Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Down Syndrome Sama dengan Autis? Benarkah?

“Ketika kamu fokus pada ketidakmampuan seseorang, kamu akan mengabaikan kemampuan, kecantikan, dan keunikannya. Sekali kamu belajar untuk menerima dan mencintai mereka, kamu secara sadar belajar untuk mencintai dirimu tanpa syarat.”-Yvonne Pierre

Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata ‘down syndrome’? Down syndrome sama dengan autis? Down syndrome merupakan salah satu gangguan mental? Orang dengan down syndrome merupakan orang yang mempunyai kebutuhan khusus? Pernyataan-pernyataan tersebut seringkali muncul di masyarakat, tetapi tidak semuanya fakta. Yuk, simak beberapa fakta dan mitos mengenai down syndrome!

1. Down Syndrome sama dengan Autis
Mitos. Pernyataan tersebut sering kali muncul di masyarakat, walau faktanya down syndrome tidak sama dengan autis. Bahkan down syndrome dan autis itu sangat berbeda. Down syndrome disebabkan oleh faktor genetik. Orang dengan down syndrome mengalami kelainan kromosom. Hal tersebut membuat orang dengan down syndrome mengalami keterbelakangan mental dan fisik. Sementara autis atau autism spectrum disorders disebabkan oleh banyak faktor. Namun, bukan karena kelainan kromosom1.

2. Down Syndrome termasuk gangguan mental
Dalam psikologi, gangguan mental atau gangguan psikologis terdiri dari berbagai macam. Gangguan psikologis sering kali didefinisikan sebagai tidak berfungsinya kondisi psikologis seseorang seperti pola berpikir, emosional, atau perilaku. Penyebab gangguan psikologis kebanyakan karena faktor lingkungan sosial, bukan genetik atau bawaan sejak lahir2. Berbeda halnya dengan down syndrome, yang disebabkan oleh faktor genetik dan bawaan sejak lahir. Dengan demikian, down syndrome tidak dapat dianggap sebagai suatu gangguan mental. Down syndrome digolongkan sebagai ketidakmampuan dalam intelektual dan perkembangan1.

3. Orang dengan down syndrome juga dapat berprestasi
Fakta. Walau orang dengan down syndrome mengalami kelainan kromosom hingga memengaruhi kondisi mental dan fisik, bukan berarti mereka tidak dapat berprestasi layaknya orang lain. Seperti Nick Alexander, orang dengan down syndrome yang memiliki segudang prestasi di dunia olahraga basket. Bahkan dia juga memiliki keterbatasan penglihatan, yaitu mengalami silinder3. Namun, hal tersebut tidak membuatnya berkecil hati, justru pada tahun 2013 yang lalu dia berkesempatan tanding di ajang Special Olympics di Australia3.

4. Orang dengan down syndrome memiliki bentuk fisik yang khas
Fakta. Kelainan kromosom yang dialami orang dengan down syndrome memengaruhi bentuk fisiknya. Seperti hidung yang datar, mata sipit, dan tubuh yang pendek. Namun, pada beberapa orang dengan down syndrome mengalami gangguan keseimbangan seperti kesulitan berdiri dengan seimbang.

5. Orang dengan down syndrome tidak dapat mandiri
Mitos. Orang dengan down syndrome dapat hidup mandiri bergantung bagaimana pola asuh orangtuanya. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa orang dengan down syndrome yang telah berusia remaja belum dapat melakukan apapun sendiri. Seperti tidak dapat makan, minum, dan mandiri sendiri. Hal tersebut disebabkan oleh orangtua yang terlalu menyayangi anak mereka yang mengalami down syndrome5.

Dari beberapa poin di atas dapat disimpulkan bahwa perkataan kebanyakan orang mengenai down syndrome tidak selalu benar. Down syndrome tidak sama dengan autis atau autism spectrum disorder. Orang-orang dengan down syndrome pun dapat berprestasi serta dapat mandiri, bergantung bagaimana orangtua mereka mengasuhnya.


Referensi:
1 Kirk, Samuel, dkk. 2009. Educating Exceptional Children 12th Edition. Boston: Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company.
2 Durand, V Mark & Barlow, David H. 2013. Essentials of Abnormal Psychology 6th Edition. Belmont: Wadsworth Cengange Learning.
3 Diakses dari Jawa Pos: http://www.jawapos.com/read/2017/01/02/74637/nick-alexander-penyandang-down-syndrome-jagonya-three-point-shooting-jarak-jauh-dan-lari-sprint pada tanggal 21 Maret 2017
4 Dzil Ikrom Al Hazmi, Dhofirul Fadhil, dkk. 2014. Kombinasi Neuro Developmental Treatment Dan Sensory Integration Lebih Baik Daripada Hanya Neuro Developmental Treatment Untuk Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Anak Down Syndrome. Sport and Fitness Journal, 2, 1, 56-71.
5 Wiryadi, Sri Samiwasi. 2014. Pola Asuh Orangtua dalam Upaya Pembentukan Kemandirian Anak Down Syndrome X Kelas D1/C1 di SLB Negeri 2 Padang (Studi Kasus di SLB Negeri 2 Padang). Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus (Online),3, 3, 737-746.

Sumber Gambar: https://ghr.nlm.nih.gov/art/large/girl-with-down-syndrome.jpeg