Nostalgia: Baik atau Buruk?

unsplash-image-P2aOvMMUJnY.jpg

Hampir semua orang pernah bernostalgia. Ketika sebuah lagu lama diputar, kita bisa teringat dengan momen masa lalu sembari bergumam lirik lagunya. Terkadang, kita juga tertawa sendiri karena kenangan lucu saat mendengarkannya.

Di waktu yang berbeda, kamu juga mungkin pernah bernostalgia di tengah perjalanan yang sedang dilakukan. Teringat dengan perjalanan sebelumnya, entah di dalam kereta, mobil, ataupun kapal. Teringat kisah yang menyenangkan atau malah pahit didalamnya.

Bernostalgia merupakan bagian dalam kehidupan dan berhubungan dengan peristiwa masa lalu yang pernah dialami manusia. Ada yang bilang, “jangan terjebak dengan nostalgia”. Hal ini disebabkan manusia hanya akan berfokus pada masa lalunya dan sulit untuk melanjutkan kehidupan sekarang. Akan tetapi, tidak selamanya nostalgia itu buruk dan menyebabkan seseorang terjebak di masa lalunya.

Dua Kategori Nostalgia

Svetlana Boym menjelaskan ada dua kategori nostalgia, yaitu restoratif dan reflektif. Ketika seseorang mencoba menghidupkan kembali momen masa lalu di masa sekarang, maka nostalgia yang dialaminya adalah restoratif. Sementara itu, ketika seseorang menerima kenyataan bahwa masa lalu adalah kejadian dulu yang tidak bisa ditarik kembali, maka nostalgia yang dialaminya adalah reflektif.

Restoratif mengarah pada rasa kerinduan yang menyakitkan dan tak terbalaskan pada diri seseorang. Sikap restoratif ini membuat manusia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa waktu berjalan hanya dalam satu arah dan manusia tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu.

Di sisi lain, reflektif mengarahkan manusia untuk menerima masa lalu yang tidak akan pernah kembali lagi. Dengan bersikap seperti ini, manusia akan menghargai kenangan masa lalu apa adanya dan menikmati kesenangan dari kenangan tersebut, tanpa berfokus pada kenyataan bahwa kita tidak akan pernah bisa menghidupkan kembali kenangan itu pada waktunya.

Penjelasan di atas menunjukkan ada yang berbeda dalam menyikapi nostalgia. Perbedaan sikap ini akan menentukan apakah kebahagiaan di masa lampau akan membangkitkan perasaan senang atau sedih di masa sekarang. Selain itu, akan mengarahkan pada baik atau buruknya nostalgia yang dialami manusia.

Dampak Baik Nostalgia

Sebuah artikel menyampaikan, bernostalgia dapat menetralkan kesepian, kebosanan, dan kecemasan. Selain itu, membuat seseorang menjadi lebih dermawan dan toleran terhadap orang lain.

Meskipun ada perasaan sedih dan sakit dalam sebuah nostalgia, ada dampak baik pula yang dirasakan oleh manusia. Dampaknya adalah seseorang memandang hidupnya lebih bermakna dan mengurangi rasa takut akan kematian.

Manusia setidaknya bernostalgia satu minggu sekali. Hampir setengahnya bernostalgia tiga sampai empat kali seminggu. Seringkali, nostalgia dialami ketika merasa kesepian atau kejadian tidak menyenangkan lainnya.

Selain itu, cerita nostalgia tidak melulu tentang kebahagian. Kenangan yang ada kadang tercampur dengan kesedihan di dalamnya, seperti merasa kehilangan. Meskipun begitu, seseorang dapat merasa lebih baik dengan mengenang ingatan lamanya. Emosi positif yang muncul akan lebih banyak dibandingkan emosi negatif.

Sedikides menyampaikan, seringkali cerita nostalgia dimulai dengan tidak baik atau masalah. Kemudian, cerita itu cenderung berakhir dengan baik dengan bantuan orang terdekat yang ada di dekatmu. Dengan kehadiran orang terdekat, kamu merasakan kepemilikan serta relasi yang kuat.

Routledge juga mengemukakan, bernostalgia memiliki fungsi eksistensial yang penting. Fungsi eksistensial yang dimaksud adalah terbawanya pikiran kita ke dalam kenangan yang meyakinkan bahwa kita adalah orang yang berharga dan memiliki kehidupan yang berarti.

Sikapmu yang Menentukan

Saat seseorang menyikapi masa lalunya dengan tepat, maka ia akan merasakan keuntungan dari sebuah nostalgia. Keuntungan yang dirasakan berupa rasa senang, dihargai, serta menganggap kehidupan yang dijalani lebih berarti.

Bernostalgia layaknya sebuah selingan di tengah proses transisi kehidupan. Kenangan itu menjadi pengingat akan masa lalu yang pernah dialami dan menjadi motivasi untuk terus melanjutkan kehidupan.

Zahrah Nabila

a psychology student who is still learning and should treat herself first, before treat others

Previous
Previous

Pentingnya Berdiam Diri untuk Ketenangan Batin

Next
Next

Laki-laki dan Bunuh Diri