Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Bipolar: Mereka pun Dapat Bersinar

“Saya mengalami manik yang seringkali mendorong saya untuk bekerja. Saya selalu berkata bahwa saya dapat melakukannya. Saya akan menaklukan dunia. Namun saat saya merasa runtuh, saya akan lebih depresi daripada sebelumnya.”

-Demi Lovato

Seorang penyanyi cantik yang juga aktris asal Texas, Amerika Serikat, menjadi topik pembicaraan media saat ia menceritakan perjuangannya melawan gangguan yang ia alami. Ia adalah Demi Lovato (22), yang melekat dengan soundtrack film animasi terlaris sepanjang masa, Frozen, yang berjudul “Let It Go”. Setelah menjalani proses perawatan untuk masalah makan dan emosi, Demi baru mengetahui bahwa dirinya memiliki gangguan bipolar.1

Berdasarkan bincang – bincang penulis dengan beberapa kerabat, ternyata banyak yang mengira bipolar adalah masalah kepribadian ganda. Apakah anda juga salah satu yang memiliki pemikiran tersebut? Kepribadian ganda dalam psikologi klinis dikategorikan sebagai gangguan disosiatif, spesifiknya Dissociative Identity Disorder (D.I.D). Sementara, bipolar termasuk dalam gangguan suasana perasaan. Oleh karena itu, bipolar tidak sama dengan masalah kepribadian ganda. Bipolar secara harfiah berarti dua kutub. Gangguan ini merupakan kecenderungan perubahan drastis naik – turunnya perasaan, yang membuat pengidap di satu waktu seakan melayang dalam kegembiraan kemudian meluncur ke dalam jurang kesedihan. Fase up and down ini dialami terus secara bergantian. Bipolar dialami oleh 1% warga dunia. 2

 Bagaimana gejala Bipolar?

Saat fase up, pengidap akan merasakan energi yang besar, bersemangat, memiliki keyakinan diri tinggi, banyak bicara, kebutuhan tidur berkurang, dan penuh ide – ide baru.3 Fase ini dikenal sebagai episode manik. Saat episode manik, Demi menyatakan ia pernah menulis tujuh buah lagu dalam satu malam. Namun saat merasa down, pengidap akan memasuki episode depresi. Episode ini memiliki ciri kehilangan minat pada berbagai hal dan aktivitas sehari – hari, mengalami kelelahan fisik, kehilangan keyakinan diri, kehilangan nafsu makan, timbul perasaan bersalah dan perasaan tidak berharga.

Perilaku impulsif seringkali ditemui saat seseorang berada pada episode manik. Misalnya saja memutuskan untuk keluar dari pekerjaan, berinvestasi puluhan juta rupiah dalam sekejap, tiba – tiba pergi ke luar negeri atau melakukan hal “gila” lainnya. Keputusan yang mereka ambil tidak didasari pertimbangan yang matang dan seringkali mereka sesali ketika kembali ke episode normal. Berbeda dengan episode manik, saat depresif seseorang dengan bipolar terlarut dalam ketidakberdayaan, kelelahan fisik tanpa sebab, hingga pikiran untuk mengakhiri hidup.4 Sekitar 17 – 24% pengidap bipolar mengakhiri penderitaannya dengan bunuh diri.5 Konsekuensi ini menggambarkan betapa beratnya menjalani kehidupan yang melaju seperti roller coaster yang terus naik-turun selama bertahun – tahun.

Jenis Bipolar

Para ahli mengklasifikasi bipolar ke dalam dua jenis, yaitu gangguan bipolar I dan gangguan bipolar II. Perbedaan utamanya adalah pada gangguan bipolar II, pengidap mengalami episode depresif berat bergantian dengan episode hipomania (bukan manik penuh/manik ringan). Sementara itu pengidap gangguan bipolar I mengalami pergantian dari episode depresi berat ke episode manik penuh. Secara umum, bipolar I dapat diartikan lebih berat daripada bipolar II. Di luar dua jenis tersebut, dikenal pula gangguan cyclothymic. Gangguan ini merupakan perubahan perasaan senang dan depresi yang bersifat kronis, namun tidak sampai menyentuh epsisode manik atau depresi berat. Gangguan cyclothymic memang dianggap gangguan ringan, tapi tetap membutuhkan penanganan serius. Hal ini diperlukan karena jika tidak teratasi, maka akan berisiko tinggi berkembang menjadi gangguan bipolar I maupun II.

