Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Baru Saja Mengalami Perpisahan? Saatnya Memahami Kembali Makna Move On dan Let Go

“Letting someone go takes time, patience and commitment to actively stop ourselves from relapsing and thinking about that person again.” – Thought Catalog

Apakah Anda baru saja mengalami sebuah perpisahan?

Pasti rasanya sangat berat untuk diterima. Apalagi bila sosok tersebut memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan Anda.

Perpisahan merupakan momen yang akan dialami oleh setiap orang. Entah itu berpisah dalam jarak, hingga berpisah ruang dan waktu seperti kematian. Setelah berpisah, hal terbaik yang perlu Anda lakukan adalah terus berjalan dan melepaskannya.  Meski berat, jauh di lubuk hati Anda sendiri sadar bahwa Anda perlu melakukannya, bukan?

Ya, Anda perlu merelakan dan melangkah lagi sebab Anda perlu melanjutkan hidup.

Tentu saja tidak selamanya move on berhubungan dengan hubungan romantis antara dua orang. Anda bisa merasakan beratnya berpisah dengan sahabat yang biasa hadir tiap saat, dengan orang tua yang begitu menyayangi Anda, dengan kakak atau adik Anda, bahkan terkadang dengan impian Anda sendiri.

Untuk Anda yang baru saja menghadapi perpisahan, berikut ini adalah hal-hal yang perlu Anda pahami tentang move on dan let go.

Moving On Bukan Berarti Melupakan, Tapi Menerima

Berhentilah memaksa diri Anda untuk melupakan kesedihan Anda lekas-lekas. Move on bukan berarti melupakan hal-hal yang membuat Anda sedih. Hal justru ini akan membuat diri Anda semakin merasa terbebani dengan “kewajiban” untuk melupakan.

Yang Anda perlu lakukan saat ini adalah menerima segala perasaan yang tengah Anda rasakan. Terimalah segala perasaan bersalah, marah, dan kecewa yang saat ini sedang melingkupi diri Anda. Terimalah bahwa Anda adalah manusia yang dilahirkan untuk memiliki perasaan bermacam-macam, tidak sekadar bahagia dan cinta.

Mungkin kehilangan menjadi satu hal yang paling tidak ingin Anda alami hingga menurut Anda jauh lebih baik untuk mengusir perasaan tersebut sejauh-jauhnya. Namun demikian, menekan perasaan sedih atas kehilangan bisa menyebabkan depresi, kecemasan, obsesi, perubahan sistem imun, dan perasaan putus asa yang mendalam. Menghindarinya justru akan membuat Anda semakin tidak baik-baik saja.

 Sebelum Letting Go, Belajarlah untuk Memaafkan Diri Sendiri

Seringnya, memaafkan orang lain terasa jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri. Padahal orang pertama yang akan hadir saat dunia terasa runtuh adalah diri Anda sendiri. Sebelum berusaha untuk memaafkan orang lain, Anda perlu belajar untuk memaafkan diri sendiri.

Maafkanlah diri Anda atas segala yang sudah terjadi. Maafkanlah diri Anda atas keputusan di masa lalu. Maafkanlah diri Anda yang belum dapat merelakan segala yang sudah terjadi. Ketika kita telah memaafkan diri sendiri, semua hal yang terasa menyakitkan akan perlahan-lahan memudar.

Memaafkan diri sendiri juga berhubungan dengan peningkatan kesehatan fisik dan mental, termasuk fungsi sosial dan vitalitas seseorang. Disadari atau tidak, kesedihan yang berlarut-larut membuat diri kita secara fisik tidak nyaman. Dada kita terasa sesak, nafsu makan yang berubah, hingga kesulitan kita untuk dapat tidur nyenyak. Saat kita memaafkan diri sendiri, kita akan melepaskan hal-hal yang membebani pikiran kita. Segala ketidaknyamanan yang kita rasakan akan menghilang seiring dengan proses kita dalam memaafkan.

 Apakah Waktu Dapat Menyembuhkan?

Ada yang mengatakan bahwa waktulah yang akan menyembuhkan semua. Hal ini benar sekaligus salah. Bisa menjadi benar bila seiring berjalannya waktu, Anda juga belajar untuk menerima dan memaafkan apa yang terjadi di masa lalu. Akan salah bila Anda membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa ada usaha dari diri sendiri.

Move on akan terasa sangat sulit dilakukan di awal. Bahkan untuk seorang yang sudah beberapa kali mengalami perasaan sedih atas perpisahan. Move on juga bukan perkara siapa yang lebih dulu atau siapa yang paling terakhir. Pahamilah bahwa move on adalah sebuah proses subjektif. Tiap orang memiliki waktu masing-masing untuk melepaskan dan move on. Selama Anda tahu bahwa Anda sedang berusaha untuk melangkah, percayalah bahwa semua pasti akan menjadi lebih baik.

 Selalu Ada Pembelajaran Dalam Setiap Hal Yang Terjadi Di Hidup Anda

Seringkali Anda menganggap diri Anda sebagai korban atas sebuah perpisahan. Anda menyalahkan orang lain atas kemarahan dan kesedihan yang saat ini tengah Anda rasakan. Atau kadang, Anda menyesal atas keputusan yang pernah Anda ambil saat itu. Anda lupa bahwa baik orang yang ditinggalkan, maupun orang yang meninggalkan, sama-sama membutuhkan proses untuk melepaskan dan berpindah. Kadang kala, satu hal terjadi karena memang itu adalah yang terbaik untuk diri Anda, di saat itu.

Ketahuilah bahwa Anda selalu bisa memilih. Anda dapat memilih untuk merasa sedih atau bahagia. Anda dapat memilih untuk tetap diam atau melakukan sesuatu. Anda juga dapat memilih untuk meratapi masa lalu atau menatap masa depan. Sebab Anda pula yang akan ikut merasakan konsekuensinya, tentukanlah apa yang membuat hidup Anda jauh lebih bermakna.


Sumber data tulisan:

  1. Letting Go: How to Release the Past (http://www.huffingtonpost.com/laura-harvey/letting-go_b_826440.html) diakses pada 27 Januari 2017.

  2. After the Break-Up: When Moving On Seems Impossible (https://www.psychologytoday.com/blog/laugh-cry-live/201502/after-the-break-when-moving-seems-impossible) diakses pada 27 Januari 2017.

  3. Avery, C. M. (2008). The Relationship Between Self-Forgiveness and Health: Mediating Variables and Implications for Well Being. University of Hartford Graduate Institute of Professional Psychology , 1-122.

Sumber foto: www.unsplash.com

Let others know the importance of mental health !