Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

CURHAT: Hidup Saya Terasa Hampa dan Tidak Punya Tujuan

Curhat

Akhir-akhir ini yang sering muncul dalam pikiran saya adalah pertanyaan mau jadi apa saya nanti? Apa takdir saya? Apa yang harus saya lakukan untuk memotivasi diri menjadi lebih baik? Selain itu, perasaan yang sering saya alami akhir-akhir ini adalah merasa hampa, bosan, dan terkadang sedih karena pacar saya tidak lagi mencintai saya. Bagaimanapun usaha saya, semua hal sudah saya lakukan dari cara yang paling baik menurut saya sampai cara yang paling hina. Tetap saja, dia enggan mengembalikan perasaan cintanya tersebut.

Seringkali saya merasa seperti anak ABG, diputus pacar lalu stress dan merasa tidak mood dengan semua hal. Saya sadar atas semua yang terjadi dengan diri saya. Saya tahu apa-apa saja kekurangan diri saya. Saya tahu apa yang harus saya lakukan agar hidup saya menjadi lebih baik. Hanya saja, saya merasa tidak semangat, saya tidak termotivasi untuk melakukan hal-hal tersebut. Saya kehilangan motivasi hidup.

Menurut saya masalah saya ini timbul bukan karena kejadian yang baru-baru terjadi dalam hidup saya. Saya adalah seorang website programmer, saya menekuni bidang ini sejak saya kuliah semester 5, sekitar tahun 2011. Saya memang suka dengan komputer sejak saya SD. Kehidupan saya sejak kecil memang termasuk orang yang kurang pergaulan dan saya selalu merasa minder dengan orang lain. Walaupun terkadang di beberapa hal saya merasa percaya diri seperti bermain kelereng pada waktu kecil, kemudian nge-game atau belajar matematika dan komputer, karena saya merasa saya menyukainya dan saya selalu menekuninya.

Namun rasa percaya diri dalam bidang itu tidak dapat saya kembangkan untuk menjadi rasa percaya diri dalam pergaulan sehari-hari. Maka dari itu sejak kecil, kira-kira sejak SD yang saya ingat, saya selalu hidup dalam dunia imajinasi. Setiap sebelum tidur, atau ketika saya sedang sendiri, saya selalu berfantasi akan hal-hal yang saya sukai, hal-hal yang saya inginkan terjadi di masa depan, dan hal-hal yang saya inginkan terjadi sekarang. Saya hidup dalam dunia fantasi saya. Saya terus menerus melakukan itu sampai saya kuliah.

Karena saya kuliah di jurusan komputer, walaupun sebelum masuk kuliah saya tidak mengetahui bahwa kuliah komputer itu tugasnya membuat software (coding) tapi saya tetap semangat menjalaninya dan saya termasuk mahasiswa yang lumayan terpandang di kelas saya. Namun di akhir semester satu saya merasa stres dengan lingkungan saya yang baru. Saya merasa tertekan di lingkungan kuliah saya. Teman-teman satu kelas yang selalu memanfaatkan saya untuk mengerjakan tugas kuliah. Walaupun pada awalnya saya merasa ikhlas melakukannya, namun lama kelamaan saya merasa kurang dihargai. Akibatnya saya tidak mengikuti kuliah selama 2 semester (pada masa itu kerjaan saya hanya bermain game online) lalu baru kembali lagi kuliah pada semester 4.

Saya menyadari perubahan pada diri saya yang mulai berorientasi pada fantasi dibandingkan kenyataan. Namun karena dunia nyata tidak semudah dunia fantasi, akhirnya saya merasa stres. Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan, saya selalu berfantasi bahwa apa yang saya harapkan sudah terjadi. Namun pada saat saya memasuki lingkungan kuliah, kemampuan saya berfantasi mulai berkurang. Akhirnya saya memutuskan untuk melatih hal itu lagi, dan pada akhirnya saya gagal melakukan nya.

Ketika saya mendapati masalah, saya tidak merasa bersemangat untuk melakukan hal apapun, baik itu main game, jalan-jalan, bertemu teman, atau apapun itu. Yang saya lakukan hanyalah merenung mengapa saya menjadi seperti ini. Pikiran tersebut terus meracuni otak saya.

Akibatnya, pekerjaan saya terlantar, hidup saya tak karuan, saya tidak tahu mau kemana, mau jadi apa dan mau menekuni apa. Termasuk hal-hal tentang komputer yang sejak kecil saya sukai sekarang menjadi hal yang membuat saya stres. Lalu pada akhirnya, saya mendapat kenalan seorang wanita yang dapat membuat saya melupakan semua beban pikiran saya, menenangkan pikiran saya, dan membuat saya lebih bersemangat menjalani hidup. Walaupun sifatnya amat sangat keras kepala, tetapi saya menikmati setiap proses dan tantangan yang saya hadapi dengannya.

Namun pada akhirnya, dia memutuskan bahwa dia tidak mampu dan tidak mau lagi menjalani hubungan dengan saya. Oleh karena itu, saya kembali menjadi seperti sebelumnya, tidak memiliki motivasi, tidak semangat menjalani hidup, bahkan saya kehilangan hobi. Saya tidak tau apa yang saya sukai dalam hidup ini, saya bahkan nyaris bunuh diri. Saya harus bagaimana lagi?

 

Gambaran: Laki-laki, 26 tahun, Programmer

Jawaban Pijar Psikologi

Terimakasih atas kepercayaan kamu untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Menurut cerita yang kamu sampaikan bahwa kamu merasa kurang bersemangat dalam menjalani hidup dan menghadapi setiap tantangan hidup yang datang. Saya salut dengan kamu meskipun sedang dalam kondisi kurang bersemangat namun tetap berusaha untuk mencari solusi yang tepat mengenai masalah yang dihadapi.

Rasa kurang bersemangat biasanya erat kaitannya dengan keinginan mencapai tujuan. Ketika kita tidak tahu atau tidak menentukan tujuan kita dalam bertindak, maka semangat atau motivasi kita akan mudah turun. Silakan kamu pikirkan kembali tujuan yang ingin kamu capai dalam hidup ini. Tuliskan jika perlu. Jika kamu menemui kendala dalam hal tersebut, mari kita mulai untuk melihat diri kita secara dekat hari per harinya.

Kamu bisa memulai dengan membuat “gratitude bottle” atau “botol kebersyukuran”. Kamu bisa tuliskan 3 hal membahagiakan setiap harinya di kertas origami berwarna. Tulis mulai dari hal sederhana, seperti hari ini bisa menghirup udara segar dengan gratis, hari ini merasakan segarnya air ketika mandi atau hari ini mendapat senyuman teman di kampus dan sebagainya. Kemudian lipat dan masukkan ke dalam botol tersebut. Silakan kamu kerjakan secara rutin selama satu minggu dan rasakan perubahan positif yang terjadi.

Kamu juga menceritakan bahwa semangat berkurang ketika pacar tidak lagi menjalin hubungan denganmu. Sungguhlah hal yang kurang nyaman ketika kita kehilangan orang yang kita sayangi. Namun, alangkah lebih baik jika kita tidak menggantungkan kebahagian kita pada orang lain. Orang lain merupakan hal di luar diri kita yang tentunya tidak bisa kita kendalikan sepenuhnya. Sadari itu dan teruslah melangkah maju.

Demikian yang bisa saya sarankan. Semoga bermanfaat. Terima kasih telah berbagi. Semangat terus melakukan yang terbaik.

Salam,

Pijar Psikologi.