Bagaimana menghadapinya?

Metode penyembuhan terbaik bagi bipolar adalah memunculkan kesadaran dan keinginan untuk sembuh yang diinisiasi oleh pengidap sendiri, pengobatan psikiatrik, serta dukungan orang terdekat.6 Pengidap tidak perlu takut dan malu dalam mencari bantuan ahli untuk berkonsultasi mengenai masalah yang dialami. Selain itu, pengidap juga perlu mengatur waktu dan kesibukan untuk mengurangi hal–hal penyebab stress, memastikan waktu tidur yang cukup, mengenali dan kemudian menghindari hal – hal pemicu gangguan mood.

Saat ini, di Indonesia telah ada beberapa komunitas yang memberikan perhatian khusus dan mewadahi masalah bipolar. Komunitas ini sangat terbuka dan dapat diakses melalui internet. Misalnya saja Bipolar Care Indonesia.7 Blog dan forum ini diinisiasi oleh pengidap bipolar yang juga menjadi penulis buku mengenai kisahnya dalam menghadapi bipolar. Mengumpulkan informasi, berdiskusi, maupun membagikan kisah pada komunitas tersebut dapat meringankan beban pengidap.

Apa yang dapat kita lakukan jika kita bukan pengidap bipolar?

Masyarakat yang memiliki kerabat dengan gangguan bipolar pun sebaiknya dapat memberi dukungan pada rekannya yang memiliki gangguan bipolar. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari penjelasan lebih lanjut mengenai bipolar, menyediakan diri sebagai tempat bercerita, serta mengingatkan saat tindakan yang diambil rekan dianggap merugikan. Media juga dapat digunakan sebagai wadah edukasi masyarakat mengenai bipolar. Misalnya saja serial televisi “Homeland” di Amerika yang mendapat Golden Globe Award dan pementasan drama “Next to Normal” yang mendapat Pulitzer Prize for Drama. Keduanya sama – sama memiliki tokoh utama seorang dengan bipolar. Media seperti ini dapat membuat masyarakat tahu apa itu bipolar dan bagaimana menanggapinya secara bijak dalam sikap dan perilaku, sehingga mereka mampu menerima bipolar di tengah mereka.

Menghadapi gangguan bipolar tentu bukanlah hal yang mudah. Namun, bukan berarti tidak ada harapan. Penyanyi Demi Lovato, aktris Catherine Zeta-Jones, dan anggota dewan Amerika, Patrick J. Kennedy, telah membuktikan bahwa bipolar yang ada pada diri mereka tidak menghentikan langkah mereka untuk bersinar dalam bidang masing-masing.8 Bipolar mungkin sulit disembuhkan. Namun, kepercayaan, dukungan, dan kesempatan yang kita berikan akan sangat berarti dalam membangun semangat mereka menjalani hidup dan meraih masa depan.


1 Demi Lovato via http://abcnews.go.com/Entertainment/demi-lovatos-shocking-diagnosis-bipolar-disorder/story?id=13426303

2Michalak, E., et al. (2012). Improving care and wellness in bipolar disorder: origins, evolution and future direction of a collaborative knowledge exchange network. International Journal of Mental Health Systems. 6: 16 – 27

3Durand, V., & Barlow, D. (2006). Intisari Psikologi Abnormal: edisi keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

4 Louise Baddeley dari Brunel University London mengenai Bipolar via https://www.youtube.com/watch?v=byOYM0mPNA0 dan kisah para pengidap Bipolar dan keluarga via https://www.youtube.com/watch?v=MdYc-CAMeEY

5 Durand, V., & Barlow, D., Op. Cit.

6 Schudlich, T., Youngstrom, E., Calabrese J. R., Findling, R. (2008). The Role of Family Functioning in Bipolar Disorder in Families. J Abnorm Child Psychol. 36:849–863

7 Bipolar Care Indonesia dapat dihubungi melalui akun Twitter @BipolarCareInd dan juga   HYPERLINK “http://curhatkita.blogspot.com

8 Celebrities and Famous People with Bipolar Disorder via http://www.healthyplace.com/bipolar-disorder/bipolar-information/celebrities-and-famous-people-with-bipolar-disorder/

By: Yason Pranata

Let others know the importance of mental health !