Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Direktori Psikologi: Body Dysmorphic Disorder

Definisi

Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah keadaan dimana seseorang selalu mencemaskan penampilan karena merasa ada kekurangan dalam tubuhnya. Orang dengan BDD juga bisa menghabiskan waktu cukup lama (setidaknya 1 jam) hanya untuk memikirkan penampilannya.  BDD erat kaitannya dengan body image yang negatif. Body image adalah pandangan personal seseorang mengenai penilaian tubuh, fungsi fisik dan penampilannya.

Body Dysmorphic Disorder (BDD) awalnya dikategorikan sebagai dysmorphophobia. Istilah tersebut untuk pertama kalinya dimunculkan oleh seorang dokter asal Italia bernama Enrico Morselli pada tahun 1891. Kemudian pada DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders)-III-R , BDD diklasifikasikan sebagai gangguan terpisah dan tidak lagi dikenal sebagai dysmorphophobia.

Tekanan akibat kekurangan fisik yang dirasakan seseorang dengan BDD apabila tidak diatasi, bisa mengganggu kehidupan sosial. Sebagai contoh, meskipun telah berusaha mengubah, seseorang dengan BDD tidak pernah merasa puas akan penampilannya. Akhirnya, akan sulit bagi mereka untuk keluar dari gambaran diri yang negatif. Hal ini pun berdampak pada keengganan mereka untuk pergi ke sekolah, bekerja, atau menjalin relasi dengan orang lain.

Gejala

Berikut ini gejala BDD menurut Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa:

  1. Memikirkan atau mengamati penampilannya selama 3-8 jam per hari atau menghindari sesuatu yang dapat memperlihatkan penampilan, seperti melalui cermin atau kamera.

  2. Mengukur atau menyentuh kekurangan yang dirasakannya secara berulang-ulang.

  3. Meminta pendapat yang dapat mengukuhkan penampilan setiap saat. Hal itu dilakukan sebagai upaya mengatasi kecemasannya.

  4. Menutupi kekurangan fisik yang dirasakannya.

  5. Menghindari situasi dan hubungan sosial.

  6. Mempunyai sikap obsesi terhadap selebritis atau model yang mempengaruhi idealitas penampilan fisiknya.

  7. Berpikir untuk melakukan operasi plastik.

  8. Selalu tidak puas dengan diagnosis dermatologist atau ahli bedah plastik.

  9. Mengubah-ubah gaya berpakaian dan model rambut untuk menutupi kekurangan yang dirasakannya.

  10. Berusaha mengubah warna kulit yang dimiliki melalui berbagai usaha ekstrem

  11. Berdiet secara ketat dengan kepuasan tanpa akhir.

Penyebab

  1. Tekanan sosial yang berasal dari lingkungan tempat tinggal, seperti memiliki ekpektasi tinggi akan kecantikan. Misalnya, tren operasi plastik sebagai hadiah ulang tahun di Korea Selatan.

  2. Kelainan struktur atau senyawa-senyawa kimia di otak. Seperti terganggunya neurontransmiter yang berfungsi menyampaikan pesan antar neuron di otak, yang menyebabkan pikiran berulang tentang bagian tubuhnya yang buruk dan harus diubah.

  3. Memiliki anggota keluarga yang mempunyai kondisi yang sama atau gangguan obsesif kompulsif.

  4. Pernah melalui pengalaman hidup yang meninggalkan kesan jelek, misalnya sering digoda mengenai citra tubuh ketika kecil, mendapat perilaku buruk mengenai bentuk tubuh, atau sering diabaikan akibat ukuran tubuh.

  5. Memiliki karakter atau kepribadian perfeksionis.

  6. Memiliki gangguan psikiatrik, misalnya kecemasan.

Cara Mengatasi

1. Cognitive Behavioral Therapy

Cognitive behavioral therapy (CBT) berfokus pada aspek kognitif dan perilaku seseorang dengan BDD. Pada aspek kognitif, terapi ini berusaha untuk mengubah asumsi dan keyakinan seseorang terkait penampilan dirinya. Sementara pada aspek perilaku, salah satu yang diberikan adalah exposure and response prevention (ERP). Melalui ERP, orang dengan BDD dilatih untuk menghadapi permasalahan yang dirasakan agar terbiasa dengannya. Misalnya, menghadapi pemikiran berulang akan kecemasan terhadap penampilan dan bagaimana cara menghadapinya. Setelah itu, mengembangkan cara untuk menjaga diri dari perilaku kompulsif (kembali mengecek penampilan dengan becermin seperti yang biasa dilakukan).    

2. Farmakoterapi

Pemberian obat akan berfungsi menghambat penyerapan senyawa serotonin atau selective serotonin reuptake inhibitors / SSRIs. Hal itu dilakukan perilaku obsesif – kompulsif seseorang dengan BDD terkendali. Ada kemungkinan harus mengonsumsi obat ini setiap hari selama 12 minggu hingga 12 bulan, disesuaikan dengan kondisi dan respons orang yang mengkonsumsi terhadap pengobatan. Di sisi lain ada beberapa efek samping yang umumnya muncul ketika mengkonsumsi SSRIs, seperti sakit kepala dan mual. Selain SSRIs, obat tambahan lain yang mungkin diberikan oleh dokter adalah clomipramine.

Catatan

Direktori Psikologi adalah informasi lengkap mengenai gangguan mental yang terdiri dari pembahasan definisi, gejala hingga metode treatment. Semua yang tercantum di direktori ini semata hanya untuk keperluan penambahan pengetahuan. Perlu diketahui, diagnosis gangguan mental tidak bisa diidentifikasi hanya berdasarkan satu atau dua gejala yang dialami. Diagnosis gangguan mental hanya dapat dilakukan oleh psikolog atau psikiater. Jika merasa diri sendiri atau orang terdekat mengalami gejala yang ada disarankan untuk menemui psikolog/psikiater terdekat.