Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

CURHAT: Saya Ingin Terbebas dari Pacar yang Sering Mengintimidasi Saya dan Keluarga

Curhat

Saya sedang pacaran selama kurang lebih 5 tahun dengan laki-laki pilihan saya. Kami sangat dekat satu sama lain hingga gaya pacaran kami sudah terlalu jauh. Setiap kami melakukan hubungan intim, saya selalu menangis karena menyesal. Tapi, saya kerap merasa takut dengan pacar saya karena dia selalu mengintimidasi dan meminta saya untuk menuruti keinginannya.

Saya ingin dinikahi oleh pacar saya. Tapi yang membuat saya kecewa, dia sering mengelak bahkan mengatai keluarga saya miskin dan hina. Di tahun kelima ini, saya sudah tidak kuat lagi. Puncaknya adalah ketika ia datang ke rumah setelah saya mengutarakan ingin berpisah. Pacar saya datang membawa pisau dan mengancam akan membunuh keluarga saya.

Tak hanya itu, ia juga sering marah-marah apabila melihat status media sosial saya. Ia menganggap saya ingin berpaling dengan yang lain. Bahkan, ia berkata  bahwa saya adalah penghambat hidupnya hingga ia saat ini belum lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan. Orang tuanya juga tidak merespon akan masalah ini.

Saya khawatir dengan keamanan keluarga saya. Saya juga takut untuk menjalani hubungan dengan orang lain, karena pacar saya pernah mengancam akan memotong kaki laki-laki yang menikah dengan saya. Saya harus bagaimana?

Gambaran: Perempuan, 26 tahun, Pegawai Swasta

Jawaban Pijar Psikologi:

Terimakasih atas kepercayaannya untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Pasti rasanya begitu was-was dan tidak nyaman berada di situasi yang menegangkan seperti itu. Bahkan hanya sekedar mengingat berbagai perilaku tidak menyenangkan yang dilakukan oleh pacar kamu pasti rasanya begitu sakit. Mungkin juga ada rasa menyesal, kecewa, bahkan marah. Semua bercampur aduk sampai-sampai membuatmu bingung harus melakukan apa untuk mengatasinya. Pada akhirnya, kamu pun takut untuk melangkah lebih maju karena khawatir jika kejadian traumatis ini akan menghambatmu untuk menjalin hubungan baru bersama orang lain. Namun, sebelum saya membahas lebih detil mengenai permasalahan yang kamu alami, saya sangat mengapresiasi keberanianmu untuk menceritakan kejadian tersebut. Terima kasih juga ya, karena kamu sudah mampu dan mau untuk bertahan dalam situasi yang tidak mudah hingga saat ini.

Berpacaran selama kurang lebih 5 tahun tentunya bukanlah waktu yang terbilang singkat. Ada banyak peristiwa suka maupun duka yang pernah dilalui bersama pasangan selama menjalin hubungan tersebut. Perasaan cinta dan kasih sayang terkadang membuat salah satu atau mungkin kedua pihak berusaha untuk lebih memaklumi nilai-nilai, sikap, hingga kekurangan satu sama lain. Apabila pemakluman tersebut masih dapat ditoleransi (tidak merasa tersakiti secara psikis maupun fisik), hal itu wajar terjadi di dalam suatu hubungan. Sebab, menjalin hubungan romantis bukanlah untuk mendapatkan dia yang sempurna melainkan berusaha menjadi pelengkap untuk menjadi sempurna bersamanya.

Sebaliknya, tindakan yang kamu dapatkan dari pria tersebut dapat dikatakan sudah mengancam keselamatan kamu dan juga keluarga. Meski demikian, saya sekali lagi ingin mengapresiasi kemampuanmu untuk menyadari bahwa ada ‘sesuatu’ yang perlu diselesaikan di dalam relasi yang kamu jalani tersebut, karena biasanya perempuan yang berada dalam ‘abusive relationship’ kehilangan kontrol atas diri dan tidak percaya bahwa mereka dapat keluar dari relasi tersebut.

