Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Charlotte Newman: Berjuang Melawan Kanker dan Berbagi Harapan untuk Hidup

“Kini aku punya rutinitas check up, tidak mudah tapi aku sudah menerimanya menjadi bagian hidup. Aku menepis pikiran maupun kenangan sedih dan hanya memikirkan hal-hal yang menyenangkan”

– Charlotte Newman 

Sehat secara mental dan fisik tentu menjadi dambaan bagi setiap orang, bukan?  Hidup dengan bahagia dan menjalani aktivitas dengan nyaman menjadi hal yang tak ternilai harganya. Ketika raga kita sehat, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghiasi rutinitas harian kita. Ketika pribadi kita kuat, kehidupan akan menjadi penuh arti dan harapan.

Raga dan jiwa yang sehat menjadi komponen yang tak bisa dilepaskan dalam menjalani hidup. Keduanya saling memberikan kekuatan dan dampak untuk satu sama lain. Ketika satu diantaranya lemah, jangan pernah berpikir bahwa hidup Anda telah berhenti. Kuatkan komponen lainnya dan bangkitkan semangat Anda. Ketika Anda stres, melakukan aktivitas fisik yang menyehatkan akan membantu Anda mengatasinya. Sedang ketika Anda sakit, tidak melepas harapan akan menjadi kekuatan bagi kesembuhan Anda. Charlotte Newman, seorang gadis yang luar biasa telah membuktikannya.

Charlotte Newman, tak pernah menyangka pada apa yang didengarnya empat tahun lalu. Kala itu pada bulan Januari 2011, ia terduduk di bangku tunggu sebuah rumah sakit.1 Pada usianya yang ke-21, ia tengah menjalani tahun ketiganya di fakultas hukum di Leeds University. Tak ada yang membuatnya khawatir hingga sebuah percakapan membuat hidupnya berubah. Charlotte didiagnosis mengalami Ewing’s Sarcoma, kanker yang tergolong langka dan menyerang tulang serta jaringan lunaknya.

Sebelumnya, Charlotte merasakan sakit yang hebat di bagian perutnya. Semakin hari perutnya terasa nyeri dan rambutnya mulai habis karena rontok.3 Semula, doktor tidak mampu menjelaskan sebab dari rasa sakitnya itu. 2  Charlotte  menduga bahwa apa sakit yang dialaminya adalah kanker. Dugaan itu akhirnya terbukti oleh diagnosis dokter. Ia pun sulit untuk menerima bahwa ada kanker yang memang tumbuh dalam tubuhnya.

Pertama kali Charlotte mengetahuinya, ia sangat terkejut dan berlari keluar ruangan dokter. 3 Pikiran yang terlintas di kepalanya adalah bahwa waktunya telah habis dan ia harus mengucapkan selamat tinggal.2 Kala itu Charlotte berkata, “Aku tidak mempercayai orang-orang yang berkata bahwa mereka tidak akan mati ketika menerima diagnosis itu. Itu adalah realita dari kanker. Orang-orang bisa bertahan, tapi banyak di antara mereka yang tidak”. Pikiran-pikiran itulah yang muncul pada awalnya. Namun, perjalanan Charlotte tidak berhenti sampai di situ.

Kala itu Charlotte harus meninggalkan universitas untuk menjalani satu tahun pengobatannya dengan hasil yang tidak pasti.1Pada Maret 2012, masa satu tahun pengobatannya telah berakhir. Charlotte ingin melanjutkan hidupnya, namun intensitas pengobatan justru membuat tubuhnya lemah dan rentan terhadap infeksi.

Dua tahun setelah didiagnosis, Charlotte kembali ke universitas untuk menyelesaikan gelarnya.1 Waktu itu merupakan masa percobaan baginya. Ia belum pulih sepenuhnya dan merasa tidak aman, cemas, serta khawatir. Selama kuliah, ia mendambakan hari-hari yang bebas dan penuh keceriaan seperti teman-temannya. Pada situasi itu, Charlotte merasa terisolasi dan berbeda. Namun, menurutnya ada cara agar penyakit itu bisa bermanfaat untuknya. “Aku diberikan kesempatan kedua untuk hidup. Aku bertekad untuk menghargai setiap waktu dan memperoleh manfaat dari setiap kesempatan.”, ujar Charlotte.

