CURHAT: Keluarga Saya Dipusingkan dengan Anak Asuh yang Menginjak Remaja. Bagaimana Saya Menyelesaikan Masalah Ini?
Curhat
Cerita ini sebenarnya masalah keluarga istri saya. Lima belas tahun yang lalu ibu mertua saya membantu salah satu saudaranya yang melahirkan di luar nikah. Anak yang dilahirkan dititipkan kepada ibu mertua dengan janji akan diambil pada saat saudara tersebut melaksanakan pernikahan secara resmi. Namun hingga usia 7 tahun, anak tersebut tidak diambil dengan berbagai macam alasan dan janji-janji untuk tetap membantu keuangan dalam merawatnya. Hingga akhirnya anak tersebut sudah lulus SD, saya dan istri berinisiatif untuk memaksa orang tua kandungnya untuk mengambilnya, mengingat biaya sekolah SMP dan biaya kebutuhan yang semakin tidak mampu lagi kami tanggung
Singkat cerita, akhirnya si ayah kandung mau mengambilnya kembali dan memilihkan sekolah yang sesuai. Sejak saat itu ayah kandung si anak sering mengirim SMS atau WA yang isinya mengeluh tentang kenakalan anaknya. Sedangkan si anak setiap mengirim SMS atau WA berisi keluhan tidak betah tinggal dengan orang tua kandungnya karena setiap hari dibandingkan dengan saudara yang lain. Hal ini membuat ibu mertua saya sering sakit karena memikirkan masalah ini. Bagaimana saya memberikan pengertian kepada ibu mertua agar tidak terlalu memikirkan masalah terkait anak asuh ini? Lalu bagaimana sebenarnya kondisi dan dinamika psikologis yang dialami oleh anak asuh?
Gambaran: Laki-laki, 35 tahun, Freelancer
Jawaban Pijar Psikologi
Terimakasih atas kepercayaan Anda untuk bercerita di Pijar Psikologi.
Saya secara pribadi menyampaikan apresiasi kepada Anda karena sikap Anda yang telah sangat memperdulikan keadaan keluarga meskipun keluarga yang berasal dari istri Anda. Hal ini sangat jarang dilakukan oleh sebagian besar orang jika hal tersebut tidak menyangkut hidupnya secara langsung.
Jika berada di posisi Anda rasanya bingung juga ya , ada rasa tidak tega, tetapi di sisi lain sudah tidak mampu untuk menanggung biaya sang anak asuh. Selain itu, juga tidak tega ya Pak melihat Ibu yang sering sakit karena memikirkan anak asuh tersebut. Rasanya pasti sedih mengalami keadaan yang dialami Bapak.
Pertama, mari kita bahas pertanyaan Bapak yang kedua terkait dengan kondisi psikologis anak asuh. Saat ini anak asuh Bapak ada di bangku kelas I SMP, berarti saat ini juga, ia sedang berada pada tahapan remaja. Mungkin kata remaja sudah tidak asing lagi didengar di telinga kita. Namun, masa inilah yang perlu kita pahami dan perlu kita berikan perhatian khusus juga. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa. Seseorang berada pada masa remaja ketika mereka berusia 10-19 tahun. Pada masa ini tidak hanya ditandai dengan perubahan fisik dan fungsi organ seks yang meningkat, tetapi juga pencapaian kemandirian dan identitas diri yang menonjol. Pencarian identitas diri merupakan satu ciri yang utama bagi remaja. Oleh karena itu, saat ini anak asuh Bapak mungkin sedang berproses untuk mencari jati dirinya.
Sikap nakal yang dimunculkan anak asuh Bapak dapat merupakan cerminan proses pencarian jati dirinya. Sikap nakal yang ia munculkan bisa jadi karena ia sedang tidak nyaman berada di suatu tempat mungkin rumah atau sekolah, sehingga ia mencari pelarian dengan kenakalan untuk mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak yang bersangkutan. Pencarian jati diri erat kaitannya dengan pencarian rasa nyaman dan perasaan diterima oleh lingkungan. Ia akan cenderung mencari kenyaman dimanapun dan mencari lingkungan yang dapat menerimanya, sehingga ia akan bersikap atau menjadi dirinya seperti apa ketika ia mendapatkan rasa nyaman dan penerimaan tersebut. Ia dapat mencari di lingkungan rumah, sekolah, tetangga, dan yang paling berpengaruh terhadap remaja adalah teman sebayanya. Misalkan saja, jika seseorang tidak mendapatkan kenyamanan di rumah, ia akan mencari kenyamanan pada teman sebayanya. Teman sebaya berbuat sesuatu, bisa saja seorang anak akan mengikuti temannya supaya ia merasa diterima. Oleh karena itu, penerimaan dan kenyamanan di rumah sangat dibutuhkan oleh seorang anak remaja supaya ia mendapatkan kenyamanan di rumah, sehingga kecil kemungkinan seorang anak akan lari ke luar rumah untuk mendapatkan kenyamanan.