Oleh karena itu, berikut ini adalah beberapa alternatif yang ingin saya tawarkan yang mungkin dapat dipertimbangkan dalam mengatasi permasalahan yang sedang kamu hadapi:

  1. Kenali dan cermati kembali sikap atau perilaku yang dilakukan oleh pasangan. Tindakan yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, termasuk tindakan pemaksaan atau perampasan kemerdekaan atas seseorang biasa dikenal sebagai Kekerasan dalam Pacaran (KDP)​. KDP merupakan fenomena yang banyak terjadi di masyarakat saat ini, tetapi sedikit dari korban yang bersedia melaporkannya. Padahal, kemauan yang kuat dari korban untuk memahami dan melaporkan kekerasan yang ia alami, dapat memudahkan pihak terkait seperti konselor, psikolog, atau pihak kepolisian dalam membantu menangani permasalahan KDP. Ingatlah bahwa “our silence is their greatest weapon

  2. Melakukan pengaduan dan menempuh jalur hukum sangatlah penting. Berkaitan dengan poin pertama, apabila kamu merasa bahwa perilaku dari pria tersebut melibatkan unsur-unsur dari KDP, maka kamu berhak untuk melaporkannya di tingkat Polda atau Polres yang memiliki unit pengaduan untuk perempuan dan anak. Kamu juga bisa meminta bantuan atau menyampaikan pengaduan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak (DPPA) di kota terdekat atau pendampingan oleh advokat agar memudahkanmu dalam menempuh jalur hukum. Salah satu cara sederhana untuk mendapatkan pendampingan advokat adalah melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) terdekat yang dapat memberikan bantuan hukum secara gratis.

  3. Catat dan rekam semua bukti-bukti (seperti pesan suara, chat, atau bukti fisik) yang dapat dijadikan alat pendukung ketika diminta oleh pihak terkait ketika menempuh jalur hukum.

  4. Cari tempat ​teraman dan tentukan orang-orang yang dipercaya​. Mulai saat ini, ada baiknya kamu dan keluarga menentukan lokasi atau tujuan yang dapat dijadikan tempat yang aman untuk berlindung apabila sewaktu-waktu ancaman dari pasangan tersebut datang. Kamu juga bisa membuat daftar dari nama orang-orang yang kamu percaya untuk dihubungi apabila merasa terancam oleh perilaku pria tersebut.

Selain itu, ketakutanmu untuk menjalin hubungan dengan laki-laki lain adalah hal yang wajar, mengingat bahwa perasaan-perasaan tertekan akibat perilaku pria tersebut masih membekas di dalam dirimu. Akan tetapi, percayalah bahwa kamu punya kesempatan yang besar untuk bangkit dari ketakutan itu. Tidak perlu mencari waktu yang tepat, karena ada banyak cara yang dapat kamu lakukan, seperti:

  1. Melepaskan perasaan-perasaan yang tidak nyaman tersebut dengan cara berbagi kepada orang yang kamu percaya. Apabila memungkinkan, kamu juga dapat berkonsultasi secara langsung ke unit pelayanan atau biro psikologi terdekat agar mendapatkan penanganan yang lebih komprehensif terkait permasalahan yang kamu alami.

  2. Selipkanlah kalimat atau harapan-harapan positif dalam setiap langkah dan doa agar diberikan sosok yang terbaik olehNya di masa depan. Sebagai contoh, “Kemarin aku memang sempat terjatuh, aku menerimanya sebagai bagian dari hidupku. Tapi mulai kini aku akan menatap ke depan dan percaya bahwa kebahagiaan telah menungguku disana”.

Saya percaya, bahwa kamu adalah pribadi yang tangguh serta berhak mendapatkan rasa aman dan nyaman. Jangan pula biarkan sikap dari siapapun membuatmu lupa betapa berharganya dirimu. Saya juga berharap, melalui sedikit informasi dan pandangan di atas, kamu semakin mampu untuk menentukan langkah yang terbaik.

“You’re valuable, your self-worth isn’t based on your partners’ thoughts, opinions, or treats”

– Anonymous