Pada akhirnya, dengan penuh perjuangan Charlotte berhasil menyelesaikan studinya.1 Ia kemudian tergabung dalam Teenage Cancer Trust. Ia menerima perawatan di Rumah Sakit St. James di Leeds. Ia dikelilingi oleh orang-orang muda yang juga tengah berjuang melawan penyakitnya. Mereka saling berbagi pengalaman satu sama lain. Charlotte menceritakan bahwa ia adalah gadis yang girly.3 Kemudian seorang peserta membantu dan membawakannya wig serta mengajarinya cara membentuk alis yang rontok.

Charlotte menemukan alasan untuk tersenyum ketika semua yang ingin dilakukannya saat itu adalah menangis.1 Itulah yang dirasakannya setelah bergabung dalam Teenage Cancer Trust. Ia mencari cara untuk membalas apa yang telah diberikan kepadanya. Ia ingin menggali dana amal, tetapi kondisi fisik tak memungkinkannya berusaha dengan maraton. Saat itulah ia menemukan kesempatan yang sempurna. Kini, ia berbicara di berbagai acara, bercerita tentang perjuangan hidupnya, dan menyadarkan orang-orang lain untuk sadar beramal.

 Setelah lulus, Charlotte juga memperoleh tawaran bekerja di sebuah firma hukum, Stowe Family Law.1Ia merasa bahwa inilah berkah yang diberikan atas perjuangannya. Kompetisi di dalamnya begitu sengit, tetapi ia berhasil memperoleh tawaran dalam posisi paralegal. Ia diizinkan untuk mengatur waktu kerjanya sesuai dengan jadwal pengobatannya. Charlotte begitu bahagia dapat bekerja menuju karir impiannya. Ia berharap dapat menginspirasi orang-orang muda lainnya yang tengah berperang melawan penyakitnya. Juga orang-orang yang tengah berada di persimpangan untuk menjaga semangat hidup mereka.

Saat ini Charlotte menjadi lebih optimis dari sebelumnya.3 Ia tahu penyakit ini mematikan, namun setidaknya ia tahu untuk tidak perlu takut menghadapinya. Salah satu obat kesembuhannya adalah pikiran optimis dan positif. Dan inilah yang ingin dibagikannya lewat kampanye Teenage Cancer Trust.

Kisah Charlotte melukiskan bahwa menjadi berbeda itu bukan suatu masalah. Memiliki kelemahan fisik bukan berarti semangat hidup Anda menjadi lemah pula. Ketika Anda berada pada posisi yang sama dengan Charlotte, yakinlah bahwa Anda juga mampu untuk bangkit dan sukses. Berbahagialah dan sehatkan jiwa Anda dengan semangat membara. Selanjutnya, jika Anda orang yang diberikan kesempatan untuk memiliki raga yang sehat, jagalah kesempatan itu. Berikan dukungan dan cinta untuk saudara-saudara Anda yang memiliki jalan hidup yang istimewa.


Sumber Data Tulisan

1Theguardian. (2013). Having Cancer Made Me Determined to Have the Career I’ve Always Dreamed of. Diakses melalui http://www.theguardian.com/careers/cancer-more-determined-career-dreamed-oftanggal 25 Oktober 2015

2Yorkshire Post. (2013). My Story on the Highs and Lows of Surviving Cancer. Diakses melalui http://www.yorkshirepost.co.uk/news/features/my-story-on-the-highs-and-lows-of-surviving-cancer-1-5560145tanggal 25 Oktober 2015

3Vemale.com. (2013). Kisah Kanker: Jangan Menyerah Pada Penyakit Ini, Aku Bisa Sembuh. Diakses melalui http://www.vemale.com/kesehatan/31149-kisah-kanker-jangan-menyerah-pada-penyakit-ini-aku-bisa-sembuh.html tanggal 25 Oktober 2015

By: Sekar Fitriadzini

Featured Image Credit: www.theguardian.com

Let others know the importance of mental health !