaan diri kita. Merefleksikan sebenarnya apa makna bahagia dan refleksi lainnya yang membantu kita untuk mengenal diri lebih dalam. Selain itu, decluttering juga berkontribusi untuk membuat kita lebih bahagia. Hal ini bisa terjadi karena kita cenderung lebih banyak merasakan emosi positif (misalnya: bahagia, rasa syukur, tenang, puas, lega), kebahagiaan dengan berfokus untuk memprioritaskan kenyamanan diri, serta menemukan hubungan yang lebih positif. Dengan melakukan kebiasaan decluttering dapat membantu kita untuk merasakan kebahagiaan dari dalam diri alih-alih mencari kebahagiaan semu yang tak berujung.

 “Getting rid of everything that is not important allows you to remember

who you are. Simplicity doesn’t change who you are

 it brings you back to who you are.”

-Courtney Carver-

Trisnawati

Perempuan yang sedang sibuk berpetualang dengan dirinya sendiri.

Previous
Previous

Resensi : How to Respect Myself

Next
Next

Pekerja Media Kreatif Juga Harus Sehat Mental