Selain hal di atas, satu hal yang dapat dilakukan oleh orangtua anak asuh Bapak adanya penerimaan tanpa syarat. Maksudnya disini adalah menerima anak asuh Bapak dengan apa adanya, dan ketika ia berbuat nakal satu hal yang dapat dilakukan yaitu saling komunikasi. Orangtua kandung dapat mengajak berbicara dengan sang anak dari hati ke hati. Hal ini dikarenakan, dengan adanya komunikasi dan bercerita, sang anak akan merasa diterima dan diperhatikan. Lalu, disini saya juga menggarisbawahi bahwa anak asuh Bapak sering dibanding-bandingkan dengan saudara yang lainnya ya. Nah hal ini dapat mulai dicoba untuk tidak dilakukan lagi. Dengan dibanding-bandingkan, anak akan merasa diterima tanpa syarat (tidak diterima apa adanya) dan membuat ia semakin tidak nyaman serta yang ditakutkan akan mencari kenyamanan di luar rumah dengan hal-hal yang negatif.
Membanding-bandingkan yang telah dilakukan orangtua kandung dari anak asuh Bapak pada dasarnya bermaksud baik ya Pak, agar sang anak dapat termotivasi. Namun, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing. Begitu pula dengan penanganannya. Oleh karena itu, sebaiknya menciptakan suasana yang menyenangkan di rumah supaya anak asuh Bapak tidak mencari kesenangan yang berlebih dengan teman sebayanya di luar rumah dan berpotensi akan berpengaruh negatif. Meskipun demikian, memang terdapat konsekuensinya yaitu Bapak harus memberikan pengertian kepada orangtua kandung. Selain itu, mungkin orangtua kandung juga sudah lelah dan tanpa disadari membanding-bandingkan anaknya dengan saudaranya yang lain, sehingga sulit untuk menerima anak apa adanya.
Untuk pertanyaan yang kedua, terkait memberikan pengertian kepada Ibu mertua. Rasanya memang sulit sepertinya ya Pak, ketika Ibu mertua selalu memikirkan cucunya karena memang dari kecil yang merawat adalah beliau. Apalagi, saat ini mungkin Ibu mertua Bapak mengetahui kondisi cucunya tidak betah tinggal bersama kedua orangtuanya. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri ya Pak, jika Ibu mertua Bapak terlalu memikirkan sang cucu dan memang sulit ya bagaimana cara memberikan pengertiannya. Nah, sebaiknya hal yang dapat dilakukan terlebih dahulu adalah memberikan pengetahuan kepada orangtua kandung terlebih dahulu, baru jika memang keadaan sang anak benar-benar aman, Bapak dapat memulai memberikan pengertian kepada ibu mertua bahwa seorang anak pada dasarnya akan dapat berkembang di tempat yang seharusnya.
Dengan adanya pengawasan dan perawatan yang baik, anak akan merasa nyaman, aman, dan diterima. Selain itu, mungkin dapat membujuk sang anak untuk dapat main ke rumah Bapak, sehingga Ibu mertua bapak akan sering melihat cucunya dan tidak hilang begitu saja. Bapak juga dapat memberikan pengertian bahwa dengan adanya tekanan-tekanan psikologis atau sesuatu hal yang dipikirkan akan mempengaruhi fisik kita. Bapak dapat memberikan motivasi-motivasi kepada ibu mertua seperti “Jika ibu terlalu berpikir sesuatu, hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan ibu, nanti justru malah sang anaklah yang harus melihat dan merawat ibu dalam keadaan sakit”. Hal ini hanya sebagian contoh motivasi yang dapat Bapak lakukan. Saya meyakini bahwa Bapak memiliki motivasi-motivasi yang lebih banyak dan lebih baik, sehingga dapat memberikan penguatan kepada ibu. Sekian dari saya. Mohon maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati Bapak.
Terima kasih telah berbagi.
Salam,
Pijar Psikologi