Dilema Gen Milenial dalam Dunia Kerja
Generasi baby boomer, X, dan milenial mungkin tidak asing kamu dengar. Pengelompokan tiga generasi tersebut berdasarkan tahun kelahiran yang sama, dengan rentang tahun yang berbeda. Tahun kelahiran generasi baby boomer adalah 1946-1964, generasi X adalah 1965-1979, dan generasi milenial adalah 1980-1994. Namun, ada pendapat lain menyatakan bahwa generasi milenial merupakan generasi yang lahir antara tahun 1980 sampai tahun 2000.
Seorang sosiolog bernama Mannheim menuturkan, manusia yang melalui masa sosio-sejarah yang sama akan saling memengaruhi dan membentuk karakter yang sama pula. Di sisi lain, istilah “kohort” turut disampaikan dalam dunia psikologi perkembangan. Kohort menjelaskan tentang kelompok manusia yang lahir dalam tahun yang sama. Persamaan yang dirasakan dari masing-masing generasi menimbulkan kecenderungan karakteristik yang sama pula. Hal ini berdampak pada kehidupan sehari-hari manusia nantinya.
Tidak Setia dengan Pekerjaan
Saat ini, dunia pekerjaan semakin diramaikan oleh gen milenial. Bahkan beberapa tahun ke depan generasi ini diperkirakan akan mendominasi dunia pekerjaan dengan mengisi jabatan kosong yang ditinggalkan oleh gen X. Akan tetapi, muncul tren baru terhadap mereka, yaitu tidak setia dengan pekerjaan.
Ketidaksetiaan gen milenial terhadap pekerjaan didukung dengan survey yang pernah dilakukan oleh Jobstreet. Survei dilakukan pada tahun 2015 dengan 3500 responden. Hasil survei menunjukkan, terdapat 65.8% dari mereka memilih meninggalkan perusahaan setelah bekerja 12 bulan. Penyebab mereka biasanya meninggalkan perusahaan karena merasa tidak bahagia dengan pekerjaan, belum puas dengan tunjangan yang diberikan, dan tidak cocok dengan lingkungan pekerjaan.
Mungkin hal serupa sudah pernah kamu alami atau terjadi pada orang terdekatmu. Awalnya, ada keinginan segera memiliki pekerjaan. Setelah mendapatkannya, justru merasa tidak nyaman.
Karakteristik Gen Milenial
Berbagai penjelasan mengenai karakteristik gen milenial bermunculan. Gen milenial merupakan generasi yang sangat melek teknologi, mandiri, dan bebas. Mereka cenderung berani menyatakan pendapat. Selain itu, mereka juga menyukai umpan balik secara konstan dan penghargaan secara instan atas pekerjaan yang dilakukan.
Sebagai tambahan, gen milenial berkeinginan untuk menghabiskan waktu yang berkualitas ketika bekerja dan berada di rumah. Dengan demikian, mereka berusaha melakukan pekerjaan yang memudahkan kehidupan keluarga dan diri mereka. Hal ini menunjukkan nilai pemenuhan diri yang tinggi dalam diri mereka.
Meskipun begitu, gen milenial juga dikenal rentan merasa bosan dalam bekerja. Mereka tidak menyukai pekerjaan yang kasar dan berulang. Kebosanan ini menjadi pemicu bagi mereka untuk mencari tantangan baru dengan meninggalkan pekerjaan sebelumnya.
Gen milenial adalah generasi dinamis dan berkemauan kuat untuk pengembangan diri. Hal ini menyebabkan mereka lebih berfokus terhadap nilai pengalaman dan pengembangan yang bisa diambil dari pekerjaannya.
Apabila merasa bosan dan tidak ada nilai yang berpengaruh terhadap pengembangan diri lagi, gen milenial akan memilih pindah bekerja. Selain itu, mereka tidak ingin bekerja dalam jangka waktu lama sampai mendapat pengakuan dari pegawai lainnya. Generasi ini mengibaratkan 12 bulan bekerja sudah termasuk jangka waktu yang panjang.
Kompentensi Baik Gen Milineal
Terlepas dari tren yang ada, bukan berarti gen milenial tidak memiliki kompetensi bekerja yang baik. Berdasarkan riset Manpower Group, gen milenial bekerja lebih giat daripada generasi sebelumnya. Kemudian dipaparkan bahwa 93% gen milenial memandang bekerja sebagai proses pengembangan diri yang menjadi investasi penting dalam karir. Mereka bersedia membayar lebih mahal dan meluangkan waktu lebih banyak untuk memahami kemampuan baru. Hasil riset tersebut menjadi gambaran bahwa generasi ini mampu memutuskan untuk bertahan atau meninggalkan pekerjaan demi kesejahteraan dirinya.
Berbagai penjelasan di atas mengenai karateristik gen milenial, memberikan tantangan tersendiri bagi dunia kerja. Tantangannya adalah membuat mereka merasa nyaman sehingga bertahan dalam pekerjaan yang dilakukan. Perusahaan seakan memiliki dua opsi, yaitu memilih bertahan dengan budaya yang ada atau menyesuaikan dengan kondisi gen milenial saat ini. Berbagai macam riset pun semakin marak dilakukan untuk mencari jawaban akan hal